Togi Menangis di Depan Luhut, Buntut Panjang Konflik BPODT VS Masyarakat Adat
Pengembangan pariwisata Danau Toba yang digawangi Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) belum berhasil sepenuhnya.
Penulis: Arjuna Bakkara |
TRIBUN-MEDAN.COM, TOBASA - Pengembangan pariwisata Danau Toba yang digawangi Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) belum berhasil sepenuhnya.
Mengambil jalang tengah persoalan itu, Menteri Koordinator dan Kemaritan (Menko) Luhut Binsar Panjaitan mnggelar pertemuan di Institute Teknologi DEL Sitoluama, Desa Sitoluama, Kecamatan Laguboti, Toba Samosir, Sabtu (7/9/2019) Siang hari.
Hal itu terjadi lantaran adanya konflik antara BPODT, Pemkab Tobasa dengan warga Masyarakat Adat, antara lain Raja Bius Motung Siopat Marga, juga Kelompok marga Butarbutar dari Dusun Sileang-leang, Sigapiton.
Buntut panjang persoalan tersebut ditandai dengan tidak 'clean and clearnya' lahan 386, 5 Ha di lokasi yang saat ini difokuskan pembangunan resort, hotel dan lain-lain.
Beberapa waktu lalu, sempat dilaporkan oleh Pemkab, dan BPODT kepada Presiden Jokowidodo bahwa lahan tersebut sudah clean and clear.
Pernyataan itu disanggah Raja Bius Motung Siopat Marga, juga Kelompok marga Butarbutar dari Dusun Sileang-leang, Sigapiton.
Hingga saat ini pihak-pihak bersangkutan hingga pemangku kebijkan masih sedang menunggu berjalannya pertemuan.
Berdasarkan hal itu, Menko Maritim menggelar Pertemuan Dengan Masyarakat. Namun, permasalahan yang dibahas masih sebagian dsri masalah yang ada.
Menteri Kordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan menggelar pertemuan dengan masyarakat dari tiga desa, yakni Desa Motung, Desa Sigapiton dan Desa Pardamean Sibisa Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir.
Luhut membahas pembukaan jalan di dalam lahan seluas 386,5 hektar yang akan dikelola oleh BODT untuk menjadi pusat pariwisata danau toba.
"Jadi hari ini kita hanya membahas pembukaan jalan inilah. Jangan bahas yang lain dulu, soalnya jalan ini harus dibuka hari Senin," ujar Sekretaris Daerah Toba Samosir, Audy Murpi Sitorus.
Pembukaan jalan ini direncanakan sepanjang 1,9 Kilometer dengan lebar 18 meter. Jalan ini dibuka dari The Caldera Nomadic Toba hingga ke Batu Silali, Desa Sigapiton.
Sebelumnya pembukaan jalan ini sempat menuai penolakan dari masyarakat karena jalan tersebut melewati daerah pekuburan dan juga perladangan masyarakat.
Namun setelah dilakukan negosiasi, pembangunan jalan ini akhirnya dapat dimulai setelah pemerintah memenuhi permintaan masyarakat, diantaranya mengganti rugi tanaman masyarakat dan juga memindahkan jalan tersebut dari daerah pekuburan.
"Jadi permintaan kami Pak, pekuburan itu jangan sampai dipindahkan. Kami tidak iklas jika pekuburan itu dipindahkan demi pembangunan jalan ini," ujar Togi Mangatas Butarbutar sambil menangis pada pertemuan itu.