Jalan Alternatif Siantar-Tanah Jawa Lewat Perladangan Sawit Dinilai Membahayakan Pengendara

Seorang pengendara, Ika Ramtika mengaku, ketakutan saat melintas di jalur alternatif tersebut.

Penulis: Tommy Simatupang |
Tribun Medan/Tommy Simatupang
Pengendara melintas di jalur alternatif sebagai pengganti jembatan yang terputus di Desa Marubun Jaya, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, Selasa (5/11/2019). 

TRIBUN-MEDAN.com - Para pengendara merasa khawatir ketika melintas di areal perkebunan sawit di Desa Marubun Jaya, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, yang menjadi jalur alternatif pengganti jembatan yang terputus sejak setahun yang lalu.

Amatan tribun-medan.com, Selasa (5/11/2019), para pengendara roda dua dan empat tampak sangat berhati-hati saat melintas di jalan setapak perkebunan sawit PTPN IV itu. Kendaraan juga mengantre untuk dapat melintasi perladangan sawit yang tidak rata.

Para pengendara juga harus menjalani jalur alternatif dengan memutar lebih jauh.

Seorang pengendara, Ika Ramtika mengaku, ketakutan saat melintas di jalur alternatif tersebut. Apalagi, saat hujan deras mengguyur, jalur itu akan berubah menjadi sangat licin. Bahkan, jika hujan turun dengan durasi lama, jalur alternatif itu tidak dapat dilintasi. Karena, jalur itu dipastikan akan tergenang banjir.

"Karena jalan ini kami terlambat ke sekolah. Kalau hujan, jalan ini sudah banjir. Harus menyambung angkutan umum. Orang kerjanya juga pada susah. Harapan kami sebagai warga tolonglah dipercepat pembangunan ini. Kalau dibangun juga dibuat kokoh jangan putus-putus lagilah," katanya.

Senada dengan itu juga, Sulaiman warga Tanah Jawa yang saban hari berkunjung ke Siantar mengatakan pemerintah seakan membiarkan kondisi ini terus berlarut-larut. Ia belum melihat Pemerintah Provinsi Sumut serius dalam menangani jembatan ini. Tentang jalur alternatif, Sulaiman mengatakan sangat rawan tergelincir. Lalu, pemgemdara harus antre saat melintas.

"Memang kami lihat ada upaya baik dari permerintah tapi lebih serius lagilah. Pemabangunannya dipercepat lagilah," katanya.

Kepala BPBD Simalungun Frits Damanik mengatakan, proyek jembatan adalah tanggungjawab Dinas PUPR Provinsi Sumut.

"Kami sedang koordinasi dengan provinisi. Ini kan jalan provinsi. Kami cuma bisa sediakan dengan cara jalur alternatif melewati perladangan sawit," katanya.

Saat disinggung proyek jembatan utama yang juga belum selesai, kata Fritz itu juga wewenang provinsi. Ia menilai kontur tanah yang labil dan tidak beratur membuat proses pengerjaan lambat.

"Kalau pembagunan jembatan wewenang provinsi,"katanya.

Kamis (17/10/2019), jembatan alternatif pengganti jembatan utama rubuh setelah diterjang arus air. Arus air itu mengikis tanah sebagai penyangga jembatan sehingga menyebabkan longsor. Hingga saat ini, akses Siantar-Simalungun melewati jalur perladangan sawit menunggu proyek pembangunan jembatan selesai. (tmy/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved