Ini Alasan Ketua MUI Ma'ruf Amin Mendukung Jokowi 2 Periode Presiden RI, Bukan yang Lain!
Ketua MUI Ma'ruf Amin secara blak-blakan menyatakan mendukung Joko Widodo jadi presiden dua periode
TRIBUN-MEDAN.COM - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin secara blak-blakan menyatakan mendukung Joko Widodo sebagai Presiden RI dua periode.
Demikian dikutip dari acara Kompas TV, Aiman yang tayang Selasa (30/7/2018).
Pernyataan itu disampaikan Ma'ruf saat ditanya seputar pencalonannya sebagai Capres pada Pilpres tahun 2019.
Ketua MUI juga ditanya soal kinerja Jokowi selama menjabat dalam kurun waktu 4 tahun belakang ini.
Dalam satu kesempatan itu, Aiman memberikan pertanyaan kepada Ketua MUI soal pengetahuan agama Jokowi.
"(Apakah) Pak Kiai merasa Pak Jokowi lemah dari sisi agama sehingga membutuhkan Pak Kiai untuk menjadi pendamping?" kata Aiman bertanya, sebagaimana dikutip dari Tribun-Timur.com dari yang berjudul; Alasan Ketua MUI Ma'ruf Amin Dukung Jokowi Jadi Presiden 2 Periode, Bukan yang Lain.
Ma'ruf pun menjelaskan kalau sebenarnya pemahaman agama Jokowi bagus, meski pengetahuan soal agamanya kurang.
"Mungkin kalau pengetahuan agamanya mungkin kurang, tapi pemahaman agamanya bagus, aplikasinya bagus," kata Ma'ruf menjawab.
Ma'ruf menjelaskan, pemahaman agama yang ada pada Jokowi yakni lewat ibadah, silaturahmi, dan sikap tawaddu atau rendah hati.
"Pak Jokowi bilang, 'saya bukan ketua partai, saya orang desa', tapi saya bilang yang dipilih untuk jadi presiden itu bapak, (Jokowi), yang dapat kun fayakuun-nya Allah itu bapak. Berarti kalau Allah memilih bapak sebagai presiden, berarti ada sesuatu yang dimiliki bapak, tak dimiliki orang lain," tutur Ma'ruf.
Ma'ruf bahkan jika Jokowi menjabat untuk 2 periode dengan alasan selama kepemimpinannya ia telah memberikan banyak perubahan yang positif.
"Saya berharap 2 periode. Pertama 1 periode efektir hanya 3 tahun, artinya sangat kurang. Walaupun begitu jokowi 3 tahun hasilnya luar biasa," katanya mengungkap.
Siap Jadi Cawapres
Ma'ruf mengaku siap menjadi calon Wakil Presiden RI mendampingi Jokowi.
Selain nama Gubernur NTB, Mahfud MD, dan beberapa nama lainnya, nama Ma'ruf memang disebut-sebut masuk dalam bursa Cawapres pendamping Jokowi.
"Kalau bangsa negara memanggil, iya harus siap," kata Ma'ruf saat menghadiri Zikir Kebangsaan dalam menyambut HUT ke-58 Ahdyaksa di Jakarta, Jumat (20/7/2018), seperti dikutip dari Kompas.com.
Kendati demikian, dia menyerahkan soal Cawapres itu kepada Jokowi.
"Jangan mengintervensilah," katanya.
Ia mengaku sampai sekarang belum ada komunikasi dengan Jokowi terkait dengan wacana tersebut.
"Makanya, saya heran kenapa nama saya muncul? Dari mana? Bisa-bisaan media saja," katanya.
Alasan jadi cawapres Jokowi
Sementara itu, Ketua Umum PPP Romahurmuziy menyebut beberapa alasan Ma’ruf Amin menjadi salah satu bakal calon wakil presiden yang telah dikantongi oleh Joko Widodo.
Berikut alasannya menurut Romy melalui akun twitternya beberapa waktu lalu.
1. Ma’ruf Amin merupakan pemimpin tertinggi ormas Islam moderat terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama (NU).
2. Dia adalah figur yang dihormati seluruh ormas Islam karena posisinya sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI).
3. Ma’ruf Amin relatif disegani oleh kelompok 212.
4. Penguasaan Ma’ruf Amin terhadap ekonomi syariah.
5. Ma’ruf Amin dinilai politisi yang ulama dan ulama yang politisi.
6. Dianggap bersahaja, ahli terhadap agama, pernah menjadi anggota DPRD dan DPR RI, serta keturunan Syekh Nawawi Al-Bantani, ulama besar yang menjadi guru kyai-kyqi besar nusantara.
7. Dianggap melengkapi postur Jokowi yang selama ini selalu dinarasikan oleh lawan politik sebagai figur yang defisit di aspek religiusitas.
Antara TGB dan Budi Gunawan
Dari pemberitaan hangat media selama ini, yang diketahui muncul nama Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zainul Majdi yang dikenal dengan sebutan Tuan Guru Bajang (TGB), Mahfud MD, Ketua PKB Muhaimin Iskandar, Ketua PPP Muhammad Romahurmuziy, Chairul Tanjung, juga termasuk Gatot Nurmantyo.
Sedangkan dari kubu Prabowo Subianto masih belum pasti. Bakal calonnya ada yang menyebut sosok Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Gatot Nurmantyo, Zulkifli Hasan, Anies Baswedan, dan lainnya.
Mungkinkah salah satu dari dua perwira tinggi polri Ini dipilih Jokowi jadi wakilnya?
Dalam pemberitaan media sebelumnya, dua perwira tinggi (pati) Polri, Jenderal (Purn) Budi Gunawan dan Komisaris Jenderal Syafruddin, berpeluang menjadi calon wakil presiden Joko Widodo di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Sedangkan Kapolri Tito tidak masuk bursa cawapres.
"Kapolri itu tidak kepengin menjadi cawapres, jadi yang paling mungkin itu persaingan Budi Gunawan dan Syafruddin. Itu sudah ada pernyataan dari humas, dia memang tidak mau," ujar Peneliti Strategis dan Intelijen Surya Fermana, Senin (7/5/2018) malam lalu.
Menyadur dari Wartakotalive.com (grup Tribun-Medan.com) dari yang berjudul Dua Nama dari Polri Ini Berpotensi Jadi Cawapres Jokowi, Surya mengungkapkan sejumlah alasan mengapa Budi Gunawan (BG) dan Syafruddin berpeluang menjadi pendamping Jokowi.
Alasannya:
1. Karena sosok keduanya punya kedekatan dengan tokoh politik nasional.
"Yang mempunyai gejala maju dua orang itu, Wakapolri dan Kepala BIN, dua-duanya kuat. Budi Gunawan dekat dengan PDIP, Syafruddin dekat dengan Jusuf Kalla. Dua-duanya dekat dengan tokoh politik," ungkapnya.
2. Karena keterlibatan Budi Gunawan dan Syafruddin dalam kegiatan pemerintah.
Mereka sama-sama terlibat di dalam Dewan Masjid. Pada Januari 2018, Budi Gunawan dikukuhkan sebagai Wakil Ketua Majelis Pakar Dewan Masjid Indonesia masa bakti 2017-2022.
Sedangkan Syafruddin menempati posisi sebagai Wakil Ketua Umum.
Syafruddin bahkan juga ditunjuk sebagai Chief de Mission (cdM) atau Ketua Kontingen Indonesia pada Asian Games 2018, yang merupakan multievent cabang olahraga antara negara di Benua Asia.
"Kapolri tidak masuk karena tidak ikut di Dewan Masjid, tidak ikut Chief de Mission Asian Games. Kapolri hanya mengurus urusan kepolisian. Kalau yang Budi Gunawan, Syafruddin ini masuk dalam urusan-urusan masjid, olahraga," papar Surya.
Dia melihat keterlibatan Polri dalam kegiatan pemerintah sama seperti fungsi tentara di zaman pemerintahan Orde Baru. Dia menjelaskan, polisi mempunyai jaringan kuat, sosialitas ekonomi, politik, dan grassroot teritorial.
Saat ini, kata dia, tinggal Jokowi mempertimbangkan kedua orang tersebut.
Meskipun tidak berlatar belakang politik, namun sepak terjang mereka dinilai dapat menjadi nilai lebih.
Untuk jabatan sebagai wakil presiden, Surya melihat, tingkat elektabilitas seseorang tidak akan mempengaruhi.
Apalagi, nantinya calon presiden yang akan menunjuk siapa pendampingnya selama lima tahun ke depan.
"Politik murni dan tidak murni, soal lain, yang penting siapa yang mempunyai kekuatan. Politik itu siapa yang mempunyai kekuatan, tidak penting (elektabilitas), dia kan hanya cawapres," bebernya.
Mantan Kepala Badan Intelejen Strategis (Kabais) Laksamana Muda (purn) Soleman B. Ponto sebut sosok Budi Gunawan pantas untuk maju menjadi wakil presiden
Laksamana Muda (purn) Soleman B. Ponto menilai, karir Budi Gunawan di bidang hukum dan sudah banyak mengetahui permasalahan negeri ini menjadi patokan bagi dirinya untuk melihat kemampuan Budi Gunawan untuk maju dalam bursa cawapres 2019.
"Sebagai calon wapres saya kira peluangnya ada karena latar belakang beliau sudah cukup, pengetahuan beliau tentang peraturan dan hukum di Indonesia, sebagai polisi dia tahu, kemudian sekarang dia sebagai Kepala BIN, tentunya banyak hal-hal yang orang lain tidak tahu tapi dia tahu, jadi kalau dia jadi calon wapres tentunya saling mengisi," ujarnya.
Sebagai Kepala BIN, jelas Ponto, Budi Gunawan mengetahui secara lebih spesifik tentang permasalahan yang mendera bangsa, dari masalah yang muncul ke permukaan, hingga permasalahan yang kebanyakan orang tak mengetahuinya.
"Saat ini dia sebagai Kepala BIN, banyak hal-hal yang orang lain tidak tahu tapi dia tahu, orang lain mungkin tau cuma yang dipermukaan, tapi di bawah permukaan dia (juga) tahu. Beliau sebagai Kepala BIN tahu permasalahan dari dua sisi itu," ungkapnya.
Kata Ponto, Budi Gunawan dan Gatot Nurmantyo memiliki perbedaan yang signifikan.
Menurutnya, Gatot hanya bermain dengan komando dan bukan sebagai sosok pemimpin dalam wakil presiden 2019 nanti. Walaupun begitu, dirinya memastikan semua itu hanya ada di tangan partai politik yang akan meminang di antara dua tokoh perwira elit untuk maju menjadi cawapres.
Relawan Barjodi Dukung Jokowi-Budi Gunawan
Belasan anak muda yang menamakan diri Barisan Jokowi-Budi Gunawan (Barjodi) mendeklarasikan dukungannya pada Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan menjadi calon wakil presiden Joko Widodo atau cawapres Jokowi di Bandung, Jawa Barat, Rabu (4/7/2018).
Dalam deklarasinya, belasan anak muda yang mengenakan kaos putih bergambar wajah Jokowi dan Budi Gunawan bertulisan Barjodi itu menyatakan siap memperjuangkan dan memenangkan pemilihan presiden 2019.
“Kami mewakili elemen kepemudaan, bahwasannya Bapak Budi Gunawan ini sosok yang benar-benar tepat untuk mendampingi Bapak Joko Widodo,” kata Ketua Umum Barjodi, Feri Johansah.
Feri mengklaim Budi Gunawan sosok yang paling tepat karena prestasinya selama di kepolisian hingga diangkat menjadi pimpinan intelijen sekaligus pengurus Dewan Masjid Indonesia.
Soal kontroversi Budi Gunawan yang sempat ditetapkan sebagai tersangka dugaan korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), meski akhirnya menang praperadilan, Feri menilai tidak akan berpengaruh.
“Kasus itu sudah selesai, tidak dilanjutkan, dan akhirnya Bapak Budi Gunawan menjadi Wakapolri saat itu. Kami tidak melihat itu sebagai fenomena yang akan diungkit lagi, karena kami melihat prestasinya,” kata Feri.
“Relawan ini latar belakangya dari kepemudaan dari organ kepemudaan yang melihat Jokowi adalah sosok yang tepat menjadi presiden untuk kedua kalinya. Tinggal bagiamana memenangkan dan memilih wakil presiden untuk melanjutkan kegiatan dan kerja kenegaraan,” katanya.
Feri mengklaim Barjodi akan menggelar deklarasi serupa di sejumlah tempat. Barjodi akan bergerak membentuk relawan di tiap kota untuk menggalang dukungan pada Budi Gunawan.
“Sebentar lagi kita akan mengadakan deklarasi juga, dan membentuk relawan di Sukabumi dan Cianjur dalam waktu dekat,” kata Feri.
Berdasarkan hasil survei
Nama Jenderal Budi Gunawan mencuat dalam daftar potensial calon wakil presiden (cawapres) pada Pilpres 2019.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Poltracking, nama Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) itu unggul atas empat tokoh politik di Indonesia.
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda AR mengatakan, Budi Gunawan mendapat angka 4,3% dari responden.
Nama Budi Gunawan melampaui tokoh-tokoh politik seperti Puan Maharani yang hanya mendapat suara 1,3%, Zulkifli Hasan 0,7%, Luhut Binsar Panjaitan 0,6%, dan Oesman Sapta Odang 0,5%.
“Dalam survei, nama Budi Gunawan unggul terhadap sejumlah tokoh politik,” ujar Hanta Yuda pada Minggu (26/11/2017) lalu dilansir Tribunnews.com.
Nama Budi Gunawan memang mencuat di antara figur calon wakil presiden lain yang mayoritas adalah tokoh politik.
Karena itu, Budi Gunawan tidak boleh dipandang sebelah mata karena memperoleh hasil survei yang cukup tinggi.
Lulusan Akpol 1983 ini merupakan tokoh kepolisian Indonesia yang cukup disegani dan saat ini menjabat sebagai Kepala BIN ke-16 sejak tanggal 9 September 2016 lalu.
Sebelumnya, Budi Gunawan juga pernah menjabat sebagai Wakapolri mendampingi Jenderal (purn) Badrodin Haiti sejak 22 April 2015.
Sosok Kharismatik
Sosok kharismatik, tegas dan peduli telah mengantarkan sosok Budi Gunawan meraih karir yang gemilang. Prestasi dan karya terus didedikasikan untuk kepentingan bangsa dan negara.
Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani mengapresiasi munculnya figur Budi Gunawan dalam hasil survei cawapres yang dilakukan Poltracking.
Ia mengaku cukup mengenal Budi Gunawan sebagai tokoh intelektual Polri dan tokoh reformasi di BIN, sehingga wajar apabila namanya mencuat dalam hasil survei.
"Pertanyaan terbuka, jika Pemilu 2019 diselenggarakan hari ini, siapa dari dua nama ini yang akan dipilih menjadi presiden. Prabowo Subianto 50,1 persen, dan Joko Widodo 29,8 persen dan 20,1 persen responden tidak menjawab," ungkap Direktur Eksekutif IDM, Bin Firman Tresnadi saat konferensi pers, Kamis (24/5/2018) lalu. (*)