Penangkapan Geng Motor Ezto di Medan

Seorang Ibu Sebut Polisi Biadab Karena Tangkap Anaknya, Ternyata Sang Anak Ketua Geng Motor Sadis

Mengambil tindakan sesuai hukum kepada oknum polisi-polisi Helvetia Medan yang telah melaukan tindakan biadab kepada anak saya.

Tribun Medan
Kolase foto Shinta Rumata Simanjuntak dan Kapolerestabes Medan Kombes Pol Jhonny Edison Isir 

TRI BUN-MEDAN.COM - Video Shinta Rumata Simanjuntak viral, rekaman tersebut sengaja dibuatnya sebagai bentuk protes terhadap aksi penembakan yang dilakukan personel Polsek Helvetia kepada dua anaknya.

"Saya Shinta Rumata Simanjuntak bertempat tinggal di Medan. Ingin menyampaikan keluh kesah saya, bahwa pada tanggal 23 April 2020 yang lalu, Polisi Helvetia telah menembaki dua orang anak saya.

Pada kaki kiri dan kanannya, menurut cerita temannya, pada waktu itu, anak saya Fernando dan Daniel Sinurat tidak ada melakukan perlawanan.

Tangan mereka sudah diborgol keduanya dan mata mereka sudah ditutup dengan lakban dan dibawa dengan mobil," tuturnya dalam video.

"Dan di suatu tempat seperti rawa-rawa mereka diturunkan, mereka disuruh telungkup. Setelah telungkup, kepala mereka diinjak dan kemudian ditembak.

Setelah itu mereka dibawa entah ke mana dan sekarang sudah sampai di RS Bhayangkara untuk mendapat pengobatan sekadarnya.

Kaki mereka telah diperban, dan setelah itu kedua anak saya ditahan di Polsek Helvetia Medan," tambahnya.

Ia menyebutkan, hingga saat ini dirinya tak diberi kesempatan untuk menjenguk anaknya.

"Sampai 12 hari anak saya ditahan, saya tidak dibenarkan menjenguknya, saya menjadi heran.

Jikalau anak saya dituduhkan melakukan kesalahan sebagaimana surat pengangkapan tanggal 25 April 2020 yaitu dipasalkan 170 ayat 2 sementara penangkapan dan penembakan terjadi pada 23 April 2020.

Apakah pasal 170 itu begitu mengerikan sehingga kedua anak saya dilakukan seperti teroris, seperti pengedar narkoba atau seperti penjahat yang sekelas dengan itu," tuturnya.

Ia bahkan meminta pertolongan kepada Presiden, Menkumham hingga Kapolrestabes dan Kabid Propam Polda untuk meminta perlindungan kasus anaknya tersebut.

Preman Intimidasi, Gebuk Kepala Petugas Medis yang Sosialisasi Covid-19, Untung Satpam Datang

Tugasnya Menggoda Manusia, Ini 9 Kelompok Iblis atau Setan, Termasuk Abyad Si Panglimanya Setan

"Oleh karena itu, saya memohon perhatian, perlindungan kepada bapak-bapak Kapolrestabes Medan, Kabid Propam Sumut, dan Kapolda Sumut dan bapak Menkunham untuk boleh menolong saya. 

Dan mengambil tindakan sesuai hukum kepada oknum polisi-polisi Helvetia Medan yang telah melaukan tindakan biadab kepada anak saya.

Saya selaku ibu mereka, saya tidak punya suami lagi saya sendiri mengurusi anak saya ini.

Setelah mereka tertembak saya juga tidak dibenarkan membesuknya saya tidak tahu kondisi kedua kaki anak saya yang mungkin sudah hampir membusuk," tuturnya. 

"Oleh karenanya mohon diviralkan kepada bapak Jokowi untuk boleh mendapat pertolongan dan keadilan anak saya yang sudah dizolimi," ucap Shinta Rumata Simanjuntak pada akhir video.

Terkait viralnya video Shinta Rumata Simanjuntak, Kapolrestabes Medan Kombes Pol Jhonny Edison menggelar paparan kasus ini.

Terungkap anak Shinta Rumata Simanjuntak adalah pentolan Geng Motor Ezto yang terlibat dalam pengeroyokan Rico Lumbanraja (16) hingga kritis pada 23 Maret 2019 lalu.

Kombes Pol Jhonny Edison menegaskan Ketua Geng Motor Ezto adalah Fernando Imanuel Sinurat dan adiknya Daniel MT Sinurat ditangkap pada 24 April 2020.

Isir menegaskan bahwa pihaknya mengamankan ketiganya dengan memberikan tindakan tegas terukur yaitu penembakan. 

Jarak waktu penangkapan dan paparan membuat kaki keduanya sudah normal.

"Ini adalah gambaran aksi kelompok Geng Motor yang diketuai Fernando Sinurat alias Nando.

Proses penangkapan seperti biasa kita lakukan tindakan tegas, keras dan terukur kepada para tersangka. Setelah dilakukan tindakan tegas, keras dan terukur para tersangka saat ini sudah diobati.

Coba lihat kondisinya, bisa jalan ditempatkan. Berbeda dari kondisi adik kita, Rico Lumbanraja," tegasnya.

Ia juga mengingatkan kepada setiap orang tua untuk memantau anak-anaknya tidak terlibat geng motor.

"Dalam kesempatan ini kami juga mengimbau, tolong kepada orang tua benar-benar perhatikan anak-anaknya.

Jangan biarkan anak-anak tergabung sama kelompok-kelompok geng motor yang bisa melakukan tindakan melawan hukum.

Yang bisa mengakibatkan terjadi seperti berhenti sekolah, dan proses pemulihan terus berlanjut.

Komitmen tetap kami akan tegas, tidak ada ampun kepada kelompok geng motor di wilayah hukum Polrestabes Medan," jelasnya.

Didatangi Kades dan Kadus, Camat Buntu Pane Benarkan Perbedaan Data Penerima Bantuan BST Kemensos

Seorang Dukun Jadi ODP Setelah Pasien Covid-19 Datang Keluhkan Sakit, Begini Cerita Lengkapnya

Dimana, Isir menjelaskan bahwa saat ini kondisi korban Rico sudah tidak bisa hidup normal dan tak bisa melanjutkan study nya di SMA Santo Thomas 3 Medan.

"Jadi korban saat ini berada di rumah kerabatnya di Pekan Baru, masih dalam proses pemulihan.

Jari tidak bisa lurus lagi, jari korban patah. Korban berjalan tidak bisa normal, karena kakinya harus digeser dan harus dipapah.

Korban kondisi seperti ini tidak bisa meneruskan sekolah, dan berhenti melanjutkan studynya," ungkap Isir.

Bahkan ia menyebutkan biaya pengobatan ada sekitar 600 juta juta selama satu tahun pengobatan.

"Biaya pengobatan besar, hampir sekitar 600 juta ditanggung sama keluarga korban," tegasnya.

(vic/tri bunmedan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved