Alamak

Inilah Menu Favorit Mbah Satiyah, Disebut Sudah Berusia 120 Tahun Hingga Kini Masih Tampak Sehat!

Sekujur kulitnya pun telah berkerut menyiratkan kian banyaknya ia makan asam garam kehidupan.

Editor: AbdiTumanggor
KOMPAS.com/PUTHUT DWI PUTRANTO
Mbah Satiyah saat ditemui di rumah anaknya yang kelima, Sukayah (53) di Desa Karanganyar, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Minggu (11/3/2018). 

Anak kelima Satiyah, Sukayah (53), mengatakan, ibundanya tersebut melahirkan enam orang anak termasuk dirinya. Urutannya mulai dari Sumarti, Rebi, Jumadi, Kaswadi, Sukayah dan Kaswati.

Rebi dan Jumadi sudah meninggal dunia. Sementara cucu Mbah Satiyah berjumlah 20 orang dan cicitnya berjumlah 40 orang.

"Ibu itu dulu hamil tua. Anak pertamanya yang tinggal jauh, berusia sekitar 90 tahun. Kakak saya itu masih hidup tapi sakit-sakitan dan juga pikun. Umur ibu itu perkiraan kami sekitar 120-an tahun. Kami pernah berkumpul dan membahasnya. Namun di data kependudukan oleh kakak ditulis asal-asalan yang penting terdata. Ditulis lahir 1925. Karena kami memang orang kecil tak mau repot," kata Sukayah.

Menurut Sukayah, ibundanya itu tak pernah punya pantangan dalam mengonsumsi makanan ataupun minuman.

Kesukaannya menyantap ketela rebus dan minum kopi hitam.

Hebatnya, meski sudah uzur, dalam urusan shalat dan mengaji, ibundanya itu selalu berusaha tidak mengabaikannya.

"Sekarang kalau mengaji sudah tidak terbaca, jadi hanya baca-baca ayat Al Quran. Kalau dengar adzan, langsung shalat. Shalat lima waktu tak mau telat, bahkan tahajud juga dijalani. Ibu itu selalu menasihati kami supaya rajin ibadah. Untuk makan tak pilih-pilih. Apapun di meja dimakan. Sukanya ketela rebus dan minum kopi. Alhamdulillah, ibu tidak pernah sakit. Sejak dulu memang ikut saya," terang Sukayah.

Kepala Dusun Nganggil, Marjuki, mengatakan, di data kependudukan, Mbah Satiyah tercatat lahir pada 10 Januari 1925.

Meski demikian, ia masih mempertanyakan keabsahannya, karena beberapa sesepuh desanya yang tercatat ikut berjuang melawan penjajah, mengakui jika Mbah Satiyah adalah senior. Mereka yang juga sudah lanjut usia itu memanggilnya dengan sebutan Mbah.

"Orang-orang di desa yang kelahiran 1925, memanggil Mbah Satiyah dengan sebutan Mbah. Kalau secara logika Mbah Satiyah itu jauh lebih tua. Ya, hanya Allah yang tahu, petik hikmahnya saja," pungkas Marjuki.(*)

Artikel sebelumnya telah tayang di Kompas.com dengan judul: Ketela Rebus dan Kopi Hitam, Menu Favorit Mbah Satiyah Hingga Usia Ratusan Tahun

Sumber: Kompas.com
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved