Amerika China Bertengkar Hebat, KTT G20 Dibatalkan di Menit-menit Terakhir, soal WHO Pemicunya
KTT G-20 yang semula direncanakan Jumat (24/4/2020) dibatalkan pada menit-menit akhir akibat pertengkaran sengit Amerika Serikat dan China
"Ini harus menjadi kesempatan bagi kedua negara untuk bekerja sama untuk menanggapi virus, tetapi AS menyalahkan China, dan tanggapan China memberikan alasan untuk mengintensifkan konfrontasi," katanya.
Jia menambahkan bahwa jika Trump terpilih kembali pada November, hubungan antara China dan AS dapat meningkat menjadi konfrontasi habis-habisan.
Sebelumnya pada Jumat (24/4/2020), juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mendesak AS "untuk tidak melawan komunitas internasional" dengan merusak WHO.
Selain KTT para pemimpin pada akhir Maret, Arab Saudi telah menyelenggarakan serangkaian konferensi virtual yang melibatkan menteri-menteri kesehatan, perdagangan, keuangan, pertanian dan tenaga kerja G20.
Menurut agenda resmi, pertemuan virtual para menteri pariwisata dijadwalkan Jumat, dengan pertemuan virtual lain tentang ekonomi digital dijadwalkan berlangsung pada 4 Mei.
Pertemuan tatap muka para pemimpin G20 dijadwalkan berlangsung di Riyadh pada 21 dan 22 November.
Amerika Absen dalam Pertemuan dengan WHO
Amerika absen dalam pertemuan virtual pemimpin dunia dengan WHO.
Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa adalah di antara mereka yang bergabung dalam konferensi video untuk meluncurkan apa yang disebut WHO sebagai "kolaborasi penting" untuk memerangi pandemi virus corona.
Tujuannya untuk mempercepat pengembangan obat, tes, dan vaksin yang aman dan efektif untuk mencegah, mendiagnosis, dan mengobati Covid-19, penyakit paru-paru yang disebabkan virus corona baru. Serta memastikan akses yang sama ke perawatan bagi yang kaya dan miskin.
"Kami menghadapi ancaman bersama yang hanya bisa kami kalahkan dengan pendekatan bersama," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus ketika membuka pertemuan virtual dengan sejumlah pemimpin dunia.
“Pengalaman telah memberi tahu kami bahwa bahkan ketika alat tersedia, alat tersebut belum tersedia secara merata untuk semua. Kami tidak bisa membiarkan itu terjadi," kata Tedros seperti dikutip Reuters.
Selama pandemi flu babi H1N1 pada tahun 2009, ada kritik bahwa distribusi vaksin tidak merata karena negara-negara kaya dapat membeli lebih banyak.
"Kita harus memastikan bahwa orang yang membutuhkannya mendapatkannya," kata Peter Sands, Kepala Global Fund untuk Memerangi AIDS, TBC dan Malaria.
“Pelajaran dari AIDS harus dipelajari. Terlalu banyak jutaan orang meninggal sebelum obat-obatan anti-retroviral dapat diakses secara luas,” kata Peter lagi.