Terkait Virus Corona, Mahfud MD Semprot Kepala Daerah: Jangan Mendramatisir, Mencari Panggung
Menko Polhukam Mahfud MD meminta pemerintah daerah tidak terlalu mendramatisir persoalan yang berkaitan dengan virus corona.
Terkait Virus Corona, Mahfud MD Semprot Kepala Daerah: Jangan Mendramatisir, Mencari Panggung
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD meminta pemerintah daerah tidak terlalu mendramatisir persoalan yang berkaitan dengan virus corona.
Mahfud mengatakan, berdasarkan rapat kabinet para menteri bersama Presiden Joko Widodo, Selasa (3/3/2020) pagi, informasi mengenai penanganan corona diputuskan untuk dipusatkan di Kementerian Kesehatan.
Pemerintah daerah diminta untuk tidak membuat pernyataan sendiri-sendiri.
"Soal informasi penanganan coronanya itu sendiri sekarang informasinya itu terpusat di Kemenkes.
Diharapkan pemerintah daerah jangan terlalu mendramatisir persoalan," kata Mahfud di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa (3/3/2020).
Mahfud MD mengimbau para kepala daerah tidak membuat pernyataan pers sebelum mendapatkan informasi yang jelas mengenai kasus virus corona.
Kepala daerah juga diminta tak membuat pernyataan yang bersifat politis.
Mahfud mencontohkan kasus pasien suspect corona di Cianjur, Jawa Barat yang meninggal dunia Selasa pagi.
Setelah ramai diperbincangkan, ternyata pasien tersebut dinyatakan negatif virus corona dan meninggal bukan karena virus tersebut.
"Jangan terkesan ingin mendramatisir, mencari panggung jangan terkesan itu," ujar Mahfud MD.
Ia justru meminta kepala daerah melontarkan pernyataan yang menenangkan masyarakat.
Sebab, sebagaimana dikatakan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, dibandingkan virus corona, yang lebih banyak menyebabkan orang meninggal adalah flu biasa.
"Oleh sebab itu, setiap daerah itu supaya membuat tenang, tidak membuat situasi seperti menakutkan itu ya biasa aja. Itu biasa-biasa saja," kata Mahfud MD.
Diketahui, virus corona terdeteksi telah menjangkiti dua warga Indonesia.
Pada Senin (2/3/2020), Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama virus corona Covid-19 di Indonesia.
Dua warga Depok, pasien 1 (31) dan pasien 2 (64) positif virus corona setelah melakukan kontak dengan warga Jepang yang sedang berkunjung ke Indonesia.
Saat ini keduanya diisolasi di Rumah Sakit Pusat Inveksi Sulianti Saroso, Jakarta Utara.
Namun, Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, Mohammad Syahril menyampaikan, kondisi dua warga asal Depok yang positif virus corona semakin membaik.
"Alhamdulillah kedua pasien positif corona, kondisinya membaik," kata Syahril di lokasi, Selasa (3/2/2020).
Syahril menyampaikan, saat pertama kali dirawat di RSPI Sulianti Saroso, kedua orang itu dalam kondisi demam dan batuk.
"Demam tidak ada lagi, tinggal batuk-batuk yang sedikit, tidak sesak nafas, makan oke," ucap Syahril.
Selain itu, kedua orang tersebut sudah bisa berkomunikasi dengan baik.
Adapun, seorang pasien suspect virus corona yang meninggal di Rumah Sakit Dr Hafiz (RSDH) Cianjur, Jawa Barat, dipastikan tidak terjangkit virus corona.
Dengan kata lain, pasien berusia 50 tahun asal Bekasi, Jawa Barat, tersebut meninggal dunia bukan karena terpapar virus corona.
Hal itu dikatakan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto kepada Kompas.com, Selasa (3/3/2020).
"Pasien itu termasuk yang negatif virus corona," ujar Achmad saat dihubungi, Selasa.
Sebelumnya, pasien yang sempat dirawat tiga hari di Rumah Sakit Dr Hafiz (RSDH) Cianjur, Jawa Barat, akhirnya meninggal dunia.
Pasien meninggal dunia pada Selasa, sekitar pukul 04.00 WIB. Ia meninggal setelah sempat menjalani perawatan di ruang isolasi sejak 1 Maret 2020.
VIRUS PALING GANAS ADALAH HOAKS
Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto menilai, virus yang paling berbahaya adalah sebaran berita yang tidak benar atau hoaks tentang virus corona.
" Virus yang paling ganas itu justru virus hoaks. Menyebarluas dengan cepat dan tidak ada obatnya," kata Yuri seperti dikutip Kompas.com dari dalam VOAindonesia.com, Selasa (3/3/2020).
Menurut Yuri, sejumlah oknum akan melakukan berbagai macam cara untuk memproduksi hoaks.
Hal itu, kata dia, disebabkan pemikiran masyarakat yang semakin cerdas.
"Sudah tentu ketika jualan hoaksnya tidak laku, makin membuat gencar pembuatnya. Semakin ditingkatkan kualitas bohongnya maksud saya," ungkapnya.
Diketahui, Kementerian Komunikasi dan Informatika mendeteksi 147 berita bohong atau hoaks terkait virus corona selama 23 Januari-3 Maret 2020.
Terdapat lima hoaks yang dideteksi Kementerian Kominfo sejak Senin (2/3/2020) hingga Selasa (3/3/2020) hari ini.
Dari keseluruhan hoaks tersebut, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Humas Kemenkominfo Ferdinandus Setu mengatakan, pihaknya sudah menurunkan hoaks di media sosial.
"Konten hoaks dan disinformasi yang termuat di medsos seperti Twitter dan Facebook, IG (Instagram), YouTube sudah kami takedown atau turunkan," kata Ferdinandus kepada Kompas.com, Selasa.
Sementara itu, ia menuturkan bahwa Kominfo tidak dapat menurunkan konten di ranah komunikasi yang lebih privat seperti WhatsApp.
Ferdinandus meminta masyarakat agar tidak menyebarkan konten-konten hoaks di aplikasi pesan singkat tersebut.
"Konten hoaks yang sudah terlanjur diterima di WA, kami minta untuk tidak diteruskan kepada orang lain, berhenti di kita. Kominfo tidak bisa masuk ke komunikasi privat," tuturnya.
Polri memastikan akan menindak tegas pelaku penyebaran berita bohong atau hoaks terkait virus corona.
Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes (Pol) Asep Adi Saputra menuturkan, pihaknya melakukan patroli siber di media sosial untuk memantau penyebaran hoaks tersebut.
"Kita setiap hari melakukan patroli siber di dunia maya. Apabila ditemukan hoaks, kita tidak ragu melakukan penindakan hukum," kata Asep di Jakarta Utara, Selasa (3/3/2020).
Ia menuturkan, hoaks soal virus corona dapat memperkeruh situasi di masyarakat.
Maka dari itu, polisi mengimbau publik bijak menggunakan sosial media dan berhati-hati sebelum menyebarkan informasi.
"Kami mengimbau bijaklah menggunakan media sosial. Jangan kita percaya pada suatu pemberitaan dan langsung menyebarkan kepada orang lain," ujar Asep.
"Ini yang harus kita waspadai. Ketegangan masyarakat saat ini dibutuhkan salah satunya dalam aspek pemberitaan," lanjut dia.
Terkait Virus Corona, Mahfud MD Semprot Kepala Daerah: Jangan Mendramatisir, Mencari Panggung
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Soal Virus Corona, Mahfud Minta Kepala Daerah Tak Mendramatisasi", "Kemenkes: Virus yang Paling Ganas itu Hoaks"