Turki Serang Suriah dan Sandera 50 Senjata Nuklir AS yang Tersimpan di Pangkalan Udara Bersama
Dikabarkan, sekitar 50 senjata nuklir milik Amerika Serikat yang masih tertahan di pangkalan udara bersama di Turki kini "disandera" oleh Ankara
"Sejarah akan melihat Anda menangani isu ini secara manusiawi. Sebaliknya akan selamanya melihat Anda sebagai sosok jahat jika tak ada hal baik terjadi. Jangan jadi orang yang keras. Jangan bodoh. Saya akan menghubungi Anda," lanjut Trump.
Amerika Serikat telah bekerja sama dengan Kurdi Suriah yang tergabung dalam Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dalam perang melawan ISIS di Suriah sejak pemerintahan Presiden Barack Obama.
Hal itu sejak awal telah jelas akan menimbulkan permasalahan antara AS dengan Turki.
Ankara memandang Kurdi Suriah, termasuk SDF, yang didominasi anggota milisi Kurdi, Unit Perlindungan Rakyat (YPG), sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) Turki, yang telah dianggap sebagai kelompok teror oleh Ankara.
Turki Sandera Sekitar 5 Senjata Nuklir AS
Pangkalan udara bersama Turki-AS di Incirlik, kota Adana, Turki.
Dikabarkan, sekitar 50 senjata nuklir milik Amerika Serikat yang masih tertahan di pangkalan udara bersama di Turki kini "disandera" oleh Ankara.
Sementara Washington masih berupaya menemukan cara diplomatik untuk menanggapi invasi Turki ke Suriah.
Penarikan pasukan AS dari Suriah utara telah menciptakan kekosongan kekuasaan yang akhirnya memungkinkan Turki dan milisi pemberontak Suriah untuk menggusur pasukan Kurdi yang menjadi sekutu Washington.
Keputusan penarikan pasukan AS dari Suriah telah menuai kecaman, bahkan dari dalam pemerintahan Presiden Donald Trump.
Meski demikian, Trump tetap meningkatkan oposisinya terhadap langkah invasi yang diumumkan Presiden Recep Tayyip Erdogan, dan mengancam bakal menghancurkan perekonomian Turki.
Kebijakan yang memicu penurunan hubungan antara kedua negara itu telah membuat para pejabat di Washington berupaya menemukan cara untuk mengamankan senjata nuklir AS yang masih tersimpan di pangkalan udara bersama di Incirlik.
Pejabat dari Departemen Luar Negeri dan Departemen Energi, yang mengelola persenjataan nuklir AS, telah bertemu pada akhir pekan lalu untuk mempertimbangkan langkah untuk menarik sekitar 50 senjata nuklir yang diperkirakan masih ada di tempat itu, menurut laporan The New York Times.
Salah seorang pejabat departemen telah mengatakan kepada surat kabar itu bahwa senjata-senjata nuklir tersebut kini secara efektif disandera oleh Erdogan.
"Pemindahan senjata-senjata (nuklir) tersebut dikhawatirkan bisa menjadi penanda berakhirnya hubungan antara sekutu NATO, sementara membiarkannya juga bisa membahayakan senjata pemusnah massal itu," tulis laporan surat kabar tersebut.
Teka-teki tentang langkah terbaik untuk puluhan senjata nuklir AS itu muncul hanya satu bulan usai Erdogan, dalam pidatonya, mengatakan bahwa merupakan hal yang "tidak bisa diterima" bahwa Turki tidak diizinkan memasok senjata sendiri di bawah Perjanjian Nonproliferasi Nuklir yang ditandatangani pada 1980.