Curhat Seorang Peneliti Orangutan UI Asal Jawa Tengah, tak Bisa Mudik Lebaran, Indekos di Kota Medan
Seorang mahasiswi Pascasarjana Universitas Indonesia, Ragina Septiarini Safri curhat pengalaman hidupnya selama 3 bulan di Medan.
"Aku juga menjaga orangtua yang usianya di atas 60 tahun. Orangtua kan lebih rentan. Aku merasa bertanggung jawab atas kesehatan orang di sekelilingku. Termasuk teman dan keluarga. Stay di Medan itu mungkin lebih baik," ujar dia.
Selama 3 bulan, Rere harus tinggal di kos dan menjalankan aktivitas sendiri.
Puasa dan Lebaran juga dijalani sendiri.
Sebenarnya, mumpung masih di Medan, Rere ingin bergerak mencari data lebih banyak.
Tapi di Medan pun dia tidak bisa jalan-jalan sesuka hati, karena kantor LSM juga menerapkan WFH.
"Mau ke Subussalam tak bisa juga, karena masuk ke Aceh kan pemeriksaan juga dobel-dobel," kata Rere.
Sedangkan untuk kuliah reguler secara online, menurut Rere, sejauh ini masih cukup efektif.
Beradaptasi dengan Lingkungan
Selama tinggal di Medan, Rere merasa tak begitu sulit beradaptasi dan menikmati segala keterbatasan di lingkungan yang baru.
Mulai dari makanan, pakaian hingga aktivitas belajar dibuat sederhana dan menyenangkan.
"Apa yang ada dipakai, sistemnya cuci pakai. Makanan, aku pilih masak sendiri. Aku tak mau stres atau sedih. Aku berusaha enjoy, kalau stres dan sedih takutnya berpengaruh pada imunku," kata Rere.
Begitu juga dengan buku-buku yang lebih banyak di Jakarta.
Sebagai pengganti, dia mencari banyak bahan bacaan di internet.
Menurut Rere, orangtuanya sudah terbiasa ditinggal pergi dalam jangka waktu yang lama.
Hal itu pernah terjadi saat Rere mengerjakan buku tentang ekspedisi hutan Sumatera.