Fakta-fakta Terungkapnya Kafe Esek-esek yang Pekerjakan ABG, Omzetnya Mencapai Rp 2 Miliar Per Bulan
Kasus perdagangan orang (human trafficing) dan eksploitasi anak di bawah umur berhasil diungkap polisi
Saat pertama kali tiba di balai rehabilitasai, dikatakan Neneng, 8 anak korban TPPO tersebut mengalami demam karena kelelahan.
• Setelah Membunuh di Pakistan, M Firman Hidup Berpindah-pindah di Indonesia
• Anak Pertama Meninggal, Driver Ojol Korban Kebakaran Perjuangkan Biaya Obat Sang Istri Puluhan Juta
Tak hanya itu, anak-anak tersebut juga merasa cemas dengan nasib mereka selanjutnya karena apa yang dikerjakan selama ini tidak diketahui orangtuanya.
"Anak-anak itu merasa cemas pada proses hukum dan anak-anak juga merasa ketakutan karena apa yang mereka lakukan di sini tidak diketahui orangtuanya," kata Neneng Heriyani di Polda Metro Jaya, Sudirman, Jakarta Selatan, Selasa (21/1/2020).
Namun demikian, Neneng mengungkapkan pihaknya hingga saat ini terus melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap kondisi psikologis anak-anak korban TPPO bermodus kafe esek-esek tersebut.
Menurutnya, hal utama yang juga menjadi perhatian Kemensos ialah seputar pemeriksaan kesehatan terhadap anak-anak korban TPPO tersebut.
Karena semua korban dipaksa melayani kebutuhan seks pria hidung belang, dikhawatirkan mereka terjangkit penyakit.
"Setelah kemarin dilakukan visum di Polda Metro Jaya dan hari ini kami melakukan general check up, termasuk pemeriksaan untuk HIV karena ada indikasi beberapa anak terinfeksi pada kelaminnya," ujarnya.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul ABG Korban Perdagangan Orang Bermodus Kafe Esek-esek di Penjaringan Cemas dan Ketakutan