Viral Medsos
Minibus Berisi Tulang Belulang Leluhur Kecelakaan di Taput, Netizen Malah Membully
Satu unit mobil pribadi warna putih terperosok saat membawa tulang-belulang leluhur ("saring-saring") ke kampung halaman
Penulis: Arjuna Bakkara |
"Sebaiknya kita para netizen jangan membuat komentar yg membuat hati keluarga korban akan menjadi marah.
Siapa pun tak mau menginginkan hal itu terjadi. Jadi, tolong lah bijak dalam berkomentar," balas Yanti Silaban.
Mangongkal Holi dan Panakkok Saring-saring
Suku Batak mengenal tradisi Mangongkal Holi yang berasal dari kultur Batak Pra-Kristen.
Mangongkal Holi (menggali tulang belulang leluhur) merupakan satu penghormatan kepada orang tua atau leluhur yakni dengan meninggikan posisi tulang belulang di atas tanah khususnya di bukit yang tinggi ataupun batu yang keras (tambak na pir).
Acara adat Mangongkal holi merupakan bagian dari adat Panakkok saring-saring.
Mangongkal holi merupakan salah satu upacara adat suku Batak Toba, mangongkal artinya menggali, sedangkan holi artinya adalah tulang belulang maka dapat disebut dengan menggali tulang belulang, kemudian tulang belulang dipindahkan ke dalam peti dan dimasukkan ke dalam kuburan yang baru.
Upacara adat pengangkatan atau memindahkan tulang belulang ke makam yang baru disebut dengan upacara adat Panakkok Saring-saring.

Pelaksanaan upacara adat ini jika tidak menggunakan musik berupa gondang maka pesta tersebut disebut dengan Pesta Hundul atau Partangiangan akan tetapi proses adatnya dengan upacara adat Panakkok Saring-saring ketika menggunakan musik berupa gondang tetap sama, hanya saja tidak ada acara manortor dalam upacara adat tersebut, sehingga proses upacara adat Panakkok Saring-saring tersebut terlaksana dengan cepat.
Tradisi ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit mengingat kehidupan ekonomi suku batak secara umum, selain itu butuh kerjasama dan persetujuan yang baik dari semua pihak keluarga, supaya upacara adat ini terlaksana dengan baik.
Upacara Mangokal Holi ini bertujuan untuk mendapatkan Hagabean, Hasangapan dan Hamoraon (panjang umur, kehormatan, dan kekayaan).
Meskipun zaman terus berubah namun tradisi ini tetap dipertahankan hingga saat ini.
Menurut adat, pelaksanaan penggalian itu, hendaklah disaksikan oleh unsur Dalian Na Tolu yaitu dongan sabutuha, boru/bere, hula-hula dan wajib bila dongan sahuta (papopat sihal-sihal) ikut menyaksikannya.
(*)
(Jun-tribun-medan.com)