News Video

Marinir Filipina Romnick Estacio Gugur setelah Selamatkan Nelayan Indonesia dari Sandera Abu Sayyaf

Marinir Filipina Romnick Estacio gugur setelah berperang dengan kelompok Abu Sayyaf untuk menyelatkan nelayan Indonesia

TRIBUN-MEDAN.COM - Marinir Filipina Romnick Estacio gugur setelah berperang dengan kelompok Abu Sayyaf untuk menyelatkan nelayan Indonesia.

Melansir informasi dari akun Philippine Marine Corps, pasukan Filipina yang berasal dari Naval Task Group Sulu (NTGS) terlibat  baku tembak pukul 04:43 waktu Filipina, selama dua puluh lima menit.

Warga negara Indonesia yang berhasil dibebaskan adalah Marahudin Bin Lunani dan Samiuin Bin Manue.

Sang Peramal Kondang Baba Vanga Meramalkan Deretan Peristiwa Dahsyat, Ada Tsunami Hebat

Aurel Hermansyah Blak-blakan Ungkap Status Hubungannya dengan Atta Halilintar, Akui Tak Suka Gimmick

Sedangkan Muhammad Farhan (27), yang merupakan anak Maharudin Bin Lunani (48) gagal diselamatkan setelah tertinggal dari rombongan pasukan Filipina.

Nelayan Indonesia ini sudah disandera selama 90 hari.

Atas kematian Romnick Estacio, Pemerintah Indonesia menyampaikan duka yang mendalam.

"Pemerintah Indonesia menyampaikan apresiasi atas kerja sama Pemerintah Filipina yang baik, sekaligus menyampaikan duka cita atas gugurnya satu personel militer Filipina dalam operasi tersebut," ujar perwakilan Kementerian Luar Negeri RI berdasarkan siaran pers Kementerian Luar Negeri RI, Minggu (22/12/2019).

Bebaskan Nelayan Indonesia Sandera Abu Sayyaf, Marinir dan Pahlawan Filipina Romnick Estacio Gugur

KABAR TERKINI 3 WNI Diculik Gerilyawan Filipina Abu Sayyaf, 2 Tawanan Berhasil Dibebaskan

Almarhum Romnick Estacio ternyata juga berperang membebaskan Marawi yang dikuasai ISIS 2017.

Dalam pertempuran itu, Romnick Estacio, kehilangan adiknya Jethro Fil Estacio yang bertugas di Infrantri Angkatan Darat Filipina. 

Jethro Fil Estacio gugur dalam pertempuran 14 Oktober 2017. 

Romnick Estacio, marinir Filipina yang gugur membebaskan WNI sandera Abu Sayyaf
Romnick Estacio, marinir Filipina yang gugur membebaskan WNI sandera Abu Sayyaf (facebook/Philippine Marine)

Romnick Estacio meninggalkan seorang istri dan dua anaknya yang masih kecil.

Marahudin Bin Lunani dan Samiuin Bin Manue diculik sekitar September 2019 lalu ketika sedang mencari ikan di perairan Lahad Datu, Malaysia.

Mereka berasal dari Baubau dan Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Penyanderaan ketiganya diketahui melalui rekaman video di laman Facebook.

Dalam penculikan itu, penyandera meminta tebusan sebesar Rp 8 miliar. 

Pembebasan dilakukan berkat kerja sama intensif antara Pemerintah Indonesia dan Filipina melalui berbagai langkah diplomasi. 

Langkah diplomasi yang dilakukan, menurut keterangan tersebut, antara lain melalui pembicaraan langsung Presiden Joko Widodo dan Presiden Rodrigo Duterte serta Menteri Luar Negeri (Menlu RI) Retno Marsudi dan Menteri Pertahanan Filipina.

Pembicaraan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan koordinasi internal antara Pemerintah RI yang dilakukan oleh Kementerian Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenkopolhukam) RI melalui kerja sama intensif antara badan intelejen Indonesia dan militer Filipina.

"Operasi pembebasan berhasil menjejak posisi penyandera dan terjadi kontak senjata pada 22 Desember 2019 pagi hari," kata dia.

"Dalam operasi tersebut, dua WNI atas nama SM dan ML berhasil dibebaskan. Sementara, satu sandera WNI atas nama MF masih terus diupayakan pembebasannya," lanjut dia.

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) memastikan Pemerintah Indonesia masih berjuang membebaskan 1 warga negara Indonesia (WNI) yang masih disandera Abu Sayyaf Group (ASG) di Filipina.

"Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Filipina masih terus berlanjut, karena masih ada satu WNI atas nama Muhammad Farhan yang saat ini masih dalam penyanderaan kelompok Abu Sayyaf," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes Pol Asep Adi Saputra di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta, Senin (23/12/2019).

Asep mengatakan, dari kerja sama ini juga mempertegaskan bahwa Filipina juga serius membantu membebaskan WNI yang ditawan ASG.

"Sekali lagi alhamdulillah, dua WNI sudah dapat dikembalikan. Saat ini keduanya sedang dalam proses untuk dapat kembali ke tanah air," kata dia.

Untuk misi pembebasan satu WNI lainnya, pihaknya meminta dukungan masyarakat agar Muhammad Farhan segera dapat dibebaskan.

"Kita doakan semoga saudara kita dapat segera dibebaskan dan kembali ke tanah air," pungkas Kombes Pol Asep Adi Saputra. (*)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved