Dampak Erupsi Gunung Sinabung: Abu Vulkanik Tutupi Ladang Warga, Harga Komoditas Pertanian Naik

Abu vulkanik Gunung Sinabung menutupi sebagian ladang masyarakat di Kabupaten Karo. Harga komoditas pertanian merangkak naik.

Editor: AbdiTumanggor
TRIBUN MEDAN/M NASRUL
Gunung Sinabung kembali erupsi, Minggu (9/6/2019) lalu. Kali ini Sinabung memuntahkan awan panas dengan kolom abu setinggi 7.000 meter. Warga tampak melintas mengendarai motor di jalan raya dengan latar belakang semburan abu vulkanik. 

Salah seorang pedagang tomat di Pasar Petisah Medan, Nur Cahaya mengatakan bahwa harga kentang di pasaran sebelumnya dijual Rp 8 ribu per kilogram saat ini naik menjadi Rp 12 ribu per kilogram.

"Sejak Senin kemarin harga kentang naik. Karena pengaruh erupsi Sinabung," kata Nur Cahaya, Rabu (12/6/2019).

Nur menambahkan bahwa dampak dari erupsi Sinabung menyebabkan beberapa petani kentang yang berada di Kabupaten Karo harus memanen kentang sebelum masa panen.

"Petani di Berastagi sudah panen kentang sebelum masa panennya. Karena sebagian tanaman tertutupi sama abu vulkanik Sinabung," ungkap Nur.

Selain kentang, lanjut Nur bahwa abu vulkanik itu berdampak juga pada komoditas tomat, harganya juga mengalami kenaikan.

"Tomat naik dari harga sebelumnya Rp 9-10 ribu, sekarang Rp 13 ribu per kilogram," jelas Nur.

Abu vulkanik Gunung Sinabung menutupi sebagian ladang masyarakat di Kabupaten Karo.

Dikutip dari Kompas.com, Erupsi Gunung Sinabung mengakibatkan kerusakan pada tanaman pangan dan hortikultura milik petani di tiga kecamatan di Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut) seluas 4.208 hektare.

Kepala UPTD Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara, Marino mengatakan, tiga kecamatan yang terkena dampak yakni Kecamatan Kuta Buluh, Berastagi, dan Namanteran.

Tanaman yang rusak antara lain pada tanaman pangan.

Pihaknya mencatat, padi sawah umur 70-100 hari yang terkena seluas 8 hektare.

Tanaman jagung adalah yang paling luas terkena debu yakni mencapai 4.200 hektare dan saat ini berumur 60-80 hari.

Keduanya di Kecamatan Kuta Buluh. Sementara itu, untuk tanaman hortikultura, yakni jeruk, cabe rawit, wortel, petsai, terong, buncis, ercis, dan krisan berumur 15 hari hingga 7 tahun.

"Paling banyak itu Namanteran, cabe seluas 274 hektare dan kentang seluas 225 hektare. Total tanaman hortikultura yang terkenas Elyas 1.708,1 hektare," katanya sebagaiman dikutip dari Kompas.com, Rabu (12/6/2019).

Marino menambahkan, pihaknya merekomendasikan agar petani melakukan penyiraman agar debu yang menutupi tanaman dapat dihilangkan dan tanaman dapat dipanen kembali.

"Tapi di sana, Pak Sarjana Purba (Kadis Pertanian Karo), melakukan penyedotan debu dengan alat," katanya.

(mak/cr4/tribun-medan.com/kompas.com)

Sumber: Tribun Medan
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved