Wisata Berastagi Butuh Uluran Tangan Pemerintah, Infrastruktur dan Kebersihan Jadi Prioritas

Namun berbeda halnya dengan kawasan wisata lainnya, Berastagi misalnya, masih butuh uluran pemerintah supaya infrastruktur di sana bisa berbenah.

TRIBUN MEDAN/AQMARUL AKHYAR
Keramaian wisatwan lagi mengantre naik kuda dan delman di Pasar Buah Berastagi, Jalan Gundaling, Tambak Lau Mulgap I, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. 

TRIBUN-MEDAN.com - Pembangunan pariwisata di Sumatera Utara terus ditingkatkan terutama saat kawasan Danau Toba jadi wisata super prioritas yang digalakkan pemerintahan Jokowi. Kawasan itu pun mendapat suntikan dana segar Rp 6,1 triliun.

Namun berbeda halnya dengan kawasan wisata lainnya, Berastagi misalnya, masih butuh uluran pemerintah supaya infrastruktur di sana bisa berbenah.

Dedi Nelson praktisi pariwisata mengatakan kalau kunjungan wisatawan di kawasan Berastagi mulai tumbuh terutama saat aktivitas gunung Sinabung sudah tidak erupsi lagi. Wisatawan pun berdatangan, baik lokal maupun mancanegara.

"Kekhawatiran sudah tidak ada lagi, gunung Sinabung kan sudah gak meletus lagi. Jadi tamu-tamu sudah mulai pesat," kata Dedi yang merupakan merupakan Ketua DPC Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Kabapaten Karo kepada Tribun-Medan.com, Sabtu (14/12/2019).

Apalagi sekarang para tamu hotel sudah gampang melakukan booking-an kamar hotel, sudah bisa melalui aplikasi pemesanan kamar hotel. Sehingga cukup dimudahkan dengan adanya teknologi ini.

"Kalau dulu kan tamu booking harus melalui travel agent, sekarang kan sudah gampang hanya tinggal melalui sistem online aplikasi sudah bisa. Hingga ada kemajuan lah," ujar GM dari Sibayak Hotel tersebut.

Dedi Nelson, GM Hotel Internasional Sibayak, Brastagi
Dedi Nelson, GM Hotel Internasional Sibayak, Brastagi 

Hanya saja pertumbuhan itu kata Dedi tidak diiringi dengan pembenahan infrastruktur menuju Berastagi. Dia mengatakan kalau sudah musim liburan dan akhir pekan sudah 'makanan' sehari-hari terjadi kemacetan lalu lintas dari dan munuju ke Berastagi.

Menurutnya inilah pekerjaan rumah yang harus dicari jalan keluarnya oleh pemerintah. Apakah melakukan pelebaran jalan lagi atau membuat jalan tol seperti halnya di kawasan Danau Toba.

"Sering terjadi kemacetan lalu lintas kalau menuju ke sini (Berastagi). Kita berharap sekali kepada pemerintah pusat maupun daerah harus perhatikan betul infrastruktur ini. Kita iri juga sementara di kawasan Tobasa, investasi besar-besaran di sana," ujarnya.

Tidak hanya infrastruktur, Dedi mengatakan saat ini mereka hanya bisa berharap pada wisatawan lokal untuk menggerakkan bisnis wisata di Berastagi. Sementara itu wisatawan mancanegara masih mengalami stagnasi.

"Wisatawan mancanegara tidak ada respon positif di sini, tidak bisa banyak diharapkan. Tidak banyak wisatawan dari eropa (mancanegara)," katanya.

Minimnya wisatawan mancanegara yang datang ke Berastagi ini tentu ada banyak faktor penyebabnya, mulai promosi yang kurang genjar dilakukan hingga minimnya ataraksi yang bisa di tawarkan kepada mereka supaya mau datang ke Berastagi.

Tentu lagi lagi ini pekerjaan rumah bersama, bukan hanya pemerintah. Tapi tentunya sektor swasta juga harus dilibatkan, pasalnya mereka ujung tombak kemajuan pariwisata. Semua harus digerakkan, guna menunjang kemajuan pariwisata.

Contoh kecil saja kata Dedi Nelson, kebersihan dan penerangan di area wisata Berastagi harus jadi prioritas. Daerah wisata modal utamanya adalah kebersihan.

Ini harus benar-benar diperhatikan, jangan sampai sampai menumpuk  dan berserakan di jalan hingga jadi citra  buruk Berastagi bagi wisatawan yang datang.

"Kalau malam hari kesannya jalan jalan di dekat pasar buah dan taman mejuah-juah sangat gelap, sampai ke aerah gundaling. Sebagai praktisi pariwisata, tentu saya harus kasih masukan. Agar pariwisata ini bisa meningkat," beber Dedi. (riz)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved