Virus Corona

Kapan Pandemi Covid-19 Berakhir dan Kehidupan Normal Kembali? Ini Perkiraan Profesor Epidemiologi

Pandemi Covid-19 membuat tempat ramai, kini menjelma menjadi kota hantu karena berbagai kebijakan karantina wilayah hingga penutupan sekolah.

Editor: Tariden Turnip
epa
Kapan Pandemi Covid-19 Berakhir dan Kehidupan Normal Kembali? Ini Perkiraan Profesor Epidemiologi. Kolase foto pasien corona memenuhi rumah sakit darurat, ikon kota Roma sepi dan penyemprotan disinfektan di fasilitas publik 

Ada tiga pendekatan yang ditempuh, yakni vaksinasi, mengembangkan kekebalan tubuh dari infeksi 
atau mengubah perilaku masyarakat secara tetap

Masing-masing pendekatan ini dapat mengurangi kemampuan virus untuk menyebar.

Vaksin - setidaknya 12 - 18 bulan lagi
Vaksin dapat memberikan ketahanan tubuh terhadap seseorang sehingga mereka tidak akan sakit jika terpapar.

Berikan vaksin ke banyak orang, atau setidaknya 60% dari populasi, dan virus tidak akan menimbulkan wabah - konsep yang dikenal sebagai herd immunity atau imunitas kelompok.

Orang pertama telah diberikan vaksin yang tengah diuji coba di Amerika Serikat minggu ini setelah peneliti mendapatkan izin untuk melewatkan tahapan uji pada binatang.

Penelitian untuk menemukan vaksin dilakukan secara cepat, tapi tidak ada garansi jika upaya ini berhasil dan akan dibutuhkan imunisasi secara global.

Perkiraan terbaik memprediksi vaksin akan tersedia dalam 12 sampai 18 bulan jika semua berjalan lancar. Ini merupakan waktu yang lama jika membayangkan harus ada karantina wilayah sepanjang waktu tersebut.

"Menunggu vaksin tidak seharusnya dianggap bagian dari strategi, itu bukan strategi," kata Prof Woolhouse kepada BBC.

Terpisah Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) mengumumkan pengujian klinis terhadap empat obat yang berpotensi menyembuhkan virus corona.

Pengujian klinis yang melibatkan setidaknya 10 negara ini disebut " solidarity trial" atau uji solidaritas, dan diharapkan bisa mempercepat penemuan obat untuk Covid-19.

Pasalnya, seperti disampaikan oleh Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers Rabu (18/3/2020), selama ini uji vaksin dan obat virus corona dilakukan dalam skala kecil dengan metodologi berbeda-beda.

Ini membuat bukti yang ada saat ini belum cukup untuk menentukan obat mana yang paling efektif.

"Studi internasional yang besar ini dirancang untuk menghasilkan data kuat yang kita butuhkan untuk menunjukkan obat mana yang paling efektif. Kita menyebut studi ini sebagai solidarity trial," ujarnya.

Sejauh ini, 10 negara telah mengonfirmasikan partisipasinya dalam pengujian ini. 10 negara itu adalah Argentina, Bahrain, Kanada, Perancis, Iran, Norwegia, Afrika Selatan, Spanyol, Swiss, dan Thailand.

Sementara itu, obat yang akan diuji ada empat, yaitu obat antivirus remdesivir, kombinasi lopinavir dan ritonavir yang selama ini digunakan untuk HIV, kombinasi lopinavir bersama ritonavir dan interferon beta, serta obat antimalaria klorokuin.

Sumber: bbc
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved