News Video

Poltak Sihombing Menangis saat Ceritakan Kematian Anaknya di Unimed karena Dituduh Mencuri Helm. .

Poltak menuturkan bahwa saat ia mengetahui kabar itu dari salah seorang mahasiswa yang mendatangi kediamannya, ia langsung bergegas menuju Unimed

Penulis: M.Andimaz Kahfi | Editor: Hendrik Naipospos
Tribun Medan
Poltak Sihombing 

Namun sesampainya di Unimed sudah tidak ada orang.

"Info yang aku dapat kondisi dia sudah koma di kantor satpam. Waktu di rumah sakit langsung masuk ICU," kata Poltak, Kamis (21/2/2019).

Video wawancara Poltak Sihombing;

Ayo subscribe channel YouTube Tribun MedanTV

Tewas di Unimed, Pria Terduga Maling Helm Meninggalkan Istri yang Sedang Hamil dan Anak Kecil

MENYEDIHKAN, Fakta Lain 2 Pria Diduga Mencuri di Unimed Tewas, Istri Hamil, Keluarga Tuntut Keadilan

Joni dan Steven Tewas Diamuk Massa, Humas Unimed: Dibawa Keluar Kampus Masih Hidup

Poltak mengatakan Stefan anak bungsu dari tiga bersaudara dan dikenal tidak pernah aneh-aneh selama hidup.

"Dia orangnya baik, nggak pernah aneh-aneh terakhir dia kerja doorsmeer di rumah kita ini," ujarnya.

Lebih lanjut, Poltak beberkan bahwa mahasiswa Unimed itu seperti pembunuh. Karena menurutnya sebelum ini ada juga orang meninggal disitu.

"Cemanalah 9 kereta hilang disitu, kalau tidak ada dugaan bermain Satpam mana mungkin itu bisa terjadi. Rektor nya harus bertanggungjawab," tuturnya.

Poltak heran mengapa anaknya yang awalnya dituduh tidak ada STNK, kemudian dituduh mencuri sepeda motor. Bahkan Joni hingga menelepon istrinya yang sedang hamil untuk mengantarkan STNK dan BPKB ke Unimed. Namun sesampainya di Unimed kondisi Stefan dan Joni sudah terkapar di kunci dalam Pos Satpam.

"Ini kan pembunuhan tidak manusiawi. Kalau dia mencuri kan ada polisi. Tapi ini
STNK ketinggalan di tuduh mencuri, dan parahnya saat kritis alibinya karena dia curi helm, kejam kali itu. Padahal si Joni itu kaya raya. Bapaknya toke bawang dan kalau mau beli motor 10, bisa dibelinya," beber Poltak.

Masih kata Poltak, kejadian penganiayaan anaknya beserta temannya terjadi di dekat Fakultas olahraga. Pensiun polisi terakhir bertugas 2015 di SPN Sampali dengan pangkat Aiptu ini tak menyangka Stefan begitu cepat pergi meninggalkannya.

"Kalau bisa nyawa tukar nyawa. Tapi aku serahkan semua sama polisi. Seharusnya ke Percut Seituan dia lamban, makanya aku minta di tangani Polrestabes Medan," pungkasnya.

(mak/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved