Damiri Mahmud Sebelum Meninggal Ingin Hapus Semua Karyanya
Saat sakit-sakitan, Damiri pernah mengatakan ingin menghapus semua karya-karyanya.
TRIBUN-MEDAN.com - Sastrawan asal Hamparan Perak, Deliserdang, Damiri Mahmud, tutup usia, Senin (30/12/2019).
Menurut anak ketiganya, penulis kelahiran 17 Januari 1945 itu pernah dirawat di RSUD Pirngadi karena sakit paru-paru, Oktober lalu.
Ada beberapa cerita sebelum sastrawan sekaligus kritikus sastra andal Indonesia, Damiri Mahmud meninggal dunia.
Disampaikan istrinya Mariani, saat sakit-sakitan Damiri pernah mengatakan ingin menghapus semua karya-karyanya karena baginya itu semua hanyalah dunia yang sifatnya sementara.
"Dia bilang mau hapus itu (karya) semua, karena dia rasa itu semua dunia. Tapi saya bilang jangan, kan bisa diturunkan ke anak cucu buat mereka belajar," katanya di rumah duka, Titi Payung Hamparan Perak, Deliserdang, Senin (30/12/2019)
Teringat sosok Damiri, Mariani mengatakan bahwa ia sosok yang sangat tegas perihal agama dan ibadah. Kata Mariani, Damiri akan marah apabila ada suara televisi yang hidup kalau sedang waktunya azan, ibadah, atai mengaji.
"Marah dia kalau ada TV hidup kalau lagi azan atau sholat, ibadah itu nomor satu baginya, enggak boleh lewat apalagi ditinggalkan, pokoknya sholat berjamaah kami enggak pernah tinggal, ngaji. Pesan terakhirnya juga harus utamakan ibadah," katanya.
Mariani bercerita dahulu jika Damiri dalam proses berkarya, tidak boleh seorang pun mengganggu, baik itu anak maupun istrinya.

"Mengurung diri sendiri di tempat kerjanya, pake mesin ketik. Gak ada satu pun yang boleh ganggu. Tapi beberapa bulan setelah sakit dia enggak pernah menulis lagi, dia lebih memilih mengajar anak-anak mengaji, suka sekali dia mengajar ngaji seperti tenang pikirannya," tutur Mariani.
Mariani berkata sakin senangnya Damiri mengajar ngaji anak-anak, ia pernah berkata ingin setiap jam anak-anak bertandang ke rumah agar diajarkan mengaji.
Sebelum meninggal katanya Damiri juga berpesan agar tidak diadakan perwiritan, dan ingin segera disemayamkan.
Kepada tribun medan, Maria menunjukkan dua buku terakhir Damiri Mahmud, selain buku berjudul rumah tersembunyi Chairil Anwar, terdapat pula buku antologi puisi yang diberi judul Menjadi Tanah. (cr21/tribun-medan.com)