Kisah Aktor Tajir Chow Yun Fat, Harta Rp 10,8 Triliun, Kekayaan Disumbang untuk Amal jika Meninggal
Aktor Hong Kong dan Hollywood papan atas, Chow Yun Fat, tentu semua orang sudah yakin bahwa kekayaannya tajir-melintir.
Chow mengatakan, gaya hidupnya itu tidak dibuat-buat karena ia memang merasakan kebahagiaan dan kegembiraan sebagai orang kebanyakan.
Sering terlihat bepergian dengan transportasi umum mengenakan pakaian tua, Chow mengatakan bahwa "Pakaian bukanlah sesuatu untuk pamer. Pakaian itu adalah kenyamanan dan itu kebahagiaan yang tak ternilai," katanya.

Cho Yun Fat adalah satu dari sedikit aktor Hong Kong --yang biasanya terkenal sebagai aktor laga-- bisa menembus Hollywood dengan bayaran selangit.
Selain film silat Hong Kong, Chow Yun Fat juga dikenal dalam perfilman barat dalam sejumlah film yang diperankannya, seperti film gangster klasik "A Better Tomorrow" dan film peraih Oscar The Pirates of Carribean.
Salah satu film Hong Kong yang menjadi best seller dunia adalah film silat klasik Crouching Yiger, Hidden Dragon yang mencetak rekor penjualan tertinggi dari seluruh produksi film Hong Kong.
Alasannya lain melakukan hal itu untuk menjaga perasaan para penggemarnya karena orang-orang yang mencintainya banyak dari kalangan kelas menengah ke bawah.
Berbeda dengan patra sosialitas dan crazy Asian --julukan orang-orang kaya Asia-- yang banyak di Hong Kong, Chow justru hidup dengan cara yang sebaliknya.
Ia bahkan dijuluki "Brother Fat" di Hong Kong, karena sikap sederhananya itu.

"Uang ini bukan sesuatu yang Anda miliki selamanya. Ketika Anda pergi suatu hari, Anda harus menyerahkannya kepada orang lain untuk menggunakannya," katanya kepada Munhwa Broadcasting Corporation (MBC) Korea Selatan dalam sebuah wawancara yang disiarkan pekan lalu, seperti dilansir AsiaOne.com.
"Anda tidak dapat membawa uang di rekening bank Anda setelah meninggal," katanya, sambil menambahkan bahwa istrinya sangat mendukung keputusannya untuk menyumbangkan seluruh kekayaannya setelah meninggal dunia.
Hong Kong yang kotanya dikenal kapitalis sangat timpang dibanfdingkan kota-kota China, kala itu, kendati saat ini sudah muncul kota-kota industri baru seperti Shanghai, Shenzen dan Guang Zhou.

Di satu sisi, sebagian besar rakyat Hong Kong tinggal di rumah-rumah yang sempit karena tingginya biaya hidup, tretapi di sisi lainnya, kota itu juga tak kurang dengan para sosialita yang hidup di tengah kemewahan.
Media lokal memberikan perkiraan kekayaannya yang sangat beragam, tetapi mengatakan bahwa kekayaan itu tak pernah terlihat pada Chow.
Chow mengatakan, dia sendiri tidak tahu berapa nilai kekayaannya karena tidak pernah menghitung dan tidak mempedulikannya.

Dalam wawancaranya dengan MBC, Chow menceritakan, ia berasal dari Pulau Lamma yang dulunya merupakan desa nelayan tradisional.