Pengamat Kesehatan Minta Warga tak Khawatir Soal Flu Singapura, Cukup Minum Obat dan Istirahat

Flu Singapura merupakan penyakit yang menular dan penularannya terjadi melalui udara atau pernafasan sehingga cukup berbahaya

Penulis: Ayu Prasandi |
TRIBUN MEDAN
Pengamat Kesehatan Minta Warga tak Khawatir Soal Flu Singapura, Cukup Minum Obat dan Istirahat. Pengamat Kesehatan Minta Warga Medan Tak Khawatir Soal Flu Burung, Cukup Minum Obat dan Istirahat. Virus flu singapura yang dialami oleh anak-anak yang menimbulkan bintik-bintik merah dan berisi seperti air. 

Anggi menuturkan bintik merah seperti bentol itu keluar kalau panas tingginya sudah selesai. Jadi sewaktu Russell alami deman, setelahnya panas reda baru keluar bentol.

"Makanya kita orang awam kiranya bintik merah itu cacar," sebutnya.

Anggi menceritakan anaknya alami rasa gatal terus menerus. Setelah bintik merahnya kempes dia tidak langsung hilang, berbekas jadi seperti ganti kulit.

Russell tertular flu singapura setelah main dengan sepupu sewaktu lebaran, mungkin ada sentuh-sentuhan. Usut punya usut, sepupu juga tertular setelah main sama teman-temannya sewaktu lebaran.

"Kenapa menularnya tidak sampai ke orang dewasa. Saya cek di google, yang tertular rata-rata anak-anak berusia 1-10 tahun. Karena kekebalan tubuh masih minim. Sampai sekarang bekas bintik merah yang berair di telapak kaki belum hilang," urainya.

"Saya imbau untuk orangtua kalau bisa harus lebih ekstra menjaga anak. Boleh main sama teman-temannya, tapi harus di pantau. Kalau tahu teman mainnya lagi ada sakit harus dibatasi. Imunisasi itu penting untuk menjaga kekebalan tubuh dia kedepan," imbau Anggi.

Sementara itu, masyarakat lainnya Budi (33) warga Jalan Namori, Pancur Batu mengatakan bahwa anaknya Dirgantara yang masih berusia 1 tahun 2 bulan, awalnya tertular pada Rabu (3/7/2019) setelah berenang di hotel dengan saudara.

Saat itu, dua keponakan sudah terjangkit dari temannya dan alami gejala awal demam.

"Jadi anakku habis kena terus demam. Disitu muncul bintik-bintik merah seperti terkena DBD di telapak tangan, telapak kaki sama pinggiran kaki dan tangan. Besoknya muncul juga di bibir di hari pertama kena. Panasnya tinggi hingga 40 derajat celsius pas dibawa ke dokter di klinik spesialis anak di Titi Kuning," kata Budi.

Disitu dokter spesialis anak, saya jelaskan ini anak saya demam dan ada bintik-bintik merah. Terus di ceknya," sambungnya.

"Dibilangnya, oh ini kena flu singapura. Memang ada dan belakangan ini banyak yang kena," lanjut Budi menirukan perkataan dokter.

Budi menambahkan bahwa menurut keterangan dokter, flu singapura ini tidak berbahaya walaupun memang ada yang sampai opname.

Budi menjelaskan bahwa dirinya mulai yakin anaknya terkena flu singapura, saat mandi-mandi di hotel. Ada keponakan yang lebih tua keponakan laki-laki yang berusia 4,5 tahun dan satu lagi 9 bulan.

Setelah berobat di kasih anti biotik dan anti virus dan salep untuk di olesin.

"Jadi dia bintiknya jadi seperti jerawat dan berair dan melepuh seperti cacar. Setelah berobat 3 hari kemudian kempes bentol merahnya. Tapi bekasnya masih ada. Sekarang dia kulitnya mengelupas seperti ganti kulit. Memang awalnya rewel pas mau muncul bintik merah itu gatel, orang anakku susah tidur dan enggak selera makan," jelasnya.

Warga lainnya yang anaknya terkena flu singapura, Nina, warga Jalan Garu IV, Kecamatan Medan Amplas mengatakan bahwa dua buah hatinya sudah didiagnosa dokter terkena virus flu Singapura.

"Pertama kena adalah putra bungsu saya, Pijar (1,2 tahun). Dirinya demam tinggi tiga hari lalu, biasa dikasih obat penurun panas. Tapi tiga hari turun memang panasnya, tapi enggak seperti semula. Terus, muncul ruam-ruam di kaki kayak bintik merah seperti DBD. Kemudian siku tangan sama lutut muncul bintik berair seperti cacar. Langsung saya bawa ke dokter Senin (8/7) malam," kata Nina.

Nina menjelaskan bahwa saat anaknya tersebut dibawa ke dokter. Anaknya diperiksa dan dicek kaki serta mulutnya, ternyata di mulut juga ada ruamnya yang membuat seperti panas dalam dan susah makan.

"Kata dokternya kena virus flu Singapura. Setelah dicek, dokter memberikan obat penurun panas, juga antibiotik serta obat salep yang diolesi untuk bintik di badan," jelasnya.

Nina yang penasaran dengan penyakit yang diderita anak tersebut mencari tahu informasi tersebut di Internet. Ternyata gejalanya sama persis yang diderita anaknya, mulai panas, rewel dan mudah marah, hingga ruam di kaki, mulut hingga sikut.

"Begitu sampai di rumah selesai memberi obat si bungsu, ternyata abangnya menggunakan cangkir adiknya. Mungkin tertular atau gimana, mau tidur abangnya panas badannya, dan susah menelan. Saya cek mulutnya ada ruam empat bintik, tangannya di telapak ada bintik berisi cairian seperti cacar, langsung saya olesi salep dan minum obat sekali yang punya adiknya," terangnya.

"Ini udah mendingan. Adiknya sudah mulai kering semua ruamnya, dan mulai normal lagi. Tinggal abangnya yang masih ada di mulutnya, semoga bisa segera sembuh juga," sambungnya.

Namun, meski beberapa kasus sudah ditemukan di Medan, Dinas Kesehatan Kota Medan, mengaku belum ada laporan sama sekali soal virus ini.

Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Medan, Mutia Nimpar, mengatakan belum menerima pengaduan.

"Laporan ke kita belum ada, jadi belum tahu. Kecuali ada laporan dari rumah sakit ke dinas akan kita telusuri. Biasanya kalau ada kami tanggapi. Sampai saat ini belum ada aduan ataupun laporan, namun demikian akan kami telusuri," pungkasnya.

(pra/tribun-medan. com)
 

Sumber: Tribun Medan
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved