Breaking News

Tiang Listrik untuk Bukit Kijang Belum Dipasang, Kementerian BUMN Minta PT Lonsum Keluarkan Izin

"Penekanan dari pihak kementerian di Jakarta, bahwa September ini harus selesai izinnya dikeluarkan dari pihak Lonsum," ucap Saiful Amri.

Tribun Medan/Mustaqim Indra Jaya
Sejumlah pekerja hendak menurunkan tiang listrik dari atas truk di lahan perkebunan milik PT Lonsum di Desa Gunung Melayu, Kecamatan Rahuning, Asahan beberapa waktu lalu. 

Laporan Wartawan Tribun Medan/ Mustaqim Indra Jaya

TRIBUN-MEDAN.com - Sebanyak tujuh unit truk pengangkut ratusan tiang listrik telah tiba di Dusun III Bukit Kijang, Desa Gunung Melayu, Kecamatan Rahuning, Asahan, yang selama ini belum pernah mendapat penerangan.

Pemasangan tiang listrik yang telah tiba sejak 3 September itu belum bisa dilakukan sebab masih terkendala izin resmi dari PT Lonsum yang lahannya bakal dilintasi jaringan listrik menuju Dusun Bukit Kijang.

"Tiang listriknya sudah masuk tujuh truk. Tapi belum bisa pemasangan, tunggu izin Lonsum," kata Kepala Desa Gunung Melayu, Saiful Amri, Selasa (17/9/2019).

Ia menyebutkan beberapa waktu lalu sempat ada pertemuan di Jakarta antara Kementerian BUMN, PT PLN dan Lonsum membahas kepastian pemasangan jaringan listrik untuk Dusun Bukit Kijang.

Menurut Saiful, pertemuan itu membahas percepatan pembangunan jaringan listrik agar aliran listrik bisa dinikmati masyarakat setempat.

"Penekanan dari pihak kementerian di Jakarta, bahwa September ini harus selesai izinnya dikeluarkan dari pihak Lonsum," ucapnya.

Warga Dusun III Bukit Kijang, Desa Gunung Melayu, Kecamatan Rahuning, Asahan terus berupaya bersama pemerintah desa setempat agar jaringan listrik PLN bisa masuk hingga ke rumah-rumah masyarakat.

Kepala Desa Gunung Melayu, Saiful Amri menyebutkan upaya yang dilakukan itu sedikit menemui titik terang.

PT Lonsum, Gunung Melayu telah bersedia menebang tanaman sawit di areal lahan HGU milik mereka yang akan didirikan tiang listrik milik PLN.

Namun perusahaan meminta persyaratan berupa biaya ganti rugi yang nominalnya mencapai ratusan juta rupiah kepada Pemkab Asahan.

"Hingga akhirnya kami bermediasi, terkendala soal ganti rugi tanaman milik PT Lonsum, Gunung Melayu. Sepengetahuan kami pihak PT Lonsum sudah memberikan surat kepada Ketua DPRD dan Pemkab, soal biaya kompensasi tanaman, sekitar Rp 600 juta lebih," jelas Saiful, Agustus lalu.

PLN pun telah mengeluarkan peta pembangunan jaringan listrik yang melintasi areal perkebunan PT Lonsum, Gunung Melayu.

Diketahui dari peta itu, jumlah pohon yang akan ditebang sebanyak 288 pohon sawit.

Sebab, untuk dapat masuk menuju Dusun III Bukit Kijang harus melalui kawasan perkebunan PT Lonsum di, Gunung Melayu.

"PLN pun sudah siap membangun jaringan listrik disini. Bahkan kontrak kerja dan penunjukkan perusahaan yang akan mengerjakan pembangunan jaringan listrik hingga ke bukit kijang sudah ada, tinggal masalah ganti rugi Pemkab kepada PT Lonsum," ungkapnya

Mengetahui hal itu, Kades Gunung Melayu bersama masyarakat Dusun III Bukit Kijang kemudian mempertanyakan hal tersebut kepada Plt Bupati Asahan, Surya melalui surat.

Harapannya, permasalahan listrik PLN di kawasan tersebut dapat segera teratasi.

"Jadi setelah kami berkirim surat kepada Pemkab mengenai hal ini. Jawaban dari Pemkab, katanya belum bisa menganggarkan dana untuk membayar ganti rugi seperti yang diminta PT Lonsum," ucapnya.

Untuk diketahui, warga Dusun III Bukit Kijang, Desa Gunung Melayu, Kecamatan Rahuning, Asahan hampir 50 tahun tidak dapat menikmati listrik yang berasal dari jaringan PLN.

Dusun yang pertama kali dibuka pada tahun 1972 lalu itu, hingga kini masih bergantung pada mesin genset yang dibeli secara pribadi oleh masyarakat dan terpasang di rumah masing-masing.

Listrik pertama kali baru bisa dinikmati oleh warga di dusun tersebut pada tahun 2010.

Itu pun setelah adanya pengadaan mesin genset berkapasitas besar melalui program PNPM yang dapat mengalirkan listrik ke rumah-rumah warga.

Kondisi mesin genset berdaya listrik kapasitas besar itu sejak tahun 2012 tidak dapat dioperasikan karena telah berulang kali mengalami kerusakan, hingga saat ini mati total.

Sudah 50 Tahun Ratusan Warga di Asahan Ini tak Teraliri Listrik PLN

Sudah 50 tahun ratusan warga di Dusun III Bukit Kijang, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan, belum masuk jaringan listrik PLN.

Jaringan listrik kali pertama dirasakan warga pada 2010.

Saat itu ada mesin genset berkapasitas besar melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).Namun mesin genset hanya bertahan dua tahun.

Pada 2012 mesin tak bisa lagi difungsikan.

"Tahun 2010 ada pengadaan mesin genset bantuan PNPM, sejak saat itu listrik bisa masuk ke rumah-rumah warga. Setiap hari habiskan solar 25 liter, swadaya dari masyarakat. Beberapa kali rusak, diperbaiki, sampai tahun 2012 rusak total," kata Kepala Desa Gunung Melayu, Syaiful Amri, Senin (5/8/2019).

Tonton video di Dusun III Bukit Kijang;

Ayo subscirbe channel YouTube Tribun MedanTV

Jokowi Datangi PLN, Marahi Bos PLN, Semprot Plt Dirut PLN: Penjelasannya Panjang Sekali!

Listrik Padam di Ibukota, Pulau Jawa dan Bali, Presiden Jokowi Sambangi Kantor PLN Pagi Hari Ini

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah desa bersama masyarakat agar jaringan listrik milik PLN bisa masuk ke Dusun III Bukit Kijang.

Terlebih satu-satunya akses untuk bisa menuju ke permukiman warga tersebut harus melintasi perkebunan sawit milik PT Lonsum yang berada di Kecamatan Gunung Melayu.

"Sebelum saya menjabat sebagai kades, pemerintah desa dan masyarakat sudah pernah juga mengajukan ke pihak PLN, pemerintah (Pemkab Asahan) dan DPRD. Sampai saya menjabat sebagai kades selama 2,5 tahun terakhir. Kami selalu mengawal dan memfasilitasi pertemuan mulai dari kecamatan hingga kabupaten," ungkap Syaiful.

Untuk penerangan saban harinya warga menggunakan genset pribadi yang biaya operasionalnya jauh lebih mahal dari tarif PLN.

Mesin genset itu, hanya difungsikan warga menjelang malam hingga pukul 22.00 WIB.

Selebihnya warga hidup tanpa aliran listrik.

Keterbatasan biaya untuk membeli solar yang membuat warga tak bisa mengoperasikan mesin genset sepanjang waktu.

"Selama ini masyarakat bergantung dengan mesin genset, rata-rata dioperasikan empat jam. Sebulan hampir Rp 500 ribu untuk beli solar aja," kata seorang warga Dusun III Bukit Kijang, Parmin.

Pria yang telah bermukim di Dusun III Bukit Kijang sejak tahun 1978 berharap listrik PLN segera dapat dinikmati oleh warga setempat.

"Harapannya listrik PLN bisa segera masuk ke tempat kami. Kalau berharap genset, biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. Untuk nyari solar aja kadang payah," pungkasnya. (ind/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved