Raja Salman bin Abdul Aziz Mengaku Sedih Melihat Suasana Ramadan di Seluruh Dunia yang Sepi
Perayaan Bulan Suci Ramadan 1441 H atau 2020 dimulai di tengah pembatasan yang belum pernah terjadi sebelumnya karena wabah Virus Corona
Arab Saudi adalah tempat Kabah di Masjidil Haram yang merupakan tempat suci dan kiblat umat Islam se-dunia. Namun, kini sepi karena pembatasan untuk menekan penyebaran Virus Corona.
TRIBUN - MEDAN.Com - Ada yang berbeda pada Ramadan 1441 Hijriah atau tahun 2020 ini.
Umat Muslim merayakan Ramadan dalam suasana prihatin karena wabah virus corona.
Kondisi ini juga mendapat perhatian dari Pemimpin tertinggi kerajaan Arab Saudi, Raja Salman.
Raja Salman bin Abdul Aziz mengaku sedih melihat suasana Ramadan di seluruh dunia yang sepi.
Perayaan Bulan Suci Ramadan 1441 H atau 2020 dimulai di tengah pembatasan yang belum pernah terjadi sebelumnya karena wabah Virus Corona atau Coronavirus (Covid-19).
Pembatasan itu dilakukan untuk menekan penyebaran Virus Corona yang mematikan itu.

Suasana Riyadh saat lockdown akibat pandemi COVID-19 (arab news)
Arab Saudi adalah tempat Kabah di Masjidil Haram yang merupakan tempat suci dan kiblat umat Islam se-dunia.
Raja Salman mengatakan bahwa dia sedih karena umat Islam tidak bisa Shalat Tarawih bersama di masjid-masjid.
"Saya sedih bahwa bulan suci tiba di tengah-tengah keadaan yang membuat kami tidak dapat melakukan doa bersama dan tarawih di masjid karena tindakan pencegahan untuk melindungi kehidupan dan kesehatan umat manusia dalam memerangi pandemi Virus Corona," kata Raja Salman.
Dia mengatakan itu dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh SPA sebagaimana ditulis Dailymail.co.uk.
Namun demikian, tradisi sedang dilakukan di seluruh dunia untuk menandai di mulainya perayaan.
Muslim yang taat melakukan puasa atau menahan diri dari makan dan minum dari fajar hingga senja selama Ramadan dan berkumpul dengan keluarga untuk berbuka puasa di malam hari.
Ramadan juga merupakan bulan doa di mana umat Islam secara tradisional berkumpul dalam jumlah besar di masjid-masjid, terutama di malam hari.
Tetapi karena virus Corona, hampir semua negara mayoritas muslim telah menutup masjid dan meminta orang untuk salat di rumah selain memberlakukan jam malam untuk membatasi penyebaran virus yang mematikan itu.

Kondisi Madinah lengang setelah dilockdown sejak Rabu (25/3/2020) lalu. (arab news)
Perang di Yaman
Sementara di Yaman, delegasi Komite Palang Merah Internasional di Sanaa mencatat bahwa Ramadan datang ketika negara itu berjuang dengan perang dan penderitaan.
"Orang-orang di seluruh Yaman akan menandai bulan suci Islam tahun ini di tengah-tengah konflik yang sedang berlangsung, penyakit musiman, banjir dan kenaikan harga, di sebuah negara di mana situasi ekonomi tidak memungkinkan dua pertiga populasi mengakses atau membeli makanan yang cukup," kata ICRC, dalam sebuah pernyataan.
Utusan Khusus PBB untuk Yaman menyerukan penghentian permusuhan dalam perang yang telah menewaskan puluhan ribu warga sipil.
"Kepada para pihak yang terlibat konflik, saya katakan, dibimbing oleh semangat bulan Suci dan mengakhiri penderitaan rakyat Anda," kata Martin Griffiths.
"Letakkan lengan. Bebaskan semua yang kehilangan kebebasan karena konflik. Koridor kemanusiaan terbuka. Fokus pada mengoordinasikan upaya Anda untuk membantu negara Anda menanggapi wabah pandemi dan kebutuhan darurat lainnya," tambah Martin Griffiths.
Sebagian besar negara-negara Arab termasuk Suriah, Mesir, Tunisia, Yordania dan Bahrain telah mengumumkan Jumat sebagai hari pertama Ramadan.
Indonesia pun memulai hari pertama puasa di hari Jumat.

Kolase foto suasana kota Mekkah sepi karena pandemi virus corona. (YouTube Alman Mulyana)
Aturan Diperlonggar
Sementara itu, beberapa negara telah melonggarkan pembatasan pada kesempatan bulan suci Ramadan.
Sejumlah negara seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir dan negara-negara lain mengurangi durasi penutupan akses (lockdown).
UEA mengatakan pada hari Kamis, bahwa pihaknya telah memutuskan untuk mengurangi total lockdown ke jam malam delapan malam dan juga pindah ke sebagian membuka kembali mal dan pasar.
Di Indonesia, meski pemerintah telah mengingatkan untuk tidak melakukan salat tarawih berjemahaan di masjid, masih ada sejumlah masjid yang tetap menyelenggarakannya.
Seperti jemaah memadati Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh untuk melaksanakan ibadah salat tarawih.
Kompas.com melaporkan, malam pertama pelaksanaan ibadah salat tarawih berlangsung seperti biasa di sejumlah masjid di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Kamis (23/4/2020).
Masjid ramai oleh jemaah yang melaksanakan shalat tarawih.
Meski demikian, di sejumlah masjid, penceramah tidak berbicara terlalu lama, agar jemaah tidak perlu berlama-lama di tengah keramaian.
Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh mengeluarkan tausiyah yang memperbolehkan warga di Aceh melaksanakan ibadah shalat tarawih berjemaah di masjid.
Namun, para jemaah diingatkan untuk mengikuti aturan protokol kesehatan seperti menggunakan masker dan membawa sajadah masing-masing.
Wakil Ketua MPU Aceh Faisal Ali mengatakan, kebijakan untuk memperbolehkan shalat berjemaah ini setelah pihaknya mendengar masukan dari MPU kabupaten/kota.
Selain itu juga melihat perkembangan terkini seputar virus corona atau Covid-19 di Aceh.
Faisal Ali menjelaskan, shalat tarawih berjemaah di masjid atau mushala hanya dibolehkan bagi daerah tertentu saja.
"Untuk masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan yang penularan wabah penyakit Covid-19 masih terkendali, maka ibadah salat fardhu, tarawih, witir, dan salat Hari Raya Idul Fitri dapat dilaksanakan di masjid dan meunasah dengan membatasi waktu pelaksanaannya," ujar Faisal Ali.
Sementara itu, bagi daerah yang berstatus zona merah virus corona, para jemaah diminta agar tidak mengikuti aktivitas ibadah yang melibatkan orang banyak.
MPU juga mengingatkan untuk tidak menyelenggarakan buka puasa bersama dan sahur on the road.

Kondisi foto Masjidil Haram di Mekkah tampak Kabah sedang dibersihkan untuk menghindari wabah virus corona. (Twitter)
Sebuah foto yang diambil AFP pada 24 April 2020, menunjukkan pria Arab Saudi melakukan salat di sebelah Ka'bah di Masjidil Haram, situs paling suci Islam, pada hari pertama bulan suci Islam Ramadhan, di tengah larangan berkumpul atau lockdown karena pandemi virus Corona (Covid-19).
Sementara itu, di Masjid Haram Arab Saudi, hanya beberapa orang saja yang melakukan salat tarawih di sekitar kabah.
Mereka itu adalah petugas Masjidil Haram dan beberapa polisi yang sekaligus melakukan pengamanan.
Susana tarawih di Masjidil Haram benar-benar sepi hingga membuat dunia, bahkan Raja Salman bersedih. (dailymail.co.uk/afp)
Artikel telah tayang di Pos-Kupang.com dengan judul:Raja Salman Tak Mampu Tutupi Kesedihan Lihat Suasana Ramadan yang Sepi Akibat Wabah Virus Corona