Gara-gara Corona, Startup Unicorn Ini Hancur Lebur Hingga Nyatakan Bangkrut
OneWeb tidak dapat mengatur dukungan keuangan lebih lanjut dari SoftBank Group, salah satu pendukung terbesarnya.
Gara-gara Corona, Startup Unicorn Ini Hancur Lebur Hingga Nyatakan Bangkrut
TRIBUN-MEDAN.com - Bagi perusahaan-perusahaan rintisan (startup) pendanaan dari luar menjadi tumpuan dalam mengembangkan bisnis mereka.
Investasi dari berbagai pihak, baik individu maupun perusahaan menjadi salah satu penentu utama keberhasilan mereka membangun rintisan tersebut.
Namun, di tengah krisis wabah corona seperti saat ini, rasanya cukup aneh jika masih menemukan orang atau perusahaan yang rela menggolontorkan uangnya untuk berinvestasi di perusahaan rintisan.
Sialnya, bagi sebagian startup hilangnya sumber dana berupa investasi ini bisa berakhir pada berhentinya kegiatan usaha mereka.
Hal inilah yang kini dialami oleh perusahaan rintisan di bidang satelit telekomunikasi OneWeb.
Perusahaan yang nilai valuasinya mencapai AS$3,25 miliar (Bukalapak AS$2,5 miliar dan Traveloka AS$2 miliar) ini baru saja mengajukan perlindungan kebangkrutan di New York (27/3/2020).
"Perusahaan bermaksud untuk menggunakan proses ini untuk mengejar penjualan bisnisnya untuk memaksimalkan nilai perusahaan," kata OneWeb dalam rilis berita.
OneWeb memiliki 74 satelit di orbit Bumi rendah, dan setengah dari 44 stasiun bumi yang direncanakan selesai atau sedang dalam pengembangan.
Ia berencana untuk mulai menawarkan akses internet broadband di Kutub Utara tahun ini, dan memperluas layanannya ke seluruh dunia dengan ratusan satelit selama sekitar satu tahun ke depan.
Semua rencana itu sekarang dipastikan akan menguap.
Berbicara dengan syarat anonimitas, sumber yang mengetahui situasi mengatakan kepada GeekWire bahwa OneWeb tidak dapat mengatur dukungan keuangan lebih lanjut dari SoftBank Group, salah satu pendukung terbesarnya.
Sumber itu mengatakan sejumlah besar karyawan diberhentikan hari ini, tetapi tidak memberikan angka pastinya.

Dalam rilis berita, OneWeb mengkonfirmasi bahwa ia menghadapi tekanan keuangan, terutama karena efek dari wabah global coronavirus.
"Sementara perusahaan bergantung pada pembiayaan, prosesnya kini tidak mengalami kemajuan karena dampak keuangan dan gejolak pasar terkait dengan penyebaran COVID-19," katanya.