Cerita Kehidupan
Kisah Keluarga Miskin Besarkan 4 Anaknya yang Disabilitas, Tak Pernah Tersasar Bantuan Pemerintah
Semua anak laki-laki Ual Sagala dan Nurlina boru Sitorus mengalami disabilitas. Hanya anak perempuan yang berfisik normal
Kisah Keluarga Miskin Besarkan 4 Anaknya yang Disabilitas, Tak Pernah Tersasar Bantuan Pemerintah
Laporan Wartawan Tribun Medan / Dohu Lase
RUMAH sederhana di Dusun IV Hutabuntul, Desa Lae Hole, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi menjadi tempat tinggal keluarga pasangan Ual Sagala (50) dan Nurlina boru Sitorus (44).
Berdinding papan, berlantai semen, semua serba pas-pasan. Sedikit beruntung, karena rumah ini sudah teraliri listrik PLN.
Ual sehari-hari bekerja sebagai petani. Ia dan Nurlina dikaruniai lima orang anak. Empat laki-laki, satu perempuan.
Namun, kebahagiaan Ual dan Nurlina itu kurang lengkap, sebab semua anak laki-laki mereka mengalami disabilitas. Hanya anak perempuan yang berfisik normal.
Empat anak laki-laki mereka, masing-masing bernama Andreas Sagala (21), Jusuf Sagala (18), Samuel Sagala (16) dan Narta Sagala (7), mengalami penyakit yang membuat tubuh menjadi lumpuh layu, sekaligus keterbelakangan mental.
Jadinya, seluruh anak laki-laki Ual bergantung kepada orang lain sehari-hari. Untuk urusan makan dan buang air saja, harus dibantu.
Dalam kondisi yang miskin itu, pasangan Ual dan Nurlina berjuang bertahan hidup tanpa pernah tersasar program bantuan pemerintah, seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Program Keluarga Harapan (PKH), ataupun Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT).
"Dari semua bantuan itu, belum ada yang kami dapat. Cuma bantuan dari Dinas Sosial untuk penyandang disabilitas. Itu pun hanya untuk satu orang anak, yaitu si Andreas," ungkap Nurlina saat ditemui di rumahnya kemarin.
Nurlina mengatakan, semua anak laki-laki mereka tampak normal saat dilahirkan. Memasuki usia tiga bulan, tanda-tanda fisik lumpuh layu mulai terlihat. Fase itu terjadi merata pada semua anak laki-lakinya.
"Semua kayak begitu. Sudah kami bawa berobat sampai ke rumah sakit di Medan, tetapi enggak ada hasil," ujar Nurlina sedih.
Nurlina mengaku, ia tak pernah meninggalkan para anak laki-lakinya. Oleh karena itu pula, ia tak pernah bisa ikut membantu suaminya bertani.
"Sebetulnya saya pengin ikut kerja, untuk menambah penghasilan. Namun, mau bagaimana. Anak-anak sama sekali enggak bisa ditinggal," tutur Nurlina.
Nurlina hanya berharap, mereka dapat memperoleh berbagai bantuan yang digelontorkan pemerintahan Presiden Jokowi saat ini bagi rakyat miskin.
"Bisa mendapat bantuan-bantuan dari pemerintah saja, kami sudah bersyukur sekali," pungkas Nurlina.
Terpisah, Kades Lae Hole ketika hendak dikonfirmasi terkait ada warga miskin tak dapat bantuan pemerintah, sedang tidak berada di desa itu. Menurut Kepala Dusun IV Hutabuntul, Kades sedang berpesta di Jakarta.
"Kades tidak ada, karena lagi menghadiri pesta keluarganya di Jakarta. Mungkin hari Senin baru pulang," ucap Kepala Dusun IV Hutabuntul, Harlat Simanjuntak.
Perihal keluarga Ual dan Nurlina yang tak pernah mendapat bantuan pemerintah, Harlat mengaku hal itu bukan urusannya, sebab urusan mendata warga penerima bantuan pemerintah adalah pekerjaan Dinas Sosial Kabupaten Dairi.
"Yang mendata warga miskin penerima bantuan pemerintah kan Dinas Sosial. Data yang digunakan mungkin masih data yang lama, sehingga keluarga itu (Ual dan Nurlina) tak dapat," tutur Harlat.
Harlat mengungkapkan, penerima bantuan pemerintah di Desa Lae Hole ada yang tidak betul-betul miskin.
"Saat memasang stiker ke rumah penerima PKH dan BPNT, ada ditemukan penerima sudah punya mobil. Namun, waktu dilaporkan ke Dinas Sosial, enggak ada tanggapan. Si penerima dimaksud ini pun tak malu dan tak mau mundur," tandas Harlat.
# Kisah Keluarga Miskin Besarkan 4 Anaknya yang Disabilitas, Tak Pernah Tersasar Bantuan Pemerintah
(cr16/tribun-medan.com)