Djarot Ungkap Kejamnya Perlakuan Soeharto Terhadap Makam Bung Karno, Sengaja Ciptakan Suasana Angker
Tak hanya itu, menurut Djarot kondisi makam dikelilingi kaca, yang membatasi jarak antara peziarah dengan pusara Putera Sang Fajar itu.
Namun saat ini berjejer toko-toko cinderamata," katanya.
Ia mengatakan pasca dibukanya kompleks pemakaman tersebut, rakyat berbondong-bondong datant berziarah. Aksi tersebut juga mengangkat income penduduk sekitar.
"Ada yang mendirikan guesthouse, toko pernak-pernik.
Ada ratusan ribu hingga jutaaan yang datang, untuk berziarah tiap bulannya," ujarnya.
Sementara itu, Budayawan Mateus Suarsono mengatakan, kisah makam Bung Karno itu, menurutnya kaca memiliki arti penting.
Bagi Suarsono, dalam konsep spiritualitas, kaca menjadi salah satu media untuk mengurung atau perangkap bagi mahluk tak kasat mata.
"Mungkin itu politis, penghapusan sejarah secara fisik dapat dilakukan namun secara metafisik akan sangat sulit dilakukan," tambahnya.
Namun menurut Suarsono, pemberian kaca di seputar makam itu, mungkin juga dimaksud untuk menjaga area pusara.

"Dulu cerita dari para orang tua, tanah selalu berkurang, bunga atau benda apa pun yang terkait dalam ritus ziarah selalu habis diambil peziarah.
Kebanyakan itulah yang terjadi pada makam orang-orang besar," katanya.
Kegiatan tersebut menurut Suarsono tak sepenuhnya dapat disalahkan.
Baginya kegiatan 'ngalap berkah' itu artinya meminta izin untuk mengambil sesuatu dengan harapan mendapatkan spirit dan tuah dari makam tersebut.
Di kalangan para penghayat, kata Suarsono, mereka menempatkan Soekarno sebagai salah satu inkarnasi Dewa yang mengawal kebajikan rakyat, layaknya Semar, Nayagenggong, Sabdopalon.
"Dari beberapa dialog yang pernah saya lakukan kepada para penghayat, tokoh-tokoh tersebut berdasarkan indikator karakteristik, sifat, hitungan jawa, tanda alam ramalan, bisikan dan semuanya dimiliki oleh sosok Soekarno," jelasnya.
Menurutnya, pada cerita pewayangan, ada kisah kematian Rahwana.