Ayah Stefan Tak Terima Anaknya Tewas Dikeroyok di Unimed: Kalau Bisa Nyawa Tukar Nyawa
Dua pria tewas diamuk massa di kawasan kampus Universitas Negeri Medan (Unimed), Selasa (19/2/2019) petang
Penulis: M.Andimaz Kahfi |
Poltak mengatakan Stefan anak bungsu dari tiga bersaudara dan dikenal tidak pernah aneh-aneh selama hidup.
"Dia orangnya baik, nggak pernah aneh-aneh terakhir dia kerja doorsmeer di rumah kita ini," ujarnya.
Lebih lanjut, Poltak beberkan bahwa mahasiswa Unimed itu seperti pembunuh. Karena menurutnya sebelum ini ada juga orang meninggal disitu.
"Cemanalah 9 kereta hilang disitu, kalau tidak ada dugaan bermain Satpam mana mungkin itu bisa terjadi. Rektor nya harus bertanggungjawab," tuturnya.
Poltak heran mengapa anaknya yang awalnya dituduh tidak ada STNK, kemudian dituduh mencuri sepeda motor.
Bahkan Joni hingga menelepon istrinya yang sedang hamil untuk mengantarkan STNK dan BPKB ke Unimed.
Namun sesampainya di Unimed kondisi Stefan dan Joni sudah terkapar di kunci dalam Pos Satpam.
"Ini kan pembunuhan tidak manusiawi. Kalau dia mencuri kan ada polisi. Tapi ini STNK ketinggalan di tuduh mencuri, dan parahnya saat kritis alibinya karena dia curi helm, kejam kali itu. Padahal si Joni itu kaya raya. Bapaknya toke bawang dan kalau mau beli motor 10, bisa dibelinya," beber Poltak.
Masih kata Poltak, kejadian penganiayaan anaknya beserta temannya terjadi di dekat Fakultas olahraga.
Pensiun polisi terakhir bertugas 2015 di SPN Sampali dengan pangkat Aiptu ini tak menyangka Stefan begitu cepat pergi meninggalkannya.
"Kalau bisa nyawa tukar nyawa, Tapi aku serahkan semua sama polisi. Seharusnya ke Percut Seituan dia lamban, makanya aku minta di tangani Polrestabes Medan," ujar Poltak.
(Mak/tribun-medan.com)