Edisi Cetak Tribun Medan
Togu Simorangkir Panik, Difteri Serang Kerongkongan Anaknya
"Kawan-kawan jika ada yang tau info tentang Anti-Difteri Serrum mohon diinfo ya. Anak teman saya sedang dirawat di RS Adam Malik,
Ia bercerita sempat mendengar pihak rumah sakit memperbincangkan biaya anti difteri serum tersebut mahal, yaitu Rp 80 Juta, dan baginya bukan harganya yang paling utama, melainkan baginya paling penting adalah keselamatan dari anaknya, yang terbaring lemah.
"Mereka bicara-bicara harga Anti-difteri Serummya mahal. Bagi ku tidak penting itu. Yang penting anaknya sehat dulu. Bayangkan betapa sedihnya saya melihat anak saya yang biasanya super aktif, harus tebaring lemah, tidak bisa ngapa-ngapain," ujarnya.
Mengenai penyakit difteri, Menteri Kesehatan Nila Moeloek menyebut, pasien yang sudah terkena difteri tidak bisa ditangani lagi dengan vaksin. Pasien tersebut harus diberikan anti-difteri serum (ADS) yang harganya mencapai Rp 4 Juta.
"Bilamana sudah terkena, tidak bisa vaksin tetapi dengan antidifteri serum atau ADS. Kalau saya hitung, satu pasien yang terkena difteri ini kami harus mengeluarkan ADS itu seharga 4 juta," kata Nila di SMA Negeri 33 Jakarta, Jalan Kamal Muara, Jakarta Barat.
Nila mengakui, Indonesia belum mampu memproduksi Anti-Difteri Serum (ADS), yakni obat difteri paling efektif yang stoknya memang masih jarang. Biaya pengadaan ADS cukup tinggi, yakni Rp 4 juta untuk satu pasien. Ia juga belum bisa memastikan BPJS kesehatan mampu memfasilitasi kebutuhan ADS.
"Ini kita belum tahu siapa yang akan bertanggung jawab. Apakah BPJS akan membayar, masih harus kita perhitungkan kembali karena ini kejadian luar biasa dan harus kita pikirkan perhitungannya," kata Nila.
Obat Kosong
Togu bercerita sejak Jumat pagi, dia memang sudah banyak ditelepon orang mengenai ketersediaan Anti-difteri Serum tersebut, seperti dari puskesmas di Depok (Jawa Barat) dan Tangerang (Banten) setelah memonting statusnya di Facebook.
"Orang puskesmas di Depok tadi telepon saya, mereka bilang mereka punya anti difteri serumnya. Dari Tangerang juga tadi ada nelepon, cuma anaknya harus saya bawa ke sana, di sana di puskesmas saja ada, di sini rumah sakit tidak ada," ujar Togu.
Atas adanya pernyataan RSUP Adam Malik bahwa serum tersebut kosong, mereka pun mencoba mencari obat tersebut. Saudara Togu sengaja datang dari Jakarta membawa obat Anti-difteri Serum.
"Ada tadi saudara, sudah terbang dari Jakarta, bawa Anti-difteri Serumnya. Semua ini kami lakukan karena mereka sebut tidak ada serumnya di sini," ujar Togu.
Direktur Utama RSUP Adam Malik saat dikonfirmasi mengenai ketidak tersedian Anti-Difteri Serum mengaku baru saja menunaikan ibadah umroh. Dia janji menanyakan menanyakannya ke bawahannya soal ketidaktersedian ADS tersebut.
Dia pun mengirimkan percakapannya dengan Direktur Medik RSUP Adam Malik, intinya Anti-Difteri Serum tersebut tidak tersedia.
Kasubbag Adam Malik Medan Masahadat Ginting mengakui, stok Anti-Difteri Serum (ADS) di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Adam Malik, Medan memang sedang kosong. Ia pun membenarkan saat ini terdapat dua pasien terduga Difteri yang dirawat di Adam Malik.
Pasien pertama perempuan berinisial MB (15) asal Sri Gunting, dan laki-laki insial ES (4) asal Simalungun. Kedua pasien diterima pada tanggal yang sama yaitu semalam, Kamis (1/2). Keduanya masih suspect (terduga) penderita Difteri yang akan dilakukan Swab Tenggorokan kedua.
"Saat ini betul sedang ada dirawat suspect difteri di Rumah Sakit Adam Malik. Tapi baru masuk semalam, betul mereka belum mendapatkan serum difteri, betul," katanya