Reaksi Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko soal Taruna Akmil Enzo Disebut Terpapar HTI

Polemik tentang Taruna Akmil keturunan Perancis, Enzo Zenz Allie, terus bergulir. Kali ini, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko angkat bicara

Editor: Juang Naibaho
Dok. SMA Al Bayan
Enzo Zenz Allie saat mengikuti seleksi masuk taruna TNI. 

TRIBUN MEDAN.com - Polemik tentang Taruna Akmil keturunan Perancis, Enzo Zenz Allie, terus bergulir. Kali ini, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko angkat bicara soal Enzo yang lolos Taruna Akmil dan disebut-sebut terlibat organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Moeldoko menegaskan, TNI akan meneliti kembali soal Enzo yang lolos taruna akademi TNI dan diterpa isu terlibat organisasi yang sudah dilarang di Indonesia itu.

Menurutnya, pihak TNI akan melakukan penelitian personel secara bertahap untuk mengetahuinya.

"Di TNI itu mengenal penelitian personel yang bertahap dan berlanjut. Jadi itu nanti akan terlihat dan diikuti dari waktu ke waktu. Apalagi dalam pendidikan itu akan diikuti dengan baik," kata Moeldoko seusai memberikan Studium Generale pada mahasiswa baru Tahun Akademik 2019/2020 di Unair, Surabaya, sebagaimana dikutip dari Kompas TV, Sabtu (10/8/2019).

"Suatu saat orang-orang yang yang memiliki catatan-catatan itu pasti ketahuan. Kalau itu nyata-nyata pasti akan dikeluarkan. Apalagi di pendidikan. Itu pasti," terang Moeldoko, yang kini menjabat Kepala Staf Kepresidenan.

Moeldoko juga memberi tanggapan atas pendapat bahwa TNI kecolongan sehingga ada Taruna Akmil yang terpapar organisasi terlarang, bisa lulus.

Menurut Moeldoko, semua hal itu bisa terjadi. Sebab, hal-hal seperti itu tidak bisa dideteksi secara psikologi.

"Ternyata pada suatu saat nanti ada anak yang terlanjur masuk atau kecolongan kita, bisa itu terjadi. Karena psikologi itu sulit melihat orang-orang yang contohnya ini yang biasa nyuri. Itu sulit dilihat dan tidak bisa dilihat di psikologi dan biasa kita di taruna juga sering terjadi begitu," ujarnya.

"Nah, begitu mereka di kampus Akademi Militer maka saat itu akan dikeluarkan. Jadi maknanya adalah penelitian personel itu berjalan terus-menerus di lingkungan TNI," tambahnya.

Ia kemudian mencontohkan, TNI pernah juga kecolongan saat ada orang-orang yang masuk taruna tetapi terindikasi berpaham ideologi komunis.

Hal seperti itu cepat atau lambat pasti akan diketahui. "Contoh dulu orang-orang yang masuk taruna ada yang terindikasi ideologi komunis dari PKI dari keturunannya itu nanti akan ketahuan setelah sekian lama. Terhadap mereka ada catatan-catatannya dan harus diapakan," lanjutnya.

Sebelumnya ramai menjadi sorotan, sosok Enzo Zenz Allie yang lolos calon prajurit taruna akademi TNI diterpa isu terkait organisasi HTI.

Mantan Ketua MK Mahfud MD menyebut institusi TNI kecolongan. "(TNI) kecolongan menurut saya," kata Mahfud kepada wartawan di Yogyakarta, Jumat (9/8/2019).

"TNI itu kan lembaga yang dikenal ketat ya, dikenal ketat tahu rekam jejak, kakeknya (Enzo) siapa, kegiatannya apa, ternyata ini lolos di Akmil. Sampai diberi penghargaan kehormatan khusus oleh Panglima, diajak wawancara khusus," tuturnya.

Panglima TNI wawancarai calon taruna Akmil keturunan Prancis
Panglima TNI wawancarai calon taruna Akmil keturunan Prancis (Instagram Galeri Prajurit TNI)

Sebelumnya, media sosial diramaikan postingan terkait taruna Akmil keturunan Perancis, Enzo Zenz Allie, yang diduga terpapar organisasi terlarang HTI.

Padahal, sehari sebelumnya Enzo menjadi buah bibir karena menguasai 4 bahasa saat diwawancarai langsung oleh Panglima TNI Jenderal Hadi Tjahjanto, saat lolos seleksi Pantukhir Akademi Militer.

Setelah video wawancaranya viral, beredar pula postingan di media sosial bahwa Enzo diduga terpapar organisasi terlarang HTI.

Awalnya informasi keterlibatan Enzo dalam aktivitas HTI diunggah akun Facebook Salman Faris.

"Penasaran dengan sosok Enzo Ellie. Remaja blasteran Indonesia-Prancis yang viral karena lolos jadi anggota TNI. Iseng nyari akun FB-nya, wah ngeri-ngeri sedap juga rupanya. Anak ini bersama ibunya yang bernama Hadiati Basjuni Ellie terindikasi kuat sebagai simpatisan HTI. Pendukung khilafah dan anti pemerintah. Kalau ayahnya sendiri yang berkebangsaan Perancis, menurut informasi telah wafat. Bukan apa-apa, sekedar kewaspadaan saja. Jangan sampai TNI memelihara anak ular," demikian tulisan unggahan Salman.

Namun link yang diberikan oleh Salman, akun tersebut sudah tak bisa lagi diakses. Demikian juga dengan akun ibu Enzo.

Mabes TNI pun langsung merespons postingan viral soal Enzo yang dikait-kaitkan dengan HTI. Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Sisriadi mengatakan pihaknya menerima informasi yang beredar baik dari Facebook dan masyarakat soal Enzo.

Ia menegaskan TNI sudah memiliki prosedur operasi standar (SOP), tidak hanya Enzo tapi semua calon taruna, tahap satu sampai tahap empat diawasi.

"Secara prosuder kita punya SOP. Sampai tingkat empat kita telusuri. SOP kita begitu. Kodim, Koramil dilibatkan untuk meneliti orangtuanya dan keluarganya," ungkap Sisriadi, Rabu (7/8/2019).

"Sampai tingkat empat tidak putus namanya pengawasan ini. Kalau ada prajurit taruna yang tidak Pancasilais, ketemu lalu dikeluarkan. Ini kan masih awal, kita dalami betul dan kita tidak buru-buru," kata Sisriadi.

SOP untuk menelusuri latar belakang calon taruna atau yang sedang berproses dalam pendidikan perwira tidak lepas dari pengawasan.

Pengawasan yang dimaksud berlangsung secara periodik dengan melibatkan intelijen dan aparatur teroterial seperti dari Kodim, Koramil, dan BAIS TNI. "Ini sudah berjalan sejak mereka diterima," beber Sisriadi.

"Kita mesti pelan-pelan dan serius menangani ini. Jangan sampai TNI dirugikan dan dia juga dirugikan," imbuhnya.

Dikatakan Sisriadi, ada sejumlah seleksi untuk menjadi taruna di antaranya seleksi administrasi, kesehatan, jasmani, kepribadian melalui psikotes, akademis, terakhir dan yang paling penting adalah mental ideologi.

Terkait Enzo, dari semua seleksi di atas yang bersangkutan lulus menjadi calon Taruna Akmil. "Namun kami juga punya sistem penyaringan lagi. Jadi, orang-orang yang sedang di dalam pendidikan, terutama pendidikan perwira itu juga terus kita dalami, karena kami di TNI tidak ingin tersusupi oleh orang-orang yang memiliki paham radikal," jelas Sisriadi.

Sisriadi menjelaskan radikal yang dimaksud ada tiga, yakni radikal kiri, radikal kanan dan radikal lainnya seperti ultraliberalis.

"Kalau dia Pancasilais sayang dong. Tapi tidak ada harganya kalau dia tidak Pancasilais. Jadi tidak hanya Enzo, taruna yang lain juga kita dalami selama mereka mengikuti pendidikan. Sementara ini dia lolos oleh seleksi penyaringan pendidikan. Tapi belum tentu orang yang jumlahnya sekian itu lolos lagi dalam penyaringan berikutnya," tegas dia.

Penyaringan berjenjang berlaku untuk semua taruna yang mengikuti pendidikan selama empat tahun. Bagi taruna diseleksi oleh pelatihnya di Akmil.

"Di dalam kita menyeleksi seseorang baik yang melalui pendidikan atau selama dia berproses dalam pendidikan kita gunakan aparat inteleijen teritorial yang ada di wilayah."

"Jadi, tidak hanya Enzo tapi prajurit taruna yang lain juga kita telusuri dan kita dalami," kata dia lagi.

Menurut Sisriadi, tidak menutup kemungkinan taruna yang sedang dalam proses pendidikan, bahkan hendak dilantik bisa dikeluarkan karena ketahuan masih menyimpan ideologi yang terlarang.

"Tapi jangan sampai kemudian masyarakat men-judge, menghukum yang bersangkutan tidak terpapar, punya potensi bagus kemudian terfitnah," ucap Sisriadi.

Baca: VIRAL VIDEO Oknum Guru Lecehkan Siswa, Diikat dan Dipaksa Hubungan Intim, Perbuatan tak Senonoh

Baca: Kronologi Pembunuhan di Sampali Percut, Dalianto Gorok Leher, Tusuk 15 Kali Abang Ipar hingga Tewas

Siapakah sosok Enzo?
Enzo memang merupakan warga keturunan. Ayahnya merupakan warga negara Prancis, dan ibunya warga Sumatera Utara.

Enzo lahir di Paris, dan menghabiskan masa sekolah dasarnya di Prancis. Dia kemudian datang ke Indonesia di usia SMP. Enzo pindah ke Indonesia lantaran sang ayah meninggal dunia.

Di Indonesia, Enzo sempat tinggal di serang, Banten, dan mencicipi pendidikan pesantren di Serang, Banten.

Enzo kemudian memilih mendaftar sebagai Taruna Akmil, dan lolos sampai seleksi Pantukhir di mana ia diwawancara langsung oleh Panglima TNI Hadi Tjahjanto.

Enzo mengakhiri wawancaranya dengan Hadi dengan mengaku ingin menjadi prajurit Komando alias Kopassus.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMA Pesantren Unggul Al Bayan, Kabupaten Serang, Deden Ramdani menjamin Enzo tidak terpapar radikalisme seperti isu yang beredar.

"Enzo tidak lah, bersih. Sudah jelas masuk Akmil saja lolos tes ideologinya. Enzo Zenz Allie Pancasilais dan cinta NKRI," kata Deden saat ditemui di SMA Al Bayan, Rabu (7/8/2019).

Deden juga yakin Enzo Zenz Allie cinta NKRI 100 persen. Deden mengatakan, salah satu pertimbangan Enzo untuk menjadi WNI adalah karena ingin menjadi prajurit TNI.

Saat bersekolah di SMA Al Bayan, Enzo mendapat banyak pemahaman mengenai nilai-nilai NKRI seperti upacara bendera setiap hari Senin. Enzo juga mendapat pendidikan lewat pelajaran PPKN dan bahasa Indonesia tambahan.

Deden mengatakan, kendati Enzo berdarah Perancis, Enzo sudah mendapatkan kewarganegaraan Indonesia pada 2018 lalu. "Sempat galau memilih antara Perancis atau Indonesia, karena masih ada keluarganya di Perancis, tapi mantap memilih jadi WNI karena keinginan yang kuat jadi prajurit TNI," kata Deden.

Rasa cintanya terhadap NKRI juga tumbuh berkat dorongan dari pihak sekolah. Menurut Deden, saat bersekolah di SMA Al Bayan, Enzo mendapat banyak pemahaman mengenai nilai-nilai NKRI seperti upacara bendera setiap hari Senin.

Deden mengatakan, kendati latar belakangnya Enzo Zenz Allie dari pesantren, dia juga menjamin Enzo tidak terpapar radikalisme seperti isu yang banyak beredar.

"Enzo Zenz Allie tidaklah, bersih. Sudah jelas masuk Akmil saja lolos tes ideologinya. Enzo Zenz Allie Pancasilais dan cinta NKRI," kata dia.

Menurut Deden, Enzo menyampaikan keinginannya masuk TNI sejak kelas 11. Pihak sekolah menyambut baik dan memberikan dukungan nyata.

Enzo melakukan persiapan fisik dibantu pihak sekolah. Seorang guru khusus didatangkan untuk melatih fisik Enzo Zenz Allie. Ia berlatih di Pantai Anyer Jawa Barat seminggu tiga kali. Dalam sehari, ia melakukan push up sebanyak 100 kali.

Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa menyampaikan akan memeriksa mendalam Enzo Zenz Allie dan para calon taruna akademi militer lainnya untuk menentukan apakah mereka layak masuk TNI atau tidak.

TNI AD akan melakukan pemeriksaan secara lebih ilmiah dengan parameter yang sudah teruji. "Jadi kami Angkatan Darat akan melakukan satu pemeriksaan yang lebih saintifik, lebih ilmiah menggunakan parameter yang sudah teruji," ujar Andika Perkasa di Grha Sabha Pramana UGM, Jumat (09/08/2019).

Menurutnya, dari parameter tes calon taruna Akmil, Enzo dan para calon lainnya tidak ada masalah. Namun demikian, pihaknya akan melakukan pendalaman kembali baik kepada Enzo maupun calon taruna Akademi Militer lainnya.

"Pendidikan ini kan empat tahun, jadi sebenarnya masih banyak waktu untuk mengukur dan menilai mereka," tegas Andika.

Isi akun media sosial calon taruna Akademi Militer, lanjutnya, juga menjadi salah satu bahan penilaian. Walaupun isi media sosial tidak bisa menjadi acuan sepenuhnya.

"Pasti menjadi salah satu bahan, penilaian kami. Walaupun itu juga kan tidak bisa serta-merta kemudian membuat judgement atau penilaian kita terhadap yang bersangkutan, itu salah satu variabel saja," tandas Andika.

Andika mengungkapkan pihaknya selalu melakukan pengawasan dan pembinaan secara berkala kepada setiap prajurit. Dua hal itu dilakukan untuk mengantisipasi dan membentengi mereka dari paham-paham anti Pancasila.

"Pengawasan terus menerus. Pembinaan satuan berlangsung terus, artinya setiap hari, setiap saat, sepanjang tahun," urainya.(*)

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Moeldoko Tegaskan TNI akan Selidiki dan Keluarkan Enzo Allie Jika Terbukti Terlibat HTI

Sumber: Warta kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved