Dalam 7 Menit Rudal China Hantam Manila, Duterte Gertak Balik China Siapkan Tentara Misi Bunuh Diri

"Saya tidak akan memohon. Saya hanya ingin mengatakan jangan sentuh Pag-asa, karena saya punya tentara di sana," tegas Duterte.

Editor: Tariden Turnip
AMTI CSIS
Dalam 7 Menit Rudal China Hantam Manila, Duterte Gertak Balik China Siapkan Tentara Misi Bunuh Diri. Pulau Thitu atau Pagasa di Laut China Selatan, yang dikuasai Filipina, namun dalam sengketa dengan China. 

Dalam 7 Menit Rudal China Hantam Manila, Duterte Gertak Balik China Siapkan Tentara Misi Bunuh Diri 

TRIBUN-MEDAN.com - Presiden Filipina Rodrigo Duterte memperingatkan China untuk tidak lagi berusaha memasuki kawasan sengketa di Laut China Selatan.

Sebelumnya, berupaya menarik investasi dari raksasa Asia itu, Duterte menahan kritik ketika Beijing berupaya memperluas pengaruhnya di Laut China Selatan.

Namun, dia melontarkan peringatan tatkala militer memperingatkan ratusan kapal China berseliweran di Pulau Thitu, dikenal juga sebagai Pag-asa, setahun terakhir.

"Saya tidak akan memohon.

Saya hanya ingin mengatakan jangan sentuh Pag-asa, karena saya punya tentara di sana," tegas Duterte dilansir AFP Jumat (5/4/2019).

"Jika kalian sengaja menyentuhnya, lain cerita.

Saya bakal memerintahkan tentara saya bersiap melakukan 'misi bunuh diri'," lanjutnya.

Sebelumnya Filipina mengumumkan mereka telah mengirimkan nota protes kepada China pasca-munculnya ratusan kapal di wilayah sengketa Laut China Selatan.

Jason Ramon dari komando barat militer Filipina berkata, ada 275 kapal China yang berlayar di Pulau Thitu, dikenal juga sebagai Pag-asa, sepanjang tahun ini.

Sementara juru bicara militer Edgard Arevalo menuturkan, sangat sulit menghitung jumlah kapal.

Sebab, satu kapal bisa berseliweran di sekitar pulau.

"Informasi yang kami dapatkan adalah mereka berniat menunjukkan keberadaan mereka di daerah itu," kata Arevalo dilansir CNN Selasa (2/4/2019).

Keberadaan kapal itu, kata juru bicara kepresidenan Salvador Panelo, menjadi bahan pertanyaan Manila ketika mengirim nota protes kepada China.

Panelo menjelaskan, ada tiga hal yang ingin ditanyakan Filipina.

Pertama adalah jika mereka benar-benar mengakui kapal mereka berlayar di kawasan sengketa.

Kedua, Filipina bakal bertanya mengapa China membiarkannya.

Ketiga, Filipina bakal meminta China untuk tidak lagi membiarkan kapal itu berlayar di sana.

Duta Besar China untuk Filipina Zhao Jianhua menanggapi nota itu dan menuturkan Beijing saat ini berusaha mengonfirmasi berapa banyak kapal mereka yang berlayar di Thitu.

"Ada kemungkinan kapal yang berlayar itu adalah kapal nelayan yang tidak berbahaya," papar Zhao mengomentari pulau di jaringan Spratlys tersebut.

Politisi oposisi Gary Alejano pada pekan lalu mendesak pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte untuk tidak membiarkan China terlalu lama merajalela di sana.

"Keberadaan China adalah fakta yang tidak bisa kami sepelekan. Setiap hari, peluang bakal terbuang jika tidak segera bertindak," tegas Alejano.

Selain Filipina, China, Taiwan, dan Vietnam juga mengklaim Thitu yang mempunyai populasi 100 orang dan sejumlah personel militer.

Pulau itu berlokasi 500 km dari Palawan, kepulauan utama Filipina yang bakal jadi tuan rumah latihan perang gabungan dengan Amerika Serikat (AS) dua pekan mendatang.

Meski berani mengancam balik China, sebelumnya Duterte berulang kali berkata jika perang dengan China terjadi, maka negaranya bakal menderita kekalahan.

Duterte menyatakan niatnya untuk membina hubungan baik dengan China meski masih ada permasalahan Laut China Selatan.

Menurut Duterte seperti dilansir Russian Today Rabu (3/4/2019), China dan Filipina tidak mempunyai isu yang tidak bisa diselesaikan secara politik.

Selain itu, presiden yang akrab disapa Digong itu mengatakan dia tidak ingin jika harus berkonfrontasi dengan Beijing dalam skala militer.

Duterte menuturkan jika mereka berperang dengan China, maka Angkatan Laut Filipina bisa porak-poranda hanya dalam hitungan menit.

"Jika saya mendeklarasikan perang melawan China, maka rudal mereka bisa menghantam ibu kota Manila dalam waktu tujuh menit," paparnya.

Dalam pidatonya saat membuka latihan gabungan antara militer Filipina dengan Amerika Serikat ( AS), Duterte juga menekankan China berkomitmen berkawan dengan negaranya.

Dalam penilaian presiden berjuluk The Punisher tersebut, China (termasuk juga Rusia) menyanggupi permintaannya untuk mengirim persenjataan.

Berbeda dengan AS yang disebutnya tidak mengirim senjata seperti yang dia butuhkan untuk melawan kelompok ekstremis karena faktor HAM.

"China hanya ingin menjadi teman kami. Mereka memberi kami senjata dan amunisi. Sementara Amerika tidak mengirim apa yang kami butuhkan," katanya.

China, Filipina, Brunei, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam adalah negara yang saling mengklaim wilayah di perairan bernilai triliunan dollar AS itu.

Manila mendapat kemenangan penting ketika pada awal pemerintahan Duterte di 2016, pengadilan internasional menyebut klaim China tidak mempunyai basis data.

Namun, presiden berjuluk The Punisher itu dianggap terlalu lembut karena janji investasi miliaran dollar AS dari Presiden China Xi Jinping.

Beijing pun berupaya mengendurkan tensi dengan menyatakan kedua negara saling bertukar pandangan secara damai di Pag-asa pada Kamis (4/4/2019).

Amerika Serikat, sekutu sekaligus bekas negara yang pernah menduduki Filipina, telah mengumumkan sikap kontra terhadap ekspansi China di sana.

Untuk pertama kalinya, pada Maret Washington mengatakan bakal membantu Filipina jika saja terjadi "konflik bersenjata" di Laut China Selatan.

Angkatan Laut AS berulang kali melakukan misi dengan berlayar dekat dengan pulau buatan di Laut China Selatan, dan menimbulkan protes dari Beijing.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Duterte ke China: Jangan Sentuh Pag-asa, Saya Punya Tentara di Sana" 
Penulis : Ardi Priyatno Utomo

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved