News Video
Mengerikan, Begini Potret Desa tak Berpenghuni di Kaki Gunung Sinabung
Letusan Gunung Sinabung pada 2010 menyimpan ruang hampa nyawa. Sejumlah desa tak berpenghuni bagaikan gambaran peradaban kelabu
Penulis: Alija Magribi | Editor: Hendrik Naipospos
Mengerikan, Begini Potret Desa tak Berpenghuni di Kaki Gunung Sinabung
TRIBUN-MEDAN.COM - Letusan Gunung Sinabung pada 2010 menyimpan ruang hampa nyawa.
Sejumlah desa tak berpenghuni bagaikan gambaran peradaban kelabu dari kaki gunung tertinggi kedua di Sumatra Utara ini.
Zona Merah dicanangkan pada beberapa desa di bawahnya.
Beberapa di antara desa atau kawasan kaki Gunung Sinabung yang didatangi wartawan www.tribun-medan.com adalah permukiman yang berada di pinggiran Jalan Berastepu - Gambir, Kecamatan Simpang Empat dan Desa Bekerah, Kecamatan Neman Teran, Kabupaten Tanah Karo.
Kunjungan ke desa tanpa aktivitas manusia ini, membuat siapapun merinding.
Bukan tanpa alasan, puluhan bangunan rumah warga beserta isinya kian rusak termakan waktu, setelah ditinggalkan pemiliknya bertahun-tahun.
SMP Negeri 1 Simpangempat yang berlokasi tepat di Jalan Berastepu - Gambir, Kecamatan Simpangempat bak monumen sejarah kemarahan Sinabung.
Plang sekolah yang masih kokoh, menggambarkan puluhan manusia pernah dididik di sini.
Atap bangunan di sekolah ini runtuh tak bersisa.
Ilalang dan rerumputan memenuhi ruang-ruang, menggantikan murid yang dahulu mengenyam pendidikan setiap pagi.
Suasana nahas yang sama juga terlihat di Desa Bekerah, Kecamatan Neman Teran.
Permukiman yang konon dihuni 400 Kepala Keluarga (KK) seperti kampung mati.

• Potret Desa Tak Bernyawa di Tanah Karo Gambarkan Peradaban Kelabu Kaki Gunung Sinabung
Hembusan desir angin yang menggoyangkan seng dan bangunan rumah adalah suara yang bisa didengar di sini.
Bahkan di sebuah rumah, ditemukan piala milik penghuninya yang tak sempat dibawa pulang. Ada beberapa pakaian, lemari, tempat tidur, perabot rumah yang ditinggal.
David Sembiring, salah seorang warga mengatakan berbagai opsi diberikan bagi masyarakat yang papannya dihantam abu Sinabung, yaitu merelokasi ke tempat yang aman atau penggantian uang Rp150 juta.
"Pemerintah waktu itu beri pilihan, uang Rp150 juta atau direlokasi ke tempat lain seperti ke Siosar. Banyak juga yang memilih uang dan meninggalkan tempat tinggal," ujar David.

• UNIKNYA Miniatur Gunung Sinabung Berasap, Ikon Peradaban Baru Kawasan Relokasi Siosar
Terang David, meski rumah ditinggalkan, namun ladang tempat mendulang rezeki masih dimanfaatkan oleh pemiliknya.
Ladang-ladang ini masih ditanami komoditas pertanian oleh warga yang berharap Sinabung akan berhenti suatu saat nanti.
Perlu diketahui, kemarahan Sinabung berlangsung beberapa kali kurun waktu 10 tahun terakhir.
Beberapa korban jiwa jatuh dan tak sedikit warga yang mengalami luka-luka hingga cacat.
Akibat dari status vulkanik Sinabung ini, beberapa daerah yang berlokasi cukup jauh pun seperti; Medan, Langkat, Aceh Tenggara, Deliserdang, Dairi, Pakpak Bharat, Serdangbedagai, Simalungun hingga Tebingtinggi sempat diselimuti abu tebal hingga ringan.
(mag/tribun-medan.com)