Mengapa Panglima TNI tak Masuk Target Pembunuhan? Berikut Penjelasan Pengamat Intelijen dan Militer
TERNYATA ada pertanyaan besar terkait terbongkarnya dugaan rencana pembunuhan 4 jenderal.
TRIBUN-MEDAN.COM - TERNYATA ada pertanyaan besar terkait terbongkarnya dugaan rencana pembunuhan 4 jenderal.
Pertanyaan besarnya adalah mengapa Panglima TNI tidak menjadi sasaran untuk pembunuhan?
Pengamat Intelijen dan Militer, Connie Rahakundini Bakrie, mencoba menganalisis hal tersebut.
Pengamat Militer Connie Rahakundini Bakrie. |Kompas.com
Empat tokoh jenderal yang menjadi target pembunuhan yakni Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam) Wiranto; Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan; Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan; dan Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan Gories Mere.
Adanya empat tokoh jenderal yang dijadikan target pembunuhan lantas membuat publik bertanya-tanya alasannya.
Pengamat Intelijen dan Militer, Connie Rahakundini Bakrie pun memberikan analisisnya.
Hal tersebut diungkapkan Connie Rahakundini Bakrie saat menjadi narasumber di acara Rosi Kompas Tv yang dilansir TribunJakarta.com pada Jumat (14/6/2019).
Awalnya Rosiana Silalahi selaku pembawa acara menanyakan mengenai alasan di balik empat jenderal yang dijadikan target pembunuhan.
"Tapi banyak orang bertanya, apa motif dipilihnya empat jenderal ini karena dianggap nanggung. Kenapa enggak sekalian panglima tertinggi TNI?" tanya Rosiana Silalahi.
Connie Rahakundini menjelaskan, masyarakat tak bisa hanya melihat permasalahan ini mengenai kepemilikan senjata ilegal ataupun rencana pembunuhan.
"Kita enggak bisa melihat masalah Kivlan Zen seolah-olah hanya masalah pembunuhan, senjata atau uang Rp150 Juta," kata Connie
"Tapi kita harus melihat Kivlan Zen merupakan bagian dari kelompok mana," ucap Connie Rahakundini Bakrie.
Selain itu, Connie Rahakundini Bakrie menilai masyarakat juga harus melihat adanya kedekatan yang terjalin diantara empat jenderal tersebut dengan Jokowi.
"Pak Jokowi itu sangat dekat dengan empat sosok jenderal tersebut," ucapnya.
"Jika ada yang menanyakan mengapa bukan Panglima TNI yang jadi targetnya? Hal tersebut akan lebih susah karena pengawasannya lebih ketat, begitu juga dengan Presiden," tutur Connie Rahakundini Bakrie.
Connie Rahakundini Bakrie mengungkapkan analisisnya mengapa empat jenderal menjadi target pembunuhan karena mereka merupakan pilar penguatnya Presiden Jokowi.
"Mereka itu pilar-pilar penguatnya Presiden Jokowi. Kita juga tahu kok Presiden selalu berhubungan dengan mereka terlebih yang berkaitan dengan urgent," papar Connie Rahakundini Bakrie.
Meski demikian, Connie Rahakundini Bakrie tak mengetahui alasan di balik Yunarto Wijaya yang turut menjadi target pembunuhan.
"Yang saya enggak bisa jawab kenapa Direktur Charta Politica Yunarto Wijaya turut menjadi target," beber Connie Rahakundini Bakrie.
Connie Rahakundini Bakrie menegaskan, empat jenderal tersebut merupakan orang terdekat Presiden Jokowi dan merupakan pilar-pilar dalam melaksanakan tugas negara.
"Ini hubungannya dalam Pilpres maka kaitannya seperti itu, menurut saya," aku Connie Rahakundini Bakrie.
Habil Marati jadi Tersangka Kasus Rencana Pembunuhan 4 Pejabat
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) akhirnya angkat bicara terkait nasib satu di antara kadernya, Habil Marati alias HM.
Diketahui, polisi telah menetapkan politikus PPP, Habil Marati (HM) sebagai tersangka terkait kasus dugaan perencanaan pembunuhan 4 tokoh nasional.
Sekretaris Jenderal PPP, Arsul Sani mempersilakan polisi mengusut tuntas keterlibatan Habil Marati.
Arsul Sani juga menegaskan, apabila kader PPP terjerat perkara pidana maka akan diberhentikan.
"Kalau seseorang itu katakanlah ditersangkakan atau dijatuhi hukuman dengan pidana ancaman penjara 5 tahun atau lebih itu bisa diberhentikan dari partai PPP," katanya saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (11/6/2019).
Lebih lanjut, Arsul mengatakan, pihaknya juga telah menghubungi Habil Marati namun telepon tidak pernah tersambung.
Arsul pun berharap tak ada keistimewaan yang diberikan kepada PPP sebagai satu partai pendukung pemerintah.
"Nggak usah juga nggak enak karena misalnya anggota koalisi pemerintahan, ndak."
"Kan harus sama kedudukannya di hadapan hukum," ujarnya.
Kepolisian menangkap Habil Matari pada 29 Mei 2019 di rumahnya pada kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
"Tersangka ke delapan yang kami amankan adalah saudara HM (Habil Marati)," ungkap Wadir Reskrimum Polda Metro Jaya AKBP Ade Ary Syam Indradi saat konferensi pers di Media Center Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2019).
Ade mengatakan, HM berperan memberikan sejumlah uang untuk membeli senjata kepada tersangka lain yaitu Mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Mayjen (Purn) Kivlan Zen.
Senjata tersebut diduga akan digunakan dalam melancarkan aksi rencana pembunuhan terhadap empat pejabat negara dan satu pimpinan lembaga survei.
Yaitu Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Maritim) Luhut Binsar Panjaitan, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan, Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan Gories Mere, dan Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya.
"Memberikan uang sebesar Rp 150 juta kepada tersangka KZ untuk pembelian senjata api," kata Ade.
Peran HM lainnya adalah memberikan uang sebesar Rp 60 juta kepada tersangka lain sebagai biaya operasional pembelian senjata.
Sementara itu, melansir dari pemberitaan hasil investigasi Majalah Tempo edisi (9/6/2019) Habil Marati, politisi PPP diduga memberikan dana bagi calon eksekutor untuk membunuh empat pejabat negara.
Sebelumnya, enam pelaku eksekutor telah berhasil diamankan dan dimintai keterangan.
Barang bukti sebanyak empat senjata api rakitan dan ilegal juga berhasil diamankan oleh pihak kepolisian.
Dari hasil pengembangan, senpi tersebut juga akan digunakan membunuh 4 tokoh nasional dan seorang pemimpin lembaga survei.
Setelah adanya pemeriksaan, ternyata dibalik para tersangka tersebut ada sosok yang memasok dananya yaitu Habil Marati.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Kenapa Bukan Panglima Tertinggi TNI yang Jadi Target Pembunuhan? Ini Analisis Pengamat Militer.
Penulis: Kurniawati Hasjanah