Petani Deliserdang Menjerit, Pupuk Bersubsidi Langka

Supardi, petani asal Kecamatan Beringin berharap agar kondisi ini bisa ditindaklanjuti oleh Pemkab Deliserdang.

Penulis: Indra Gunawan |
TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR
Petani memanen padi di persawahan Desa Pematang Johar, Deliserdang, Sabtu (8/2/2020). Bercocok tanam merupakan mata pencaharian warga setempat, dengan areal seluas 100 hektar. 

TRIBUN-MEDAN.com-Petani dari berbagai kecamatan yang ada di Kabupaten Deliserdang mengeluhkan keberadaan pupuk bersubsidi. Akibatnya petani terpaksa membeli pupuk non subsidi yang harganya jauh lebih mahal.

Supardi, petani asal Kecamatan Beringin berharap agar kondisi ini bisa ditindaklanjuti oleh Pemkab Deliserdang.

"Kalau sekarang, sudah selesai panen kami. Karena dicari dimana-mana enggak ada makanya kemarin aku beli pupuk non subsidi. Kalau harganya jangan ditanya lagi lah ya jauh lah dari harga yang non subsidi. Musim tanam kedepan kalau bisa jangan kejadian lagilah. Masa pupuk bersubsidi bisa langka ada apa ini?,"kata Supardi Senin, (24/2/2020).

Supardi mengakui dengan menggunakan pupuk non subsidi memang ada hal lain yang didapat. Kondisi tanaman disebut memang lebih bagus sehingga hasilnya juga ada penambahan. Ia dan petani lain berharap agar masalah kelangkaan pupuk ini bisa menjadi perhatian dari Bupati Deliserdang Ashari Tambunan.

"Mulai dari pupuk urea hingga Phonska payah dicari. Kalang yang non subsidi ya gampang kalilah karena mahal harganya. Karena payah cari yang subsidi ya pakai non subsidilah kebanyakan orang. Untung saja pakai yang non subsidi ini kualitas padinya juga lebih bagus, meski begitu ya tetap petani pengeluaran uang lebih banyak lagi untuk beli pupuk," kata Supardi.

Kelangkaan pupuk bersubsidi ini juga dibenarkan dua anggota DPRD Deliserdang, Rakhmadsyah dan Bayu Sumantri Agung. Disebut saat melakukan reses pada pekan lalu yang dikeluhkan oleh masyarakat khususnya kalangan petani adalah kelangkaan pupuk bersubsidi. Karena banyaknya keluhan dipinta agar Pemkab cepat menindaklanjuti hal ini.

"Reses di Kecamatan Batang Kuis yang dikeluhkan masyarakat pupuk bersubsidi. Begitu juga saat reses di Kecamatan Percut Seituan yang dikeluhkan pun sama. Bayangkan saja untuk beli pupuk urea non subsidi harga jual perkarung Rp275 ribu. Kalau yang subsidi harganya paling mahal cuma Rp105 ribu kan 150 persen jaraknya itu," kata Rakhmadsyah yang merupakan politisi PKB.

Sementara itu Bayu Sumantri Agung meminta agar Dinas pertanian tidak hanya diam melihat kondisi ini. Disebut atas keluhan masyarakat ini akan mereka tuliskan dan sampaikan pada sidang paripurna laporan reses nantinya.

"Saya reses di Lubukpakam yang dikeluhkan juga kelangkaan pupuk subsidi. Kasian masyarakat kalau untuk cari pupuk saja susah. Karena payah dicari jadi pakai yang non subsidi petani-petani ini," kata Bayu.

Kadis Pertanian Deliserdang, Kamaluddin Ginting menjanjikan kondisi yang dikeluhkan tidak akan terjadi lagi pada periode musim tanam kedepan. Karena baru bulan Januari kemarin dilantik sebagai Kadis Pertanian menggantikan jabatan Kadis yang dicopot ia pun mengaku akan menindaklanjuti keluhan petani. Ia membantah kalau disebut dinasnya tidak mempunyai data mengenai lahan pertanian yang sekarang ini.

"Mudah-mudahan kedepan enggak terjadi lagi lah. Aku jugakan masih baru (jadi Kadis). Kalau untuk kuota nanti saya tanya dululah seperti apa pastinya," kata Kamaluddin. (dra/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved