Sebanyak 171 Tenaga Medis di 3 Rumah Sakit yang Terjangkit Virus Corona (COVID-19)

RSUP Dr Sardjito lantas melakukan tracing terhadap tenaga medis yang melakukan kontak dengan pasien tersebut.

Editor: AbdiTumanggor
dw indonesia/dok pribadi
Yesika bertugas di rumah sakit swasta di Jakarta Selatan. Ia diduga tertular virus corona dari pasien yang menutupi riwayat perjalanannya 

TRIBUN-MEDAN.com - Sebanyak 53 tenaga medis di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta menjalani tes swab.

Tes ini dilakukan setelah ada keluarga pasien positif Covid-19 yang tidak jujur.

Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito Yogyakarta Banu Hermawan membenarkan kejadian tersebut.

"Iya benar, keluarganya yang tidak jujur," ujar Banu Hermawan, Kamis (30/4/2020).

Banu menceritakan, awalnya ada pasien dengan penyakit kanker yang dirawat di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.

"Sebelum masuk, pasien ini kita rapid test dulu. Hasil rapid test pertama non reaktif," bebernya.

Karena hasilnya non reaktif, pasien ini dilakukan perawatan sebagai pasien non-orang dalam pemantauan (ODP) ataupun non-pasien dalam pengawasan (PDP).

Saat berada di rumah sakit, pasien ini ditunggu oleh suaminya.

Namun, beberapa hari, mendadak suaminya tidak terlihat menunggu di rumah sakit.

"Perawat kemudian bertanya kepada anaknya yang menunggu. Bapakmu di mana? Biasanya bapakmu yang menunggu," tuturnya.

Dijawab bahwa bapaknya dirawat di RSUD Sleman.

Dari hasil rapid test dan swab, bapaknya dinyatakan positif Covid-19.

Mendapat informasi tersebut, RSUP Dr Sardjito lantas melakukan rapid test kedua terhadap pasien tersebut.

Hasil rapid test ternyata reaktif.

"Kita juga cepat lakukan tes swab, ternyata hasilnya positif. Langsung pasien kita bawa ke bangsal isolasi untuk penanganan Covid-19," jelasnya.

Dari informasi, diketahui suami pasien tersebut pernah kontak dengan positif Covid-19.

"Ternyata diinfokan bapaknya pernah satu mobil dengan pasien positif yang meninggal," urainya.

RSUP Dr Sardjito lantas melakukan tracing terhadap tenaga medis yang melakukan kontak dengan pasien tersebut.

Jumlahnya sekitar 53 tenaga medis.

Para tenaga medis ini juga diminta untuk isolasi mandiri sampai hasil tes swab keluar.

"Tenaga medis yang awalnya menangani pasien ini itu dari penyakit dalam. Jumlahnya 53 tenaga medis, tapi itu masih bisa berkembang nanti," urainya.

Sebanyak 53 tenaga medis ini lantas dilakukan tes swab.

Tes swab dilakukan dua hari.

"Nah, untuk memutus mata rantai dilakukan tes swab, Senin dan Selasa kemarin. Hasilnya nanti saya rilis," ujarnya.(Wijaya Kusuma)

Sebanyak 61.669 Orang Positif Corona Meninggal di AS, Mayat Ditumpuk di Dalam Truk Berminggu-minggu

Kisah Sehidup Semati Bill (90) dan Istrinya Mary (81), Positif Corona dan Meninggal Bersama-sama

MUTASI TERBARU POLISI DI SUMUT: Nama-nama Kasat Reskrim, Kasat Narkoba, dan Kapolsek yang Dimutasi

61 Tenaga Medis Terpapar Corona di RSUD Tarutung

Sementara itu, jumlah tenaga medis di Tapanuli Utara  yang dinyatakan positif atau reaktif virus corona (COVID-19) berdasarkan pemeriksaan rapid test hingga hari ini, Rabu (30/4/2020) telah mencapai 61 orang.

Direktur RSUD Tarutung mengatakan para tenaga medis  tersebut tengah menjalani isolasi.

"Benar, hingga hari ini telah mencapai 61 tenaga medis yang positif berdasarkan pemeriksaan rapid test," kata Bupati Tapanuli Utara, Nikson Nababan.

Selaku Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Nikson Nababan mengatakan, tenaga medis ini diketahui terpapar karena pernah kontak langsung dengan TS, pasien yang telah dinyatakan terinfeksi virus Corona atau COVID-19 beberapa waktu lalu.

Pasca dinyatakannya TS positif COVID-19, Bupati langsung meminta Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) melaksanakan tracing kepada semua orang yang sempat kontak langsung dengan TS.

Sebanyak 222 orang diperiksa menggunakan alat rapid test yang terdiri dari tenaga medis Puskemas 29 orang, pegawai RSUD Tarutung 177 orang, keluarga TS sebanyak 2 orang dan masyarakat 14 orang.

"Hasil dari 222 orang yang telah diperiksa menggunakan rapid test, terdapat 61 orang reaktif COVID-19, terdiri dari 58 orang petugas RSUD Tarutung, 3 orang petugas Puskesmas Situmeang Habinsaran, selebihnya non-reaktif. Saat ini, ke 61 orang itu sudah diisolasi mandiri, ada yang isolasi di rumah dan ada juga di rumah sakit." jelasnya.

Awalnya, saat TS mendatangi Puskesmas Sipoholon, ia mengeluh sakit di bagian perut sehingga pihak medis yang menangani TS sebagai pasien umum. Tidak lama kemudian, TS pindah ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarutung sebagai pasien umum.

Dikatakannya, hal tersebut tidak lepas dari sikap TS yang kurang terbuka kepada medis.

 Terima Tambahan 6000 APD, Kadinkes Sumut Berharap Tenaga Medis Lebih Percaya Diri

Bahkan sampai sekarang riwayat TS menderita COVID-19 belum diketahui secara pasti dari mana.

Bupati Nikson Nababan menjelaskan, berdasarkan hasil swab yang dikeluarkan Balitbang Kementerian Kesehatan di Jakarta, seorang warga Tapanuli Utara (Taput) dinyatakan positif sebagai COVID-19.

Pasien ini berisial TS dengan usia 60 tahun, tinggalnya di daerah Kecamatan Sipoholon.

Sejauh ini pasien dirawat secara intensif di RSU Pirngadi Medan.

“Hasilnya dinyatakan positif terjangkit virus corona melalui tes swab yang dilakukan oleh Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan Kemenkes, meski sebelumnya hasil tes swab pertama versi RS USU di Medan dinyatakan negatif,” katanya.

Namun, Nikson menyampaikan bahwa rapid test COVID-19 digunakan hanya sebagai skrining atau penyaringan awal. D

an untuk mendiagnosis seseorang terinfeksi COVID-19, adalah hasil pemeriksaan swab.

"Artinya, seluruh tenaga medis belum bisa dinyatakan menjadi pasien COVID-19," ujarnya.(jun/tri bun-medan.com)

57 Tenaga Medis Rumah Sakit (RS) Kariadi Semarang Positif Corona

Dalam pemberitaan Tribun-Medan.com yang di sebelumnya, sebanyak 57 tenaga medis di Rumah Sakit (RS) Kariadi Semarang, Jawa Tengah, dinyatakan positif terkena Virus Corona.

Dilansir TribunWow.com, satu di antara 57 tenaga medis itu yakni dokter Zainal Muttaqin.

Dokter spesialis bedah saraf itu pun menyinggung soal sejumlah penolakan jenazah Virus Corona yang akan dimakamkan.

Hal itu disampaikan Zainal Muttaqin melalui tayangan YouTube tvOneNews, Jumat (17/4/2020).

Para pekerja menyiapkan peralatan di Ruang ICU di Tower 7 Wisma Atlet yang menjadi Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid-19, di Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (22/3/2020). Ruangan di tower 7 lantai 1, 2, dan 3 Wisma Atlet dimodifikasi menjadi ruang ICU, radiologi, hingga farmasi. Rumah sakit ini siap dioperasikan pada Senin (23/3). Warta Kota/Alex Suban
Para pekerja menyiapkan peralatan di Ruang ICU di Tower 7 Wisma Atlet yang menjadi Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid-19, di Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (22/3/2020).  (Warta Kota/Alex Suban)

Menurut Zainal, semua petugas medis sudah dibekali dengan alat pelindung diri (APD).

Meskipun terlindungi, para tenaga medis tetap terancam tertular Virus Corona jika pakaian APD sudah dilepas.

Zainal mengatakan, pihak rumah sakit menyediakan ruangan khusus untuk dokter melepas APD.

"Tetapi persoalan-persoalan lain terkait itu masih ada, jadi karena situasi wabah ini kan baru kali ini terjadi. Kita hadapi bersama," terang Zainal.

"Jadi misalkan kita pakai APD enggak akan ketularan, tapi saat kita melepas APD itu di suatu ruangan yang disediakan."

Terkait hal itu, ia menduga ada kecerobohan yang dilakukan tenaga medis saat melepas baju APD.

Hal tersebut yang dinilainya menjadi awal penularan Virus Corona ke puluhan tenaga medis RS Kariadi.

"Tidak boleh ada tenaga medis lain di situ, karena pada saat kita buka APD kita akan terjadi aerosolisasi, penyebaran kuman yang nempel di APD kita ke ruangan itu," kata Zainal.

