Pedagang Berastagi Dilaporkan Tampar Wisatawan, Dedi Nelson: Ramah-Tamah Konsep Dasar Pariwisata
Praktisi sekaligus pengamatg pariwisata Dedi Nelson, mengaku sangat prihatin dan menyesalkan kejadian yang kurang etis ini.
Penulis: Muhammad Nasrul |
TRIBUN-MEDAN.com - Beberapa hari lalu, seorang wisatawan asal Malaysia diduga mendapatkan pengalaman kurang mengenakkan saat berkunjung ke kawasan wisata Berastagi.
Berdasarkan unggahan dari seorang netizen di media sosial, menceritakan jika wisatawan tersebut ditampar oleh seorang oknum pedagang di Pasar Buah.
Kejadian itu ditengarai karena persoalan tawar menawar antara pedagang dan wisatawan itu.
Praktisi sekaligus pengamatg pariwisata Dedi Nelson, mengaku sangat prihatin dan menyesalkan kejadian yang kurang etis ini.
Dedi mengungkapkan, kejadian tersebut tentunya dapat mencoreng citra pariwisata, khususnya di Kabupaten Karo. Dirinya menyebutkan, salah satu dasar dari sapta pesona pariwisata ialah keramahtamahan.
"Konsep dasar pariwisata kan keramahtamahan. Kalau seperti ini berarti keramahtamahan sudah hilang dari pariwisata di Kabupaten Karo," ujar Dedi, saat ditemui di kawasan Berastagi, Selasa (6/8/2019).

Dedi mengungkapkan, dalam dunia pariwisata seluruh pihak harus bekerjasama untuk menghadirkan wisata yang baik. Dirinya menyebutkan, kualitas pariwisata yang baik nantinya akan berpengaruh terhadap rasa nyaman bagi wisatawan.
Ia menyebutkan, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah penerapan dan pemahaman dasar-dasar bagi pelaku wisata.
"Seperti yang saya bilang tadi, dasar-dasarnya itu antara lain adalah keamanan, kenyamanan, dan keramah-tamahan. Kalau hal seperti ini terus tidak diperhatikan, pasti tamu tidak nyaman ke sini," katanya.
Dedi mengatakan, seluruh pihak terutama Dinas Pariwisata harus membuat suatu canangan untuk memberikan pemahaman kepada pelaku wisata tentang dasar-dasar pariwisata. Ia menyebutkan, hal tersebut juga harus diadakan secara berkelanjutan, dan bukan hanya saat ada momen-momen tertentu saja.
"Misalnya masalah kebersihan, keramah-tamahan, penataan lingkungan, dan lainnya. Kalau tidak, pariwisata tidak bisa berkembang, karena kunci pariwisata harus bersama-sama bergerak jadi satu visi. Agar hasilnya dapat dirasakan bersama antara wisatawan, dengan masyarakat sekitar," ungkapnya.
Pria yang juga menjabat sebagai Ketua DPC Indonesia Hotel General Manager Asosiasi (IHGMA) Karo itu, mengatakan penerapan zonasi bagi lokasi wisata juga penting untuk dipahami. Seperti perihal penyusunan tempat-tempat atau lapak pedagang, seharusnya ditata sedemikian rupa. Agar nantinya kondisi objek wisata tidak terlihat semrawut.
Menurut Dedi, pihaknya sangat menghargai pemberitaan seputar pelayanan di daerah wisata ini. Karena, katanya, melalui pemberitaan mereka dapat mengetahui seperti apa kualitas pelayanan wisata dan dapat berbenah sehingga tidak ada kejadian serupa pada waktu mendatang. (cr4/tribun-medan.com)