Akun Twitter Resmi TNI AU Picu Perdebatan Netizen setelah Sebut LGBT Penyakit Jiwa
Akun tersebut menyatakan bahwa LGBT termasuk gangguan kejiwaan, dan setiap prajurit diwajibkan menjalani tes kejiwaan
Meski begitu, Dede juga menyoroti bahwa Indonesia perlu memiliki undang-undang yang menjamin agar tidak ada diskriminasi terhadap seseorang karena orientasi seksual dan identitas gender mereka.
Identitas agama
Bukan hanya soal LGBT, akun Twitter resmi TNI-AU juga menyatakan, "Kalau normal, pasti tidak akan dipermasalahkan oleh Agama manapun, coba sebutkan satu Agama samawi yang melegalkan LGBT."
Pernyataan soal "agama samawi yang melegalkan LGBT" juga kemudian mendapat tanggapan dari warganet.
Pada warganet yang menyebut bahwa akun resmi TNI Angkatan Udara sebaiknya mewakili semua kelompok agama di Indonesia, akun TNI-AU membalas bahwa, "sebagai prajurit TNI yang bertaqwa kpd Tuhan YME dan sebagai muslim cukuplah Al-quran menjadi science proof".
Lagi-lagi cuitan dari akun TNI-AU tersebut mendapat tanggapan dari warganet yang merasa bahwa jawaban seperti itu hanya pantas bagi akun pribadi, bukan milik institusi.
Ucapan salam untuk mencitrakan sebagai orang Islam
Kepada BBC Indonesia, Rinatania Fajriani, kandidat doktoral dari Universitas Copenhagen yang meneliti soal antropologi digital dan yang mempertanyakan cara akun Twitter TNI-AU tersebut berkomunikasi dengan pengikutnya, mengatakan, "ketika dia mengatakan assalamualaikum saja, kata itu kan berasal dari bahasa Arab."
"Memang artinya keselamatan bagimu, tapi itu kan kata yang sangat terasosiasi dengan agama Islam, sehingga bisa terbaca bahwa dia ingin mencitrakan sebagai orang Islam yang menyapa menggunakan kata-kata berbahasa Arab itu," kata Rinatania.
Implikasinya, menurutnya, orang-orang yang tidak beragama Islam "seolah harus menerima bahwa ucapan itu adalah standar bagi semua agama".
Dalam setahun terakhir, Rinatania meneliti semua pidato pejabat publik, dari Presiden Jokowi, para menteri, sampai kepala divisi. Dia juga mengikuti semua akun media sosial berbagai lembaga pemerintah.
"Bahkan Presiden Jokowi pun, dan semua pejabat publik, dalam rapat-rapat atau pidato manapun, mereka selalu menyebutkan, assalamualaikum, itu pertama, lalu salam sejahtera, selamat pagi, om swastiastu, namo buddhaya, salam kebajikan untuk kita semua. Itu standar," katanya.
Rinatania - yang memperhatikan Twitter TNI AU- juga melihat bahwa akun yang sama mengeluarkan berbagai pernyataan yang menguatkan identitas keagamaan tertentu.
Akun resmi institusi yang tak netral
Dia mengakui bahwa sejak awal, pola user engagement akun resmi TNI AU memang berbeda dengan akun-akun resmi institusi pemerintahan lain, namun, "pemikiran bahwa media sosial itu kasual tidak berlaku untuk akun pejabat pemerintah, karena tujuan penggunaannya bukan untuk komunikasi interpersonal."
Menurut Rinatania, tujuan penggunaan media sosial oleh institusi pemerintah seharusnya adalah salah satu bentuk tata kelola pemerintahan yang baik dengan memperlihatkan akuntabilitas.
Namun terlepas dari caranya berkomunikasi dengan pengikutnya, akun TNI AU, "tetap adalah akun resmi institusi pemerintah, jadi dia punya batasan-batasan dan standar yang mengikat."

Dan salah satu standar tersebut adalah ekspresi identitas keagamaan yang seharusnya netral, ujar Rinatania.
"Dia (TNI-AU) tidak bisa melenceng menjadikan (akun) itu sebagai salah satu media untuk mengekspresikan identitas agamanya. Saya mempertanyakan berkali-kali, kenapa harus spesifik 'assalamulaikum', itu kan sangat tidak netral. Kalau mau fair, harusnya, assalamualaikum diikuti dengan standar salam pejabat pemerintah. Kalau dia merasa menyebutkan semuanya terlalu panjang, ya selamat pagi, siang, sore, malam, itu sudah cukup," ujarnya.
Artikel ini sudah tayang di bbc indonesia berjudul: Apa yang salah saat akun Twitter resmi TNI-AU bicara soal LGBT dan agama?
$$$
Baca Berita Menarik Lainnya
BERITA SELEB
Hotman Paris Tawarkan Tas Mewah kepada Roro Fitria Agar Mau Menikah dengan Dirinya