"Jadi ada di antara kita yang kurang hati-hati. Jadi itu salah satu penyebab, jadi bukan terlambat identifikasi sebenarnya."

Lebih lanjut, Zainal menyebut tenaga medis juga bisa tertular Virus Corona dari pasien yang enggan jujur soal gejala yang dialami.

Ia bahkan memberikan contoh untuk memperjelas pernyataannya.

"Tapi pemberian informasi yang tidak lengkap dari sisi pasien juga ada, terus dari kami dalam menelusuri atau wawancara kami terhadap pasien di saat pasien datang pertama kali," jelas Zainal.

"Itu kadang karena situasi wabah ini baru buat kita, ya seorang ibu mengalami kecelakaan lalu lintas, patah tulang, perdarahan di otak."

"Kita menanyai dengan baik ibu tadi dengan keadaannya yang ada, tapi kita lupa menanyakan bahwa ibu tadi suaminya dua minggu lalu baru pulang mudik dari daerah wabah," imbuhnya.

Namun, Zainal tak hanya menyalahkan pasien yang kurang jujur mengatakan gejala yang dialami.

Menurut dia, ada pula kesalahan tenaga medis yang tak secara rinci mencari informasi pada orang-orang terdekat pasien.

"Itu kan contoh saja, kalau dari kami juga ada kekurangan dalam menelusuri, bukan hanya pasien tapi orang-orang di dekat pasien itu," terangnya.

Lebih lanjut, Zainal pun menyoroti soal pandangan buruk masyarakat terhadap orang-orang yang dinyatakan positif terkena Virus Corona.

"Terus satu lagi yang lebih penting, jadi suasana sosial kita ini masih memberikan stigmasisasi terhadap yang positif," ujar Zainal.

"Jenazahnya saja ditolak, apalagi kami yang hidup positif begini. Kami bisa menulari orang lain loh mbak," tukasnya.

Simak video berikut ini menit ke-3.38:

 

Komentar Ganjar Pranowo

Pada kesempatan sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pun angkat bicara soal puluhan tenaga medis RS Kariadi yang positif Virus Corona. 

Menurut Ganjar, puluhan tenaga medis itu tertular Virus Corona saat menangani pasien.

Hal itu disampaikan Ganjar melalui tayangan YouTube Kompas TV, Jumat (17/4/2020).

Ganjar mengatakan, puluhan dokter yang kini menjalani isolasi mandiri itu dalam kondisi yang sehat.

"Sampai update-nya apa, apa kegiatannya, saya kontak dengan salah satu doter 'Pak Gub saya besok pagi mau olahraga'," kata Ganjar.

"Jadi mereka seperti yang disampaikan sehat-sehat, dalam arti semangat dan seperti tidak sakit yang saya lihat."

Ia menegaskan, semua tenaga medis di Jateng yang positif terkena Virus Corona itu merupakan pegawai di RS Kariadi Semarang.

"Saya komunikasi dengan beberapa dokter di sana. Yang terjadi di Rumah Sakit Kariadi, bukan di Jawa Tengah," ucapnya.

Lebih lanjut, Ganjar pun mengungkap kronologi penularan Virus Corona itu.

Diduga, ada dua pasien yang terinfeksi Virus Corona tapi tak mau berkata jujur.

"Jadi saya tengah ini kira-kira kenapa, jadi ada dua klaster. Satu lagi menangani ibu melahirkan, yang satu lagi menangani operasi," jelas Ganjar.

"Kedua-duanya diperkirakan dia positif, memang ada pertanyaan, ada riwayat yang ditanyakan saya lupa pasien yang ditanya saat itu."

Ganjar menyebut, ketidakjujuran pasien itulah yang menyebabkan para tenaga medis tertular Virus Corona.

"'Apakah Anda pernah ke sana, ke sini'", jawabannya tidak semua," ujar Ganjar.

"Maka mereka mengerjakan seperti biasanya dokter, saya enggak pernah jadi dokter jadi enggak mengerti."

Belajar dari kejadian itu, Ganjar mengimbau semua pasien itu berkata jujur saat memeriksakan diri ke rumah sakit.

"Jadi mereka tertular, maka kejujuran pasien menjadi penting dan sekarang kita tidak bisa abai," kata Ganjar.

"Siapapun yang datang ke rumah sakit pasti ada potensi-potensi Covid-19," tukasnya. (*)

Artikel Ini Sudah Tayang di Tribun Wow dengan Judul 57 Tenaga Medis RS Kariadi Positif Corona, dr Zainal: Jenazah Saja Ditolak, Apalagi Kami yang Hidup

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Keluarga Pasien Positif Corona Tak Jujur, 53 Tenaga Medis RSUP Sardjito Yogya Diisolasi"

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved