Sejarah Negara Serumpun Korea Berpisah, Berawal Paham Komunis Soviet Bikin Warga Migrasi ke Selatan
Seperti yang kita tahu, pasca PD II negara-negara di dunia punya dua pengaruh politik yang cukup kuat, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet (Rusia).
Paham komunis yang dianut oleh Uni Soviet memberikan pengaruh besar bagi sisi utara Semenanjung Korea.
Paham ini langsung menjadi populer dan diyakini sebagai visi kehidupan yang sesungguhnya.

Sayangnya, paham ini tidak diamini oleh mereka yang tergabung sebagai masyarakat kelas menengah.
Masyarakat kelas menengah ini kemudian bermigrasi ke selatan, di mana Amerika Serikat melancarkan pengaruhnya yang mendukung rezim anti-komunis, atau paham kanan.
Robinson menambahkan, sebenarnya Semenanjung Korea masih punya harapan untuk kembali bersatu.
Dengan syarat Amerika Serikat dan Uni Soviet meninggalkan pangkalannya, membiarkan masyarakat Korea merundingkan sendiri apa yang menjadi pokok utama tujuan negara mereka.
Tapi merebaknya Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat justru makin memperparah perpecahan di Semenanjung Korea.
Tahun 1948, Amerika Serikat meminta bantuan pada Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menyelenggarakan voting masa depan Semenanjung Korea.
Masyarakat Korea di bagian utara menolak untuk ikut andil dalam voting tersebut.
Akhirnya, Semenanjung Korea bagian selatan memutuskan untuk membangun pemerintahan sendiri berpusat di Seoul.
Pembentukan pemerintahan ini diprakarsai oleh tokoh anti-komunis, Syngman Rhee, yang kemudian menjadi presiden pertama Korea Selatan.
Korea Utara merespon hal ini dengan kepala dingin.

Pihaknya juga membentuk pemerintahan di bawah Kim Il Sung yang dulunya memimpin gerakan gerilya komunis.
Pemerintahan ini berpusat di Pyongyang, dengan nama Republik Rakyat Demokratik Korea.
Perdamaian ini tidak kemudian berjalan mulus begitu saja.