Pilpres 2019

Fakta Tentang Prabowo, Dari yang Dikaitkan dengan Kejahatan HAM Hingga Jadi Marga Lumban Tobing

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto selalu dikaitkan dengan Isu terkait kejahatan Hak Asasi Manusia (HAM)

Editor: AbdiTumanggor
ANDREAS LUKAS ALTOBELI
Calon presiden Prabowo Subianto menyapa para pendukungnya seusai mendaftarkan dirinya di Gedung KPU RI, Jakarta, Jumat (10/8/2018). 

TRIBUN-MEDAN.COM - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto selalu dikaitkan dengan Isu terkait kejahatan Hak Asasi Manusia (HAM) saat menjabat menjabat sebagai Danjen Kopassus.

Prabowo dituding sebagai dalang penculikan sejumlah aktivis 98.

Tudingan itu pun kembali menyerangnya jelang pilpres 2019.

Salah satunya muncul dari akun netizen @djun_bang, Rabu (22/8/2018).

Netizen tersebut mengunggah foto beberapa orang dengan warna monokrom atau hitam putih.

"Ini korban Penculikan Sang Bowo," tulis netizen @djun_bang.

Menanggapi hal tersebut, akun Twitter Gerindra memberikan bantahan.

Gerindra mengatakan jika isu penculikan tersebut tidak benar, melainkan mengamankan orang yang diduga diculik.

Selain itu, Gerindra juga menambahkan jika orang yang diisukan telah diculik itu kini justru menjadi kader Gerindra.

"Tidak menculik tetapi mengamankan, dan yang mengamankan adalah Tim Mawar.

Yang diamankan sebanyak 9 orang, sudah bebas semua dalam keadaan hidup dan sebagian jadi kader Gerindra, " jawab akun @Gerindra.

Tweet Partai Gerindra
Tweet Partai Gerindra (Capture Twitter @Gerindra)

Sementara itu, Prabowo yang menjadi bakal calon presiden (bacapres) untuk pilpres 2019 ini mengatakan dirinya ingin bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang juga rivalnya dalam pilpres mendatang.

Hal itu ia katakan setelah bertemu Wakil Presiden, Jusuf Kalla, di rumah dinas Wapres, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Rabu (15/8/2018) malam.

Dalam pertemuan itu hadir pula calon wakil presiden Sandiaga Uno.

"Kami juga akan minta waktu (untuk bertemu) Pak Jokowi," ujar Prabowo saat memberikan keterangan seusai pertemuan yang diberitakan dari Kompas.com.

Prabowo mengatakan, dirinya ingin melaksanakan demokrasi yang baik dan mengedepankan nilai-nilai kesantunan.

Meski menjadi rival dalam kontestasi Pilpres 2019, nilai-nilai persahabatan dan kekeluargaan harus tetap dijaga.

Pertemuan dengan Presiden Jokowi, kata Prabowo, akan dijadwalkan setelah peringatan HUT RI 17 Agustus 2018.

"Kami tetap ingin melaksanakan demokrasi yang dewasa, yang baik, yang santun supaya demokrasi kita kelihatan sangat matang dan dewasa," kata Prabowo.

Terkait pertemuannya dengan Jusuf Kalla, Kamis (16/8/2018), Prabowo mengatakan, dirinya meminta restu terkait pencalonannya sebagai capres-cawapres pada Pilpres 2019.

Menurut Prabowo, pertemuan itu juga bertujuan untuk menjaga hubungan baik dan kekeluargaan antara dirinya dan Kalla.

Kendati Prabowo pernah menjadi pesaing Kalla dalam Pilpres 2009 dan 2014, ia menegaskan tetap menjalin persahabatan dengan politisi senior Partai Golkar itu sejak lama.

"Sesuai dengan adat istiadat kita bangsa Indonesia, yang muda datang ke yang lebih senior untuk sowan. Mohon restu kita akan melakukan pekerjaan untuk rakyat kita," ucap Prabowo.

Sementara itu akun instagram Prabowo mengunggah foto dirinya mengenakan seragam militer Kamis (23/8/2018).

Dalam unggahannya Prabowo mengutip perkataan jenderal Sudirman.

Sebuah kutipan Jendral Sudirman yang selalu saya ingat ketika sedang bertugas.
“Sejengkal tanahpun tidak akan kita serahkan kepada lawan, tetapi akan kita pertahankan habis-habisan.”

Pengakuan Kivlan Zen

Pada 2014 lalu, Mantan Kepala Staf Kostrad Mayor Jenderal (Purn) Kivlan Zen menceritakan kembali peristiwa bersejarah penculikan 13 aktivis pada 1997-1998, yang hingga kini masih dinyatakan hilang.

Kivlan mengaku tak ada perintah untuk melakukan penculikan.

Dia menyebut, istilah "penculikan" baru belakangan dibuat. Ketika peristiwa itu terjadi, menurutnya, tentara berusaha mengamankan situasi Jakarta yang mulai kacau.

"Jadi ada rencana operasi, penopskam, yang ditandatangani Panglima ABRI Feisal Tanjung. Saat itu, istilahnya bukan penculikan, makanya Kodam, Kostrad, dan lain-lain bergerak karena untuk mengamankan pergerakan kelompok-kelompok," ujar Kivlan dalam sebuah diskusi tentang hak asasi manusia (HAM) di Jakarta, Selasa (6/5/2014).

Kivlan menuturkan, ketika itu tanda-tanda kekacauan sudah mulai terjadi dengan adanya peristiwa bom di Tanah Tinggi yang dimotori Andi Arief dan kawan-kawan, hingga pengeboman di perumahan Bekasi.

Aksi pengeboman ini dilakukan untuk menggagalkan Pemilu 1997 dan Sidang Umum MPR 1998.

Ketika operasi ini dilancarkan, Prabowo Subianto menjabat sebagai Pangkostrad yang mendapat mandat dari Panglima ABRI Jenderal (Purn) Feisal Tanjung.

Sementara itu, Kivlan adalah wakil Prabowo di Kostrad yang membawahi pergerakan intelijen.

Kivlan mengaku menerima semua laporan gerakan kelompok-kelompok yang berusaha mengacaukan Jakarta.

Saat perintah penangkapan aktivis diluncurkan, Kostrad pun bergerak.

"Yang saya tahu kalau ada kekacauan, ya ditangkap karena waktu itu belum kondusif setelah Sidang Umum MPR. Maka rencananya akan dimasukkan ke sidang pengadilan anti-teror," ucap Kivlan.

Berdasarkan catatan Kontras, sebanyak 23 aktivis dihilangkan ketika itu.

Dari angka itu, 1 orang ditemukan meninggal (Leonardus Gilang), 9 orang dilepaskan, dan 13 orang lainnya masih hilang hingga kini.

Dari sembilan orang yang dilepaskan itu, ada di antaranya yang bergabung bersama Prabowo ke Partai Gerindra, yakni Desmond Junaidi Mahesa dan Pius Lustrilanang.

Kivlan menuturkan, Prabowo sudah melepaskan semua aktivis. Namun, Kivlan menduga, setelah para aktivis ini dilepas, ada kelompok kontra intelijen yang kemudian menculik aktivis kembali hingga hilang agar Prabowo menjadi kambing hitam dari peristiwa penculikan ini.

"Kemungkinan ada double agent. Banyak jenderal, militer, sipil yang menjadi double agent dan yang tidak suka Pak Harto. Ini sudah mainannya kontra intelijen. Mereka inilah yang menculik 13 aktivis itu," ujarnya.

Di dalam kasus penculikan ini, Kivlan mengaku tak bermaksud membela Prabowo. Dia menampik dibayar Prabowo untuk membela mantan Danjen Kopassus itu.

"Saya bukan orang Prabowo. Saya hanya mau berbicara kebenaran. Kenapa saat polisi menembak, tidak ada yang protes? Saat kami bergerak, disebut menculik? Ini tidak benar," ujarnya.

Hasil gambar untuk prabowo subianto

4 Kali Ikut Nyapres

Prabowo sudah tiga kali gagal dalam pemilihan presiden.

Pertama tahun 2004, Prabowo maju dalam konvensi Partai Golkar. Namun, ia kalah konvensi dari Wiranto yang kemudian menjadi calon presiden dari Partai Golkar berpasangan dengan Sholahuddin Wahid.

Kedua tahun 2009, Prabowo maju dengan kendaraan partai sendiri, Gerindra. Semula Prabowo berniat melenggang bersama pasangannya Ketua Umum PAN, saat itu Sutrisno Bachir. Namun, pasangan ini sudah layu sebelum berkembang karena tak mampu memenuhi persyaratan kursi dukungan.

Ketiga tahun 2014, Prabowo maju lagi berpasangan dengan Ketua Umum PAN, saat itu Hatta Rajasa. Namun mereka kalah dari pasangan Joko Widodo - Jusuf Kalla. 

Kini pilpres 2019, Prabowo kembali maju yang berpasangan dengan Sandiaga Uno, Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Inilah keempat kalinya Prabowo Subianto mencalonkan diri sebagai presiden RI.  

Diberikan marga Lumban Tobing

Pada Rabu (17/6/2009) lalu, Prabowo Subianto ditabalkan jadi marga Lumban Tobing.

Saat pemberian marga Lumban Tobing, ia didampingi adiknya, Hasyim Djojohadikusumo.

"Ayah saya dari Jawa Tengah, ibu dari Sulawesi Utara, dan sekarang saya hadir di Medan untuk diterima dalam keluarga besar Lumban Tobing. Semua itu mengingatkan saya kembali pada betapa indahnya menjadi anak bangsa Indonesia," ujar Prabowo kala itu.

Menurut Prabowo, dari mana pun asal tempat lahir seseorang, latar belakang adat dan bahasa, maupun agama, secara esensial semua dipersatukan sebagai Bangsa Indonesia, yang saling menghormati dan mencintai sebagai sesama orang Indonesia.

"Jangan pernah melupakan soal ke-'Bhinneka Tunggal Ika'-an kita itu sebagai karakter bangsa kita, yang memungkinkan kita bisa hidup rukun, mesra, dan harmonis untuk saling mendukung dan saling mengasihi. Semua itu adalah kekuatan kita," ujar Prabowo.

Melansir Kompas.com, prosesi pemberian marga Lumban Tobing itu digelar secara simbolis kepada Prabowo dan adiknya Hasyim, diawali dengan permintaan keduanya agar diterima dalam keluarga besar tersebut.

Permintaan itu diterima dan kemudian dilanjutkan dengan upacara adat Batak berupa penyerahan kepala dan ekor kerbau, juga seekor ikan mas berukuran besar.

Setelah itu, keduanya diberi kain ulos dari keluarga besar Lumban Tobing dan perwakilan 29 marga se-Sumatera Utara.

Setelah itu, mereka disambut dengan tarian Tortor dari seluruh warga Batak.

Upacara dipimpin sesepuh marga Lumban Tobing, Tongam Lumban Tobing(Kompas.com/Tribun timur)

Artikel ini sebagian telah tayang di Tribun-Timur.com dengan judul: Prabowo Culik Aktivis Saat Menjabat Danjen Kopassus? Gerindra Ungkap Fakta Sebenarnya

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved