News Video

Piala Sudirman Terinspirasi dari Orang Siantar, 'Tergila-gila' dengan Bulutangkis sejak Kanak-kanak

Piala Sudirman terinspirasi dari sosok pria yang berasal dari Pematang Siantar, Sumatera Utara, Drs Sudirman atau akrab disapa Dick Sudirman

Tribun Medan
Dick Sudirman dan Piala Sudirman 

Wafatnya Dick Sudirman menggugah hati Suharso, sosok yang kemudian berperan besar di dunia bulu tangkis tanah air.

Menpora Imam Nahrawi Tanggapi Pernyataan Taufik Hidayat soal Kesuksesan Asian Games 2018

4 Atlet Badminton Terbaik Versi Kevin Sanjaya, Ternyata Hanya Seorang dari Indonesia

Ia mengupayakan agar nama Sudirman digunakan untuk menamai kejuaraan beregu campuran.

Jalan panjang dan perjuangan sulit ditempuh, usahanya berhasil diwujudkan pada 1988.

Dan sejak 1989, Piala Sudirman resmi menjadi kejuaraan beregu campuran yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali.

BWF sebagai penyelenggara menggelar kejuaraan Piala Sudirman dua tahun sekali, serupa dengan Thomas dan Uber Cup.

Hingga saat ini, China masih memegang rekor peraih trofi Piala Sudirman terbanyak sepanjang penyelenggaraan 1989 dengan sepuluh kali juara.

Tak hanya itu, satu hal yang khas dalam pertandingan dua tahunan ini adalah trofinya.

Desain Piala Sudirman
Desain Piala Sudirman (BWF)

Jagoan Badminton Taiwan Ini Dikalahkan Jonatan Christie, Ternyata Pernah Masuk Tim Indonesia

Daftar Prestasi Liliyana Natsir, Tekuni Bulutangkis Sejak Usia 9 Tahun hingga Raih Emas Olimpiade

Lalu apa makna dibalik setiap ornamen trofinya yang begitu khas tersebut?

Melansir web Djarumbadminton.com, Piala Sudirman yang berbentuk sangat unik dengan corak khas Indonesia tersebut dirancang oleh Rusnadi dari Fakultas Seni Rupa ITB dan terdiri dari lima bagian.

Memiliki tinggi 80 cm, di bagian puncak piala tersebut terdapat ukiran replika Candi Borobudur yang terbuat dari perak dan dibalut oleh emas 22 karat.

Lalu, badan piala berbentuk shuttlecock (bola bulutangkis) yang juga berlapiskan emas 22 karat dengan berat 600 gram.

Alan Budi Kusuma
Alan Budi Kusuma (Tribun Medan/Nikson Sihombing)

Sementara pegangan piala berbentuk benang sari.

Bagian keempat berbentuk daun sirih yang merupakan ornamen ucapan selamat datang.

Kemudian bagian kelima berupa alas berbentuk segi delapan atau oktagon yang melambangkan arah mata angin yang terbuat dari kayu jati.

Piala ini dikerjakan perusahaan bernama PT. Masterix Bandung dengan harga 15.000 dolar (sekitar Rp 27 juta) di kala itu.

(cr12/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved