Turki Serang Suriah dan Sandera 50 Senjata Nuklir AS yang Tersimpan di Pangkalan Udara Bersama

Dikabarkan, sekitar 50 senjata nuklir milik Amerika Serikat yang masih tertahan di pangkalan udara bersama di Turki kini "disandera" oleh Ankara

Editor: AbdiTumanggor
AFP/OZAN KOSE
Warga sekitar memandang kepulan asap yang membubung dari kota Suriah Ras al-Ain dari perbatasan Turki Ceylanpinar pada 11 Oktober 2019. 

Presiden Erdogan membuang surat itu ke tempat sampah dan kemudian mengumumkan memulai operasi militer ke Suriah pada hari yang sama. Hal itu bisa dianggap sebagai bukti bahwa Trump tidak memberikan lampu hijau kepada Erdogan maupun Ankara untuk melancarkan serangan terhadap Kurdi Suriah.

Saat ini dikabarkan, sekitar 50 senjata nuklir milik Amerika Serikat yang masih tertahan di pangkalan udara bersama di Turki kini "disandera" oleh Ankara.

/////

TRIBUN-MEDAN.com - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan disebut telah menanggapi secara negatif surat yang diterimanya dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Sumber kepresidenan Turki bahkan menyebut Presiden Erdogan menjadi marah dan membuang surat dari Trump ke tempat sampah.

Diberitakan BBC, surat tertanggal 9 Oktober itu dikirim setelah Trump mengumumkan penarikan pasukan AS dari Suriah.

Dalam surat tersebut, Trump disebut memberi tahu Erdogan agar tidak menjadi "pria keras" dan tidak mengambil "tindakan bodoh".

Presiden Trump dikatakan telah mendesak kepada Turki untuk tidak melancarkan serangan militer terhadap Kurdi di Suriah, namun permintaan itu diabaikan Erdogan.

"Presiden Erdogan menerima surat itu, (kemudian) sepenuh hati menolaknya dan menaruhnya di tempat sampah," kata sumber kepresidenan Turki, seperti dikutip BBC.

Menurut staf kepresidenan Turki, surat dari Trump yang isinya mencampurkan antara ancaman dengan candaan telah membuat marah Presiden Erdogan.

Erdogan membuang surat itu ke tempat sampah dan kemudian mengumumkan memulai operasi militer ke Suriah pada hari yang sama.

Hal itu bisa dianggap sebagai bukti bahwa Trump tidak memberikan lampu hijau kepada Erdogan maupun Ankara untuk melancarkan serangan terhadap Kurdi Suriah.

Diberitakan sebelumnya, Trump dalam suratnya menuliskan bahwa dia ingin membuat "kesepakatan" dengan presiden Turki itu dan tak ingin Erdogan dicap sebagai orang "jahat".

"Anda tidak ingin bertanggung jawab karena atas pembantaian ribuan orang. Saya juga tidak ingin bertanggung jawab karena telah menghancurkan perekonomian Turki, yang pasti akan saya lakukan," tulis Trump dalam suratnya.

"Jangan biarkan dunia kecewa. Anda bisa membuat keputusan yang bagus..."

"Sejarah akan melihat Anda menangani isu ini secara manusiawi. Sebaliknya akan selamanya melihat Anda sebagai sosok jahat jika tak ada hal baik terjadi. Jangan jadi orang yang keras. Jangan bodoh. Saya akan menghubungi Anda," lanjut Trump.

Amerika Serikat telah bekerja sama dengan Kurdi Suriah yang tergabung dalam Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dalam perang melawan ISIS di Suriah sejak pemerintahan Presiden Barack Obama.

Hal itu sejak awal telah jelas akan menimbulkan permasalahan antara AS dengan Turki.

Ankara memandang Kurdi Suriah, termasuk SDF, yang didominasi anggota milisi Kurdi, Unit Perlindungan Rakyat (YPG), sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) Turki, yang telah dianggap sebagai kelompok teror oleh Ankara.

Turki Sandera Sekitar 5 Senjata Nuklir AS

Pangkalan udara bersama Turki-AS di Incirlik, kota Adana, Turki.
Pangkalan udara bersama Turki-AS di Incirlik, kota Adana, Turki. (AFP PHOTO / STR)

Dikabarkan, sekitar 50 senjata nuklir milik Amerika Serikat yang masih tertahan di pangkalan udara bersama di Turki kini "disandera" oleh Ankara.

Sementara Washington masih berupaya menemukan cara diplomatik untuk menanggapi invasi Turki ke Suriah.

Penarikan pasukan AS dari Suriah utara telah menciptakan kekosongan kekuasaan yang akhirnya memungkinkan Turki dan milisi pemberontak Suriah untuk menggusur pasukan Kurdi yang menjadi sekutu Washington.

Keputusan penarikan pasukan AS dari Suriah telah menuai kecaman, bahkan dari dalam pemerintahan Presiden Donald Trump.

Meski demikian, Trump tetap meningkatkan oposisinya terhadap langkah invasi yang diumumkan Presiden Recep Tayyip Erdogan, dan mengancam bakal menghancurkan perekonomian Turki.

Kebijakan yang memicu penurunan hubungan antara kedua negara itu telah membuat para pejabat di Washington berupaya menemukan cara untuk mengamankan senjata nuklir AS yang masih tersimpan di pangkalan udara bersama di Incirlik.

Pejabat dari Departemen Luar Negeri dan Departemen Energi, yang mengelola persenjataan nuklir AS, telah bertemu pada akhir pekan lalu untuk mempertimbangkan langkah untuk menarik sekitar 50 senjata nuklir yang diperkirakan masih ada di tempat itu, menurut laporan The New York Times.

Salah seorang pejabat departemen telah mengatakan kepada surat kabar itu bahwa senjata-senjata nuklir tersebut kini secara efektif disandera oleh Erdogan.

"Pemindahan senjata-senjata (nuklir) tersebut dikhawatirkan bisa menjadi penanda berakhirnya hubungan antara sekutu NATO, sementara membiarkannya juga bisa membahayakan senjata pemusnah massal itu," tulis laporan surat kabar tersebut.

Teka-teki tentang langkah terbaik untuk puluhan senjata nuklir AS itu muncul hanya satu bulan usai Erdogan, dalam pidatonya, mengatakan bahwa merupakan hal yang "tidak bisa diterima" bahwa Turki tidak diizinkan memasok senjata sendiri di bawah Perjanjian Nonproliferasi Nuklir yang ditandatangani pada 1980.

Komunikasi telepon antara Trump dengan Ergogan pekan lalu, dan keputusan presiden AS untuk menarik diri dari Suriah usai membersihkan wilayah itu dari ISIS, disebut sebagai momen di luar perkiraaan oleh diplomat Amerika.

Setelah mengumumkan pemindahan pasukan untuk mengakhiri "perang tanpa akhir"di Suriah, Trump telah berulang kali dipaksa meningkatkan retorikanya di Turki, menyerukan gencatan senjata, dan menjatuhkan sanksi kepada para pejabat Ankara.

Namun ancaman dari AS tetap tidak berhasil menghentikan Turki dari melancarkan serangan militer ke Suriah dan sebaliknya semakin bergerak ke wilayah utara negara itu dan mengklaim wilayah serta terus menargetkan milisi Kurdi.

Dalam prosesnya, kelompok Kurdi Suriah telah meninggalkan penjara-penjara dan kamp penampungan yang menahan anggota ISIS, menyebabkan ratusan orang melarikan diri.

Sementara PBB mengatakan, puluhan ribu orang telah dipaksa mengungsi dan meninggalkan kediaman mereka akibat serangan, dengan puluhan lainnya menjadi korban tewas.

Artikel telah tayang di Kompas.com dengan judul: Erdogan Disebut Buang Surat dari Donald Trump ke Tempat Sampah dan Turki "Sandera" Sekitar 50 Senjata Nuklir AS yang Tersimpan di Pangkalan Udara Bersama

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved