2 Tewas 87 Rumah Dibakar; Pasukan Elite Yonif Raider Dikirim ke Buton, Polri Terjunkan 3 SSK Brimob
Kodam XIV/Hasanuddin menerjunkan pasukan elite dari Batalyon Infanteri Raider untuk membantu pengamanan di lokasi bentrok antardesa di Kabupaten Buton
TRIBUN MEDAN.com - Kodam XIV/Hasanuddin menerjunkan pasukan elite dari Batalyon Infanteri Raider untuk membantu pengamanan di lokasi bentrok antardesa di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Kepala Penerangan Korem (Kapenrem) 143/Haluoleo Kendari, Mayor Arm Sumarsono mengatakan, total sebanyak 100 prajurit Yonif Raider 700/Wira Yudha Cakti diberangkatkan ke Buton. Satu kompi pasukan Raider itu akan membantu pengamanan konflik yang terjadi di dua desa.
Sumarsono mengatakan, pemberangkatan pasukan elite TNI AD itu dilakukan dua tahap, yakni tahap pertama pada Kamis (6/6/2019) malam dengan menggunakan KRI Tarapang.
“Diberangkat dua gelombang. Gelombang pertama sebanyak 50 orang yang diberangkat tadi malam, dipimping langsung oleh Letda Inf Andi Ndaru selaku Danton Ban Kipan A,” kata Sumarsono yang dihubungi, Jumat (7/6/2019).
Baca: Andi Arief Bongkar Penyebab Kekalahan Prabowo Subianto, Memilih Sandiaga Uno Sebagai Wakilnya
Baca: SBY Curhat ke Anji Drive, Ciptakan Lagu Mengenang Ani Yudhoyono
Sedangkan untuk gelombang kedua, lanjut Sumarsono, akan diberangkatkan dengan menggunakan pesawat Hercules dari Bandara Sultan Hasanuddin, Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Untuk pemberangkatan gelombang kedua, akan dipimpin oleh Lettu Inf Sahang selaku Danki C Yonif Raider 700/Wira Yudha Cakti dengan jumlah prajurit 50 orang.
“Jadi, mereka diberangkatkan untuk membantu mengamankan situasi di Buton, pasca-konflik yang terjadi antara Desa Sampuabalo dan Gunung Jaya,” ujar dia.
Selain turunnya pasukan elite TNI Angkatan Darat ini ke lokasi bentrok, Polri juga menerjunkan pasukan Brimob ke Buton.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, sebanyak tiga Satuan Setingkat Kompi (SSK) Brimob didatangkan dari Ibu Kota Sultra, Kendari.
"Sudah ada tiga SSK dari Brimob yang melakukan pengamanan di perbatasan dua desa tersebut," kata Dedi di Jakarta, Jumat (7/6/2019).
Baca: Kronologi Suami Tikam Istri hingga Tewas, Barang Bukti Pisau Dapur, Begini Penjelasan Kapolsek
Selain itu, dua satuan setingkat peleton (SST) dari Korem dan satu SST dari Polres Baubau juga didatangkan untuk "mengendalikan" keamanan di dua lokasi bentrokan. "Kondisi saat ini sudah berhasil dikendalikan oleh polisi dan TNI," kata Dedi.
Sebelumnya, Kamis (6/6/2019), Polda Sultra telah menerjunkan ratusan personel di Desa Gunung Jaya, Kecamatan Siotopina, Buton.
Kabid Humas Polda Sultra AKBP Harry Goldenhardt mengatakan, pengerahan personel itu untuk mengamankan situasi setelah terjadinya bentrok di Desa Sampuabalo dan Desa Gunung Jaya, Rabu (5/6/2019).
Selain itu, untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan terkait kasus kericuhan tersebut.
Kerusuhan di dua desa di Kabupaten Buton itu telah mengakibatkan dua orang meninggal dan delapan orang luka luka. Selain itu, 87 rumah terbakar, serta 700 orang warga Desa Gunung Jaya mengungsi ke tiga desa yaitu Desa Laburunci, Kelurahan Kombeli, dan Desa Lapodi.
Upaya mendamaikan dua warga Desa Sampuabalo dan Desa Gunung Jaya, di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, terus dilakukan, di tengah peningkatan pengamanan setelah terjadi bentrokan yang menewaskan dua orang dan pembakaran 87 rumah warga.
Baca: Juventus Beli Isco dan James Rodriguez untuk Temani Ronaldo
Para pejabat kepolisian dan TNI hingga kini terus berupaya mempertemukan tokoh agama, masyarakat, serta pemuda dari dua desa.
"Tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda setempat, sudah melakukan rapat untuk betul-betul bersama-sama meredam situasi yang berkembang di sana," kata Dedi Prasetyo.
"Kami juga meminta agar masyarakat bisa menahan diri," sambungnya.
Kepolisian, menurut Dedi, terus mengumpulkan informasi untuk mengetahui siapa yang melakukan provokasi awal yang menjadi pemicu aksi pembakaran lebih dari 80 rumah warga Desa Sampuabalo.
"Saat ini sudah didata siapa provokator dan pelaku baik penganiayaan, perusakan, pembakaran," katanya.
Baca: Danru Provost Yonif Sertu AS Tewas Diduga OD, Roboh setelah Masuk Diskotek di Pinggiran Kota Binjai
Dilaporkan wartawan Kompas.com Defrianto Neke, yang berada di lokasi bentrokan, situasi relatif sudah kondusif, setelah aparat polisi dan TNI diturunkan untuk melakukan penjagaan di perbatasan dua desa.
"Penjagaan dilakukan untuk mencegah bentrokan susulan, karena beberapa orang massa dari Desa Gunung Jaya mencoba masuk ke Desa Sampuabalo, tapi dicegah aparat untuk menghindari bentrokan," ungkap Defrianto.
Dia juga melaporkan sebagian warga desa, utamanya kaum perempuan dan anak-anak, mengungsi di sejumlah desa yang relatif aman.
Kabid Humas Polda Sultra AKBP Harry Goldenhart mengatakan, mengimbau warga yang bertikai untuk menahan diri. Ia menegaskan, saat ini penyidik sedang mengumpulkan alat bukti untuk mengungkap pelaku.
Goldenhart memastikan aparat kepolisian masih memburu provokator terjadinya perusakan dan penganiayaan dalam peristiwa bentrokan tersebut.
Baca: Ini Rumah Baru Raffi Ahmad Seharga Rp 70 Miliar dengan Luas Tanah 2.000 Meter Persegi
"Prioritas menenangkan warga agar tidak terhasut informasi yang meresahkan. Polisi bekerja mengumpulkan bukti, termasuk mengorek informasi dari saksi yang menyaksikan peristiwa memilukan tersebut," kata Goldenhart.
Konflik antarwarga Desa Sampoabalo dan Desa Gunung Jaya yang mengakibatkan dua orang warga meninggal dunia, dua orang luka-luka dan 87 rumah terbakar dipastikan ada oknum pelaku yang harus bertanggung jawab.
"Setiap peristiwa pasti ada yang melatarbelakangi. Polisi dibantu masyarakat sedang merangkum bukti-bukti untuk mengungkap siapa oknum provokator dan pelaku perusakan rumah warga hingga pelaku penganiayaan yang menyebabkan seorang warga meninggal dunia," katanya.
Baca: Tiga Lokasi Instagramable yang Paling Ikonik di Pematangsiantar, Jadi Lokasi Favorit Warga Berlibur
Informasi yang dihimpun penyelidik bahwa motif konflik yang mengakibatkan 87 rumah terbakar adalah sekelompok pemuda Desa Sampuabalo menggelar konvoi kendaraan bermotor serangkaian malam takbiran Idul Fitri memancing ketersinggungan warga Desa Gunung Jaya.
Kesalahpahaman warga dua desa berlanjut keesokan harinya atau seusai salat Idul Fitri hingga terjadi pembakaran puluhan unit rumah warga setempat.
Terpisah, Gubernur Sultra Ali Mazi memerintahkan sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemprov setempat membentuk tim khusus untuk membantu korban kerusuhan dan membangun kembali puluhan rumah warga yang sudah terbakar pasca-kerusuhan.
Pemprov Sultra juga bakal dibantu pihak TNI-Polri guna mendukung upaya tersebut. "Kami akan mengirim tim, membangun kembali rumah yang rusak. Kami kebetulan ada bantuan untuk pembangunan rumah di desa-desa, warga tidak perlu ragu dan khawatir sudah tidak ada tempat tinggal," kata Ali Mazi di rumah jabatannya, Kamis (6/6/2019) malam.
Baca: Kapolda Sultra dan Danrem Masih Ikut Berjaga di Lokasi Konflik Buton, Polisi Mulai Buru Provokator
Berikut fakta-fakta bentrok warga antardesa di Buton:
1. Gara-gara memainkan gas motor
Menurut keterangan polisi, bentrokan warga Desa Gunung Jaya dengan Desa Sampuabalo diawali aksi ugal-ugalan sekelompok pemuda dari Sampuabalo saat melintasi Desa Gunung Jaya dengan sepeda motor.
“Karena kesalahpahaman antara Desa Gunung Jaya dengan Desa Sampuabalo, yang diawali dari pemuda Sampuabalo yang melintas di Desa Gunung Jaya, karena memainkan gas motor. Masyarakat Gunung Jaya terganggu dan tidak terima sehingga masyarakat mengeluarkan pernyataan yang tidak mengenakan," kata Kapolda Sultra Brigjen Pol Irianto.
2. Aksi lempar batu dan bakar rumah
Tidak terima dengan perkataan para warga Desa Gunung Jaya, para pemuda tersebut kembali datang untuk menyerang. "Kejadian tersebut berlanjut, tak lama kemudian, masyarakat Sampuabalo tiba-tiba datang ke Gunung Jaya terjadi lemparan batu. Masyarakat Desa Gunung Jaya sangat sedikit penghuninya, sehingga ada pembakaran,” ujar Irianto.
Menurut Bupati Buton, La Bakri, ada sekitar 700 warga Desa Gunung Jaya mengungsi di rumah-rumah warga Desa Laburunci. Lalu ada sekitar 87 rumah warga yang dibakar oleh sekelompok pemuda dari Sampuabalo.
3. Ratusan warga ketakutan dan mengungsi
Warga Desa Gunung Jaya terpaksa mengungsi sejak Rabu (5/6/2019) sekitar pukul 14.00 WIB. Pasalnya, rumah mereka dibakar oleh sekelompok pemuda Desa Sampuabalo, Kecamatan Siotapina. Saat peristiwa pembakaran terjadi, ratusan warga Desa Gunung Jaya, ketakutan sehingga lari menyelamatkan diri ke dalam hutan.
4. Sempat reda, bentrokan kembali terjadi
Setelah sempat kondusif, bentrokan antarwarga Desa Gunung Jaya dan warga Desa Sampuabalo kembali terjadi di Desa Sampuabalo, Kamis (6/6/2019) sore. Akibat bentrokan tersebut, dua warga Desa Gunung Jaya tewas dan delapan orang lainnya mengalami luka-luka.
5. Polisi tetapkan status Siaga 1
Kabid Humas Polda Sultra, AKBP Harry Goldenhardt mengatakan, penetapan status siaga I ini untuk menjaga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat dan juga mengantisipasi terjadinya konflik sosial yang dikhawatirkan akan timbul di wilayah itu.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pasca-rusuh di Buton, Kodam XIV Hasanuddin Kirim 100 Personel Raider"