Lihat Uniknya Menikah Dengan Upacara Agama Asli Etnik Karo, Mirip Hindu di Bali
Keduanya mengikat janji sesuai kepercayaan yang dianutnya, yaitu Hindu Karo Pemena.
Dia mengutarakan pernikahan dengan secara Hindu Karo Pemena sudah lama tidak diselenggarakan, namun penganutnya masih banyak, terutama di Tanah Karo.
"Iya memang ini acara udah lama tidak di buat. Selama bertahun-tahun. Sebenarnya banyak, terutama di daerah Tanah Karo. Kami sudah survei ke beberapa daerah untuk ketemu dengan saudara-saudara kami," ujarnya Rabu, (25/7/2018)
Beragam komentar pun datang dari para warganet, rata-rata menyampaikan selamat atas pernikahanya dan ketidak tahuanya bahwa ada Agama Hindu Pemena di Negara Indonesia dan masih dilestarikan hingga sekarang.
Kemudian komentar, pernikahan ini adalah suatu bukti bahwa Indonesia sudah beragam sejak dulu kala. Sehingga hal ini perlu dipertahankan.
Berikut komentar warganet di facebook
Brahma Wardani Sitepu menuliskan , "Alangkah indahnya keberagaman mewarnai makna kehidupan".
Agnes Ratna Beru Ginting menuliskan, "Dimana sering berlangsung acara Hindu Pemena ini bi..pengen jg melihat secara langsung..bujur Mejuah Juah".
Eddy Efendy Mondan Tarigan II menuliskan, "Agama kakek buyutnya orang karo.. sang pencipta aksara,ornamen, baju karo".
Ketut Gede Antara menulsikan, "Sangat menarik, semoga Tuhan Yang Maha Esa Asung Kertha Wara Nugraha bagi umat sedharma, dan semoga mempelai segera di berikan anak2 yg suputra,
Adat, budaya dan tradisi lokal sprti ini yg patut dilestarikan agar generasi penerus keturunan kita nanti tau akan sejarah bangsa kita yg beranekaragam budayanya, sepatutnya kita berbangga, pegang teguh tradisi adat dan budaya sprti ini, serta berikan pendidikan serta makna arti sebuah upakara dan upacara yg dilaksanakan, semoga Hindu Nusantara jaya".
Tergerus Sejak Jaman Kolonial Belanda
Sejarawan Universitas Sumatera Utara (USU), Junita Setiana Ginting mengutarakan kebaradaan penganut kepercayaan Pemena sejak jaman Kolonial Belanda sudah mulai tergerus keberadaanya.
Tergerusnya aliran kepercayaan ini ketika masuknya misionaris Kristen maupun Katolik ke Karo para penganut kepercayaan ini dibenturkan pada stigma penyembah begu, sehingga awalnya mereka disebut sebagai penyembah hantu.