UPDATE Pembunuhan Mutilasi Karoman, Kapolres Bentuk 3 Tim, Apresiasi Warga Ikut Cari Potongan Tubuh

UPDATE Pembunuhan Mutilasi Karoman, Kapolres Bentuk 3 Tim, Apresiasi Warga Ikut Cari Potongan Tubuh

Editor: Salomo Tarigan
KOMPAS.com/AMRIZA NURSATRIA
UPDATE Pembunuhan Mutilasi Karoman, Kapolres Bentuk 3 Tim, Apresiasi Warga Ikut Cari Potongan Tubuh. Foto: Kapolres Ogan Ilir AKBP Gazali Ahmad mendatangi rumah korban 

Sementara itu, pada Jumat sore, Kapolres Ogan Ilir AKBP Gazali Ahmad mengunjungi rumah Karoman dan memberikan bantuan sembako serta sejumlah uang untuk membantu biaya hidup Mardiah beserta kelima anaknya.

“Kami turut berduka, semoga keluarga tabah,” kata dia.

CURHAT Istri Mengharukan, Suami Tewas Kepala Dipenggal, Bingung Cara Nafkahi 5 Anak Masih Kecil.

//

Kesedihan terus menyelimuti keluarga Karoman, korban mutilasi di Desa Pinang Mas, Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten Ogan Ilir (OI).

Baca: Rencana Silaturahmi Lebaran, Tragis Nasib Siswi Ini, Terjatuh dari Boncengan Ditabrak Mobil

Baca: Menteri Susi Pudjiastuti Akan Tenggelamkan 30 Kapal Ikan Asing Seusai Libur Lebaran

Jeritan Pilu Istri Karoman Korban Mutilasi Ogan Ilir: Salah Apa Suami Saya? Dia Cuma Petani
 AGUNG DWIPAYANA/TRIBUNSUMSEL.COM
Mardiah, istri Karoman, korban pembunuhan dan mutilasi di Sungai Pinang, Ogan Ilir. 

Karoman ditemukan tewas dengan kondisi tanpa kepala dan kedua tangan di rawa desa setempat.

Kini jasad korban masih berada di Rumah Sakit Bhayangkara Palembang, menunggu dijemput pihak keluarga.

Sehari sebelumnya, di hari saat jasad korban ditemukan, Kamis (6/6/2019), Mardiah istri korban mengungkapkan bahwa suaminya itu merupakan tulang punggung keluarga.

"Suami saya setiap hari cari nafkah. Dia selalu memperhatikan keluarga dan tidak punya masalah dengan siapapun," ujar Mardiah kepada TribunSumsel saat berada di lokasi penemuan mayat suaminya, Kamis (6/6/2019).

 Karoman meninggal dunia di usia 40 tahun. Almarhum meninggalkan 5 orang anak yang masih kecil, yakni Agus Triadi (15 tahun), Ahmad Komar (11 tahun), Fitrianti (9 tahun), Nurul Usna (5 tahun) dan Miftahul Jannah (2 tahun).

Di tengah kesedihan karena kematian suami dengan cara sadis, Mardiah harus memikirkan bagaimana cara menghidupi kelima anaknya.

"Sekarang suami sudah tidak ada. Bagaimana kami mau menyambung hidup. Anak paling tua saja tidak lanjut sekolah setelah tamat SD, karena tidak ada biaya," kata Mardiah sambil mengusap air mata.

Rabu malam sebelum tewasnya Karoman, kata Mardiah, suaminya itu pamit keluar rumah untuk mencari ikan di rawa desa setempat.

Tidak ada kecurigaan sedikit pun pada diri Mardiah karena memang begitulah aktivitas suaminya selain bercocok tanam.

"Suami saya selalu berusaha cari uang Rp 50 ribu sehari untuk menghidupi kelima anak kami. Kalau tidak cari ikan, tidak makan karena memang sedang tidak ada (makanan) di rumah," ucapnya.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved