Pilpres 2019
Adik Prabowo Bongkar Kelemahan Jokowi, Bantah Prabowo Sandi Anti Asing, dan Yakin Menang!
"Dari beberapa pertanyaan-pertanyaan, ya sudah terlihat bahwa pers asing banyak yang salah mengerti sikap Pak Prabowo," kata Hashim.
TRIBUN-MEDAN.COM - Direktur Media dan Komunikasi Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Hashim Djojohadikusumo, meluruskan persepsi yang selama ini berkembang bahwa Prabowo Subianto adalah calon presiden yang anti asing.
Hashim, yang merupakan adik Prabowo ini, menegaskan, persepsi tersebut tidak benar alias hoaks.
Klarifikasi ini disampaikan Hashim saat menggelar diskusi dengan sejumlah media asing di media center Prabowo-Sandi di Kebayoran, Jakarta, Jumat (19/10/2018).
Hashim menyebutkan, diskusi khusus dengan media asing ini memang sengaja digelar untuk meluruskan persepsi yang salah tentang Prabowo.
"Dari beberapa pertanyaan-pertanyaan, ya sudah terlihat bahwa pers asing banyak yang salah mengerti sikap Pak Prabowo," kata Hashim.
"Pak Prabowo dan Pak Sandiaga bukan anti-asing. Bukan anti investor asing, bukan anti aseng. Ini kan dipelintir, itu hoaks," tambah dia.
Hashim mengaku tidak percaya dengan hasil survei yang dirilis sejumlah lembaga survei.
Ia menyebut elektabilitas antara Prabowo-Sandi dan Jokowi-Ma'ruf saat ini hanya selisih 6-8 persen, bukan 20 persen seperti yang dirilis sejumlah lembaga.
"Saya tidak percaya semua survei itu. Itu semua salah," kata Hashim.
Hashim menjawab pertanyaan kantor berita Perancis AFP, mengenai strategi untuk mengejar elektabilitas Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu lalu mengingatkan fenomena yang terjadi di Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.
Saat itu, menurut dia, semua survei memprediksi calon petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat akan menang di putaran pertama karena meraih lebih dari 50 persen.
"Semuanya salah, jauh," kata Hashim.
Kenyataannya, di putaran pertama, pasangan Basuki-Djarot unggul, tetapi hanya meraih 42,99 persen.
Namun, di putaran kedua, pasangan petahana itu akhirnya kalah dari pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang diusung Gerindra.
"Lembaga Survei yang sama sekarang mengatakan Jokowi memimpin dengan selisih 20 persen. Survei internal kita Jokowi hanya unggul 6-8 persen. Itu angka internal kita. Jadi bukan 20 persen," ucap Hashim.

Hashim pun meyakini, dalam waktu yang tersisa, Prabowo-Sandi bisa menaikkan elektabilitasnya hingga mengalahkan petahana.
"Kami yakin Jokowi jatuh. Kenapa sekarang dia masih unggul? Jokowi adalah pria yang disukai. Saya suka dia. Saya yang sponsor untuk dia datang ke Jakarta (maju di Pilgub DKI 2012)," kata Hashim.
"Dia orang yang baik. Tapi bukan pemimpin yang baik," tambah Hashim.
Saat ditemui usai acara, Hashim menyebut survei yang dimaksud melibatkan 2.000 responden dari seluruh Indonesia.
Menurut dia, survei internal itu baru dilakukan beberapa minggu yang lalu. Keterangan Hashim berbeda dengan pernyataan sebelumnya yang dilontarkan Sandiaga.
Kemarin, Sandiaga menyebut bahwa survei internal yang dilakukan pihaknya melibatkan jutaan responden.
Dipelintir lawan
Hashim juga membantah informasi ada caleg PAN yang tidak mau mengkampanyekan Prabowo Sandi.
Ia meyakini bahwa Partai Amanat Nasional solid memenangkan pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019.
Hal ini disampaikan Hashim menanggapi pernyataan Sekjen PAN Eddy Soeparno yang mengaku partainya akan fokus memenangkan pemilu legislatif ketimbang pilpres 2019. Menurut Hashim, pernyataan Eddy tersebut sudah dipelintir.
"Enggak, itu sudah dipelintir oleh sejumlah pihak. Ya pihak lawan lah, biasa," kata Hashim di Jakarta, Jumat (19/10/2018).
Adik Prabowo ini tetap yakin PAN solid untuk turut memenangkan Prabowo-Sandi di Pilpres karena Eddy Soeparno sendiri sudah meluruskan pernyataannya.
"Pak Eddy Soeparno sudah meluruskan pernyataannya itu tidak demikian, saya kira saudara-saudara bisa lihat pernyataannya di akun twitternya," kata Direktur Media dan Komunikasi Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi ini.
Sekjen PAN Eddy Soeparno sebelumnya mengakui sejumlah calon anggota legislatif yang diusung partainya menolak untuk ikut mengkampanyekan pasangan Sandi.
Hal ini diketahui oleh Eddy dari pengakuan langsung caleg yang bersangkutan. Mereka menolak ikut mensosialisasikan Prabowo-Sandi karena tak sesuai dengan kehendak konstituen yang lebih mendukung pasangan calon nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
"Di antara caleg kita yang berjuang di daerah, 'mohon maaf ketum, mohon maaf sekjen. Tetapi di bawah, saya mungkin tidak bisa terang-terangan untuk berpartisipasi dalam pemenangan Pak Prabowo. Karena konstituen saya tidak sejalan dengan itu. Jadi mohon maaf'," kata Eddy menirukan pernyataan caleg yang dimaksud.
Hal ini disampaikan Eddy saat menjadi narasumber dalam rilis survei PolMark Indonesia, di Jakarta, Kamis (18/10/2018).
Dalam kesempatan itu, Eddy juga mengakui bahwa partainya memang akan lebih fokus memenangkan pileg 2019 ketimbang pilpres.
Sebab, pileg dan pilpres 2019 akan digelar secara serentak. Di sisi lain, PAN tidak mempunyai perwakilan yang diusung sebagai calon presiden dan calon wakil presiden.
Prabowo-Sandi yang diusung PAN, keduanya berasal dari Partai Gerindra. Belakangan, Eddy meluruskan maksud dari pernyataannya.
"Yang saya sampaikan, sebagai bagian dari koalisi dan mengemban tugas partai, PAN harus kuat di legislatif. Karena jika nanti pasangan Prabowo-Sandi menang, maka legislatif yang kuat akan menjadikan pemerintahan yang efektif," ujar Eddy.
Artikel ini dikompilasi dari Kompas.com dari berita berjudul "Hashim Klaim Selisih Elektabilitas Jokowi dan Prabowo Hanya 6-8 Persen" dan "Hashim: Prabowo Anti Asing, Itu Hoaks"
