Curhat Seorang Peneliti Orangutan UI Asal Jawa Tengah, tak Bisa Mudik Lebaran, Indekos di Kota Medan
Seorang mahasiswi Pascasarjana Universitas Indonesia, Ragina Septiarini Safri curhat pengalaman hidupnya selama 3 bulan di Medan.
Saat itu, dia harus berminggu-minggu di dalam hutan dengan akses komunikasi yang terbatas.
"Aku berusaha menunjukkan ke orangtua bahwa I'm ok. Kalau mikir aduh Ma gimana ni puasa, Lebaran sebatang kara, pasti ortu juga akan kepikiran dan itu pengaruh ke imun. Makanya aku selalu menikmati segala keterbatasan dengan happy. Telepon, video call dengan ortu yang happy lah," kata Rere.
Pengalaman unik pun terjadi di sela waktu beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Rere mengatakan, dia sebenarnya sudah terbiasa dengan suara keras dan kencang khas orang Sumatera.
Sebab, kedua orangