TERNYATA Fachrul Razi Jenderal Ketiga jadi Menag, Ketua Umum PP Muhammadiyah Kirim Pesan Ini
Dari Yogyakarta, Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengirim pesan agar Fachrul Razi bertindak cermat untuk tugas itu.
Artinya, jangan sembarangan untuk menilai yang ini radikal dan itu bukan radikal.
Secara keseluruhan, baik dalam konteks agama maupun umum, perlu ada pemahaman yang komprehensif mengenai radikalisme, supaya tidak gebyah uyah,” kata Haedar.
Terkait tugas menekan radikalisme, Haedar mengatakan ada banyak hal yang perlu ditata.
Dia mengakui, ada bagian-bagian dari perilaku beragama, perilaku berbangsa dan perilaku sosial yang mengarah pada radikal.
Tetapi dia tidak setuju jika radikalisme dilekatkan pada agama, apalagi agama tertentu.
Menurutnya, dalam kehidupan berbangsa, bernegara, berideologi, dan bersosial juga ada kecenderungan ekstrem dan radikal yang mengarah pada kekerasan.
Haedar memberi contoh banyak aksi kekerasan di tanah air yang muncul bukan karena faktor agama. Karena itu, dia meminta penunjukan Fachrul Razi tidak diarahkan hanya ke problem radikalisme.
“Saya pikir, arahnya tidak ke situ, ya.
Dan tidak perlu diarahkan ke situ.
Karena pembinaan keagamaan dan perilaku beragama yang positif di Indonesia itu jauh lebih banyak, ketimbang yang negatifnya. Sebab kalau kaca matanya hitam putih itu nanti malah keliru,” kata Haedar.
Sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar memberi sejumlah pesan bagi Menteri Agama yang baru.
Menurutnya, meski berlatar belakang militer, posisi Fachrul Razi sebagai pejabat publik saat ini dibatasi oleh koridor yang berlaku. Setiap tindakan, kebijakan, dan langkahnya harus didasarkan pada sistem yang berlaku.
Haedar juga berpesar, menteri adalah milik semua pihak, dalam hal ini agama, ormas atau golongan yang selama ini dibina Kementerian Agama. Karena itulah, Haedar minta Fachrul berdiri di atas semua golongan.
“Agama institusi keagamaan itu harus menjadi kekuatan yang mencerdaskan, mendamaikan, memajukan, menyatukan agama, membawa nilai-nilai ruhani dan keadaban yang baik. Saya pikir semua agama begitu komitmennya. Tentu menteri agama punya komitmen kesitu,” tambah Haedar.
Peneliti radikalisme dan terorisme dari Universitas Indonesia, Muhammad Syauqillah, melihat penunjukan ini dalam skala yang luas.