Miris, Hanya Berjarak 5 KM dari Kantor Bupati, Tapi Sejak Indonesia Merdeka Kampung Ini Gelap Gulita
Kompleks kantor pemerintahan daerah yang disebut-sebut termegah di Sumut ini menelan biaya ratusan miliar rupiah.
Penulis: Tulus IT |
Mahin mengatakan, tidak adanya listrik bukan hanya membuat mereka sulit mendapat informasi. Namun juga penerangan kala menunaikan salat. Di kampung ini, kata Mahin, semua warganya beragama Muslim.
Selama ini, warga hanya memanfaatkan mesin-mesin rakitan untuk menghasilkan listrik ala kadarnya.
"Apalagi kalau ada yang meninggal, susah sekali," kata Mahin.
Warga lainnya, Ramadan Harahap mengatakan, kondisi Unte Rudang sudah kerap diberitakan media massa. Baik lokal maupun nasional. Namun, sampai saat ini belum ada perubahan.
"Tapi begitupun kami tetap berharap," kata Ramadan.
Ramadan juga merupakan penduduk asli Unte Rudang. Ia lahir di sini dan sudah memiliki dua anak. Satu di antaranya masih duduk di bangku sekolah dasar.
Ramadan mengakui kondisi jalan yang buruk ke kampungnya sangat menyulitkan anak-anak untuk sekolah. Bahkan, tak jarang anak-anak di kampung ini berjalan kaki sekitar dua kilometer menuju sekolah.
"Kami berharap pemerintah mau membuka mata melihat kampung kami ini. Karena sebenarnya kampung kami ini di tengah-tengah. Kampung lainnya sudah ada listrik," ujar Ramadan.
Sulit Akses Jalan
Sampai berita ini diturunkan, Bupati Tapanuli Selatan Syahrul Pasaribu belum dapat dimintai komentarnya.
Syahrul tidak menjawab panggilan telepon setelah berulang kali dihubungi. Ia juga juga tidak membalas pesan yang dikirim melalui aplikasi WhatsApp.
Manajer PLN Area Padangsidimpuan Ronny Afrianto mengakui di wilayah kerjanya, Tapanuli bagian Sletan masih ada beberapa kawasan yang belum dialiri listrik.
"Di wilayah eks Tapanuli bagian Selatan, rasio desa berlistrik belum 100 persen," ujar Ronny melalui telepon seluler.
Untuk Desa Pargarutan Dolok, Angkola Timur yang berlokasi membutuhkan wkatu tempuh sekitar 15 menit dari perkantoran Kabupaten Tapanuli Selatan, Ronny berjanji segera meninjau tempat tersebut.
Dia mengaku tim PLN terkadang terkendala sulitnya akses jalan. Persoalan lain, terkait pembebasan lahan atau tanaman di lokasi, sehingga mengahambat masuknya listrik.
"Kalau jalan itu hanya bisa dilitnasi roda dua, tentu kami kesulitan untuk memobilisasi material dan peralatan," ujar Ronny.
"Bertahap sudah kami lakukan penyambungan. Tetakhir di Kabupaten Padanglawas. Sebelumnya di Tapanuli Selatan, tepatnya di Sitabo-tabo," kata Ronny.
(nan/tribun-medan.com)