Bocorkan Cerita Film Avangers, Pria Ini Dihajar Ramai-ramai oleh Pengunjung Bioskop
Saking semangatnya, pria itu dilaporkan meneriakkan isi film Avengers kepada calon penonton yang tengah mengantre tiket.
Spoiler adalah Bantuan
Jika banyak orang menganggap spoiler adalah pengalaman buruk, maka pendapat berbeda diungkapkan oleh penelitian dalam jurnal Psychological Science.
Penelitian itu menunjukkan bahwa mengetahui akhir dari sebuah cerita sebelum Anda menyaksikan atau membaca sendiri sebenarnya tidak merusak pengalaman cerita tersebut.
Para peneliti menyebut hal ini sebagai "spoiler paradox".
Melansir dari laporan Psychology Today tahun 2011, hasil tersebut didapatkan oleh Nicholas Christenfeld dan Jonathan Leavitt dari University of California, departemen psikologi San Diego dengan melakukan tiga percobaan menggunakan 12 cerita pendek.
Percobaan pertama, para peserta diberikan spoiler atau bocoran tentang akhir kisah sebelum diizinkan membaca. Pada percobaan kedua, spoiler dimasukkan sebagai paragraf pembuka cerita.
Percobaan ketiga adalah tidak memberikan para peserta bocoran cerita.
Hasil temuan menunjukkan bahwa para peserta lebih menyukai cerita ketika telah mendapatkan spoiler dibandingkan yang tidak. Bahkan, mereka lebih suka ketik bocoran keseluruhan kisah dimasukkan sebagai teks penngantar dalam cerita.
Temuan ini mungkin membuat Anda terheran-heran dan bertanya kok bisa seperti ini, bagaimana logikannya?
Mari kita memutar waktu ke tahun 1944 untuk menjawab pertanyaan tersebut. Pada 1944, Fritz Heider dan Mary-Ann Simmel dari Smith College melakukan penelitian yang sederhana namun kuat.
Para peneliti menunjukkan kepada para peserta animasi dua segitiga dan sebuah lingkaran bergerak mengelilingi sebuah kotak. Saat menonton animasi tersebut, sangat sulit untuk tidak menambahkan dialog Anda sendiri untuk menjelaskan apa yang terjadi.
Sebagian besar peserta menggambarkan bahwa lingkaran dan segitiga biru sebagai orang yang jatuh cinta dan segitiga berwarna abu-abu sebagai orang yang berusaha menghalangi.
Para peserta menggunakan narasi yang menggambarkan tindakan dan adegan dalam animasi itu seperti benda yang memiliki niat dan motivasi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa manusia punya naluri dasar untuk mendongeng atau bercerita.
Bagi manusia, bercerita menjadi alat penting untuk memahami perilaku manusia lain dan mengomunikasikan pemahaman kita terhadap orang lain.