ABG Perempuan Tak Bisa Buang Air Besar karena Anus dan Perutnya Penuh dengan Bubble Tea
Meski terasa nikmat, para ahli menyebutkan bahwa mengonsumsi bubble tea memberi efek tidak baik bagi kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah banyak.
Ditambah lagi, beberapa penjual membuat adonannya lebih kenyal, yang membuatnya lebih berbahaya bagi sistem pencernaan jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebih.
Ini benar-benar menakutkan.
Apalagi dengan kita semua yang sangat menyukai bubble tea.
Baca: Dokter Ini Dipecat Setelah Berkali-kali Serukan Pemerkosaan Pada Perempuan

Baca: Sopir Bus yang Dibajak Anak Muda Didenda Rp1,2 Juta, Netizen Galang Dana, Terkumpul Rp10 Juta
Baca: Dokter Ini Dipecat Setelah Berkali-kali Serukan Pemerkosaan Pada Perempuan
Biarlah kisah anak ini menjadi pelajaran, untuk tidak lagi mengonsumsi minuman itu dalam jumlah yang berlebihan.
Dilansir Epoch Times, pada 2015 juga terjadi skandal yang melibatkan mutiara di bubble dengan korbannya adalah jurnalis televisi di Provinsi Shandong.
Dari pemindaian CT, diketahui ada mutiara di perutnya.
Berdasarkan investigasi, diketahui "mutiara" tapioka itu berasal dari ban bekas serta sol sepatu.
Baca: PENGEJARAN KKB PAPUA, Ajudan Bos KKB Goliat Tabuni Menyerah, Ungkap Janji Manis Bos KKB pada Mereka
SEJARAH BUBBLE TEA
Bubble tea sendiri sebenarnya berasal dari Taiwan dan sudah ada sejak 1980-an.
Bagaimana sejarahnya?
"Kalau di Taiwan ada dua merek yang terkenal. Dua-duanya ini mengklaim kalau mereka adalah pelopor," kata representatif dari Taiwan, John saat KompaTravel diundang menjajal enam taman bermain di Taiwan, Taichung, Selasa (10/7/2018).
Dua merek tersebut adalah Chun Shui Tang dan Hanlin Tea.
Pada situs resmi Hanlin Tea, disebutlan bahwa pendirinya bernama Tu Zonghe, membuat kreasi teh susu mutiara pertama di dunia pada 1986.
Kala itu dibuatlah bulatan dari tepung tapioka warna hitam dan putih, layaknya bundaran Yin dan Yang, lambang Taichi.