INSPIRING
Video Ini akan Membuktikan: Bekerja Keras vs Bekerja Cerdas, Mitos atau Fakta? Simak 30 Ciri Utama
Bagaimana mendefinisikan bekerja cerdas (working smart) dan bekerja keras (working hard)? Apa pembeda hard workers dan work smartly
Ia mengambil contoh musisi. Menjalani latihan selama 8 sampai 12 jam dalam sehari, tidak jarang terjadi di kalangan musisi ternama di dunia.
Demikian pula para penampil seperti tukang sulap, seniman, profesional menghabiskan ratusan jam untuk mengasah kemampuan mereka, tanpa mengambil jalan pintas untuk menyempurnakan seni mereka untuk tetap berada di puncak ketenaran.
Ketika mencapai puncak kesuksesan, Anda mulai membuat sedikit kesalahan. Saat tumbuh lebih berpengalaman, Anda membuat lebih sedikit kesalahan, dan ini menghasilkan sesuatu yang menghemat banyak waktu, tenaga dan energi. Anda sekarang telah menjadi cerdas. Anda sekarang membuat pilihan cerdas. Saatnya kamu sekarang bermain cerdas.
Working hard or working smart cannot be separated from each other. Even when working hard you have to make smart choices. You cannot just wake up one day and say to yourself, "Today I will make smart choices". No, you should be saying that to yourself every day and work "hard" on it.
Bekerja keras atau bekerja cerdas tidak lepas satu sama lain. Bahkan saat bekerja keras, Anda harus membuat pilihan cerdas. Anda tidak bisa hanya bangun pada suatu hari dan berkata kepada diri sendiri, "Hari ini saya akan membuat pilihan cerdas". Tidak, Anda harus mengatakannya kepada diri sendiri setiap hari membuat pilihan cerdas, dan bekerja "keras" di atasnya.
Mitos atau Fakta
Ahli strategi komunikasi Michael Moroney, membuat analisis tentang apakah bukti atau mitos tentang "working harder," dan "working smarter."
"Mike Rowe, pembawa acara Dirty Jobs yang terkenal di Discovery Channel, menyoroti dikotomi tentang bagaimana kita menggambarkan pekerjaan di Amerika; di satu sudut, cita rasa romantis dan kerah biru, yakni "bekerja lebih keras/working harder", dan di sisi lain, kalangan perkotaan tentang bahasan Blackberry "bekerja lebih cerdas"," tulis Michael Moroney dikutip dari entreprenuer.com.
Komentar Rowe dimaksudkan untuk menggambarkan perbedaan kontras antara persepsi tentang kaum kerah biru vs pekerjaan golongan kerah putih, kalangan pekerja terhormat di kantoran. Michael tidak dapat mendikotomikannya, namun dia banyak membaca refernsi tentany bagaimana haru bekerja lebih cerdas, bukan sebatas kerja lebih keras.
Mereka semua memulai membahas kesalahpahaman selama ini, yakni mengenai perlunya waktu lama untuk meraih kesuksesan. Setelah sadar, kemudian mereka beralih ke pemikiran bagaimana cara mengurangi jam kerja tapi tetap dapat meningkatkan produktivitas. Lalu mereka berhasil menyusun ulang skala prioritas dengan demikian memiliki waktu lebih untuk diri sendiri, "me time".
Masalah terkati dikotomi kerja keras vs kerja cerdas adalah bahwa seringkali kita membingkai pilihan sebagai satu-stunya, di mana kita hanya bisa memilih "kerja keras" atau "kerja cerdas". Pertanyaan yang harus kita tanyakan adalah, mengapa kita tidak melakukan keduanya?
PARA CEO PADUKAN BEKERJA CERDAS DAN BEKERJA KERAS
Bekerja cerdas mungkin penting, tapi hanya menyelesaikan setengah persoalan. Tidak akan ada pengusaha atau eksekutif sukses yang mengatakan kepada Anda apakah menemukan pengganti dari usahanya menerapkan kerja maksimal setiap jam sejak bangun pagi hari.
Untuk mencapai puncak sukses, Anda tidak hanya perlu memanfaatkan teknologi dan bekerja secara efisien, tapi juga menjadi yang pertama di kantor dan yang terakhir kali pulang menjelang pagi ketika para pesaing Anda telah tertidur lelap.
Bekerja secara cerdas memberi kita lebih banyak waktu tersedia, tapi waktu yang tersimpan itu tidak berarti apa-apa kecuali kita menggunakannya secara optimal.
Para chief executive officer (CEO) top Amerika rata-rata bangun pukul 06:15 pagi, bahkan sebelum pukul 05:00. Jadi mereka bangun lebih pagi. Bagaimana dengan malam? Para CEO, sesampai di rumah tidak langsung tidur, paling banyak di antara mereka masih bekerja setidaknya dua jam di rumah setelah makan malam.
Dalam beberapa kasus, mereka secara teratur bekerja 18 jam dalam sehari. Banyak pemimpin industri menghargai keberhasilan mereka dengan bekerja keras, sementara yang lain, orang biasa-biasa saja, tidak mernghargai kerja keras.