Viral Medsos
Begini Kata Ustaz Abdul Somad soal Kepemimpinan Jokowi, Hingga Tanggapi Cebong dan Kampret
Ustaz Abdul Somad (UAS) menjawab pertanyaan jamaahnya tentang kepemimpinan Presiden Jokowi.
TRIBUN-MEDAN.COM - Ustaz Abdul Somad (UAS) menjawab pertanyaan salah seorang jamaahnya tentang kepemimpinan Presiden Jokowi.
"Bagaimana pendapat ustadz tentang kepemimpinan Presiden Jokowi?" demikian isi pertanyaan jamaah yang dibacakan UAS dalam sebuah pengajian.
"Mantap!," jawab UAS dengan cepat.
Jawaban Ustadz Abdul Somad itu langsung membuat jamaahnya tertawa.
UAS pun menjelaskan mengapa ia memberikan penilaian itu kepada Presiden Jokowi.
UAS pun menyebutkan janji Jokowi yang dinilainya mantap bahkan belum pernah ada di dunia.
"Akan dibuat tol dalam air. Kereta api dalam air. Mana ada pernah itu sejak jaman Majapahit, Kerajaan Demak, belum pernah ada. Baru pada jaman presiden Jokowi," timpalnya.
Ia pun berdoa agar janji tersebut akan segera direalisasikan.
Berikut videonya:
Pesan UAS jelang pilpres 2019
Ustadz Abdul Somad memberikan kiat untuk memilih dalam Pemilu (Pemilihan Umum) atau Pilpres (Pemilihan Presiden) 2019.
Menurut Abdul Somad, di masa peralihan kekuasaan atau pemilu, hampir semua aspek kehidupan selalu dikaitkan dengan hal-hal politik.
Mulai dari aspek sosial, ekonomi bahkan aspek agama.
Namun Abdul Somad tidak membenarkan ketika ada pihak yang menyalahkan pilihan pihak lainnya.
Pernyataan Abdul Somad ini disampaikan ketika wawancara bersama Karni Ilyas di Tv One, Jumat (7/12/2018).
Saat itu, Karni Ilyas meminta pendapat Ustaz Abdul Somad terkait kondisi bangsa terkini.
"Bertepatan dengan tahun politik, bagaimana menurut ustadz melihat situasi yang ada sekarang ini?," tanya Karni Ilyas.
"Saya kira di negara manapun kita tinggal bahwa yang namanya peralihan kekuasan akan selalu memberikan akses terhadap semua lini kehidupan," jawab Ustaz Abdul Somad.
"Sosial, politik, agama, ekonomi, termasuk juga dalam kajian keagamaan."
"Sehingga selalu dikaitkan dengan politik."
"Selalu saya katakan bahwa berbeda pilihan adalah hal biasa."
"Tapi ketika kita menyalahkan orang yang berijtihad dengan pilihannya, di situ kita mengalami kekacauan pemikiran," kata Abdul Somad.
Lebih lanjut, Abdul Somad menegaskan pentingnya berpikir lurus atau cerdas.
Juga menggunakan hati nurani dalam menentukan pilihan.
"Mata boleh jadi berdusta karena tidak bisa melihat kayu yang bengkok di tepi sungai," kata Abdul Somad.
"Kelihatannya bengkok padahal dia lurus."
"Oleh sebab itu maka kita mesti cerdas, dalam hal ini gunakan telinga, mata dengan baik."
"Dan ada satu yang tak bisa dibohongi, nurani kita."
"Maka InsyaAllah, Allah akan memberikan kita pilihan terbaik."
"Tidak perlu takut, tidak perlu cemas, karena kita bukan negara yang baru."
"Sebelum ada republik Indonesia, kami dari pulau Sumatera, khusunya Riau, 1723 kami sudah punya Kerajaan Siak Sri Inderapura."
"Di atas kami Aceh ada yang lebih tua lagi."
"Sahabat-sahabat kita di Kalimantan, di Papua."
"Maka jangan sampai kepentingan sesaat 5 tahun ini merusak kebersaman kita," ungkapnya.
Simak videonya berikut ini.
Tanggapi adanya Kampret dan Cebong
Dalam kesempatan wawancara tersebut, Karni juga menanyakan kepada Abdul Somad tentang perpecahan massa yang terjadi jelang tahun politik.
Dikatakan oleh Karni Ilyas, saat ini massa seolah terpecah menjadi dua kubu.
Dua kubu tersebut kerap disapa 'kampret' dan 'cebong'.
Lebih lanjut menurut Karni, dua kubu tersebut berperang secara masif di media sosial.
Bahkan Karni menyebut dua kubu ini lebih nyaring suaranya dibanding calon-calon yang maju dalam Pemilu.
Atas kondisi tersebut, Karni Ilyas khawatir adanya dua kubu ini dapat memecah belah bangsa.
"Bagaimana ustadz, kalau kita lihat di media, apalagi di media sosial, seolah-olah bangsa ini terbelah dalam dua opini besar."
"Yang satu dibilang kampret yang satu dibilang cebong."
"Ini lebih keras perangnya dari pada yang kampanye terbuka, atau calon-calon yang mereka majukan."
"Saya agak khawatir sebetulnya bangsa ini terpecah begitu, dan yang lebih khusus lagi, ummat pun terasa terpecah dua."
"Bagaimana ustadz melihatnya dan apa yang ustadz ingin sampaikan agar tidak terjadi hal buruk nanti?," tanya Karni Ilyas.
Menanggapi hal tersebut, Ustaz Abdul Somad mengatakan bahwa tokoh-tokoh penting yang ada di dua kubu tersebut harus dipertemukan untuk diajak rembug bersama.
Abdul Somad juga tak ingin bangsa ini terpecah hanya karena kepentingan politik sesaat alias 5 tahunan.
"Menjinakkan buaya itu sulit, tapi ada yang lebih sulit, menjinakkan pawang-pawang buaya," jawab UAS.
"Insyaallah kalau pawang-pawang ini sudah duduk bersama terlepas dari latar belakang, basic pendidikan, partai, kepentingan, duduk bersama yang kita bahas adalah kepentingan besar sebagai ummat."
"Dulu kita pernah punya masa lalu, Sriwijaya kemudian Majapahit."
"Maka jangan sampai kepentingan sesaat 5 tahun ini memporak-porandakan bangunan yang kokoh dan kuat."
"Bahwa nanti setelah kita berijtihad menurut isyarah kita ini yang kita pilih, Insyaallah Allah akan memberikan jalan."
"Maka saya pikir tokoh-tokoh intinya harus mendinginkan," imbuh UAS. (*)
Artikel ini telah tayang sebelumnya di Tribun-Timur.com dengan judul; Jangan Kaget! ini Pendapat Ustadz Abdul Somad (UAS) Tentang Kepemimpinan Presiden Jokowi