Pesan Waisak 2564 BE/2020: Mawas Diri dan Toleransi, Jaga Keharmonisan Bangsa

Sujud syukur kepada Triratna dan penghormatan kepada Sanghyang Adi Buddha/Ketuhanan Yang Maha Esa.

google.com
Ilustrasi 

MEDAN.TRIBUNNEWS.com, MEDAN - Sujud syukur kepada Triratna dan penghormatan kepada Sanghyang Adi Buddha/Ketuhanan Yang Maha Esa. Melalui kekuatan kebajikan ini, semoga kita semua senantiasa terberkati kesehatan dan kemudahan.

Purnama bulan Waisak telah tiba, kita semua bersama dalam satu tekad walaupun di tempat yang berbeda, untuk melakukan penghormatan terhadap tiga peristiwa agung yang berkenaan dengan kehidupan Buddha Gotama.

Semoga penghormatan ini memberikan cahaya gemilang bagi dunia, termasuk negara kita Indonesia. Bagaikan cahaya gemilang yang terpancar dari surga Tusita ketika Calon Buddha turun ke bumi untuk menjadi Buddha (M.iii.120). 

Saat ini seluruh dunia, termasuk Indonesia sedang menghadapi duka mendalam akibat pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir.

Berbagai macam bentuk kerugian dialami bersama, sehingga semua orang sesuai kemampuannya saling bergotong royong untuk mengatasi pandemi ini.

Hal ini dilakukan dengan memberikan bantuan berupa kebutuhan medis, pangan, dan informasi sebagai upaya edukasi, pencegahan, dan penyembuhan.

Semoga dampak pandemi Covid-19 yang di alami seluruh masyarakat dapat segera teratasi.

Oleh karena itu, Keluarga Buddhayana Indonesia bersama umat Buddha di seluruh Indonesia dengan semangat kegotongroyongan membantu pemerintah melalui posko Keluarga Buddhayana Indonesia Peduli Dampak Covid-19.

Dalam momen waisak ini, Sangha Agung Indonesia mengajak seluruh masyarakat Indonesia, khususnya Keluarga Buddhayana Indonesia untuk mematuhi imbauan pemerintah dengan ‘diam di rumah’.

Segala aktifitas bekerja, belajar, dan beribadah dilakukan dari rumah, seperti yang saat ini sedang kita lakukan bersama. Ini merupakan upaya pencegahan, agar penyebaran virus Covid-19 tidak meluas di Indonesia.

Mari kita gunakan kesempatan diam di rumah selama pandemi Covid-19 untuk melakukan mawas diri, baik pribadi maupun bersama keluarga agar kita dapat membangkitkan ketergugahan toleransi terhadap keragaman persoalan yang muncul akibat bencana ini.

Dengan demikian, akan menjadi solusi untuk tetap menjaga keharmonisan, baik pribadi, keluarga, bahkan untuk bangsa Indonesia. Sikap ini merupakan teladan yang diberikan Buddha, sebagaimana Beliau melakukannya ketika mencapai Pencerahan Sempurna di bulan Waisak tahun 588 SM di Bodhgaya, di bawah pohon Bodhi (M.i.249).

Semoga kita semua tidak cemas berlebihan dengan adanya perubahan dan  ketidaknyamanan ini.

Dengan kekuatan keyakinan kepada Triratna, kita semua dapat belajar menerima hadirnya perubahan dan ketidaknyamanan ini.

Dengan kekuatan Tiratana semua penderitaan, penyakit, ketakutan, permusuhan, kesedihan, kemalangan (kesukaran), serta segala macam rintangan (bahaya), bencana dan tanda tanda jelek menjadi lenyap adanya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA
    Komentar

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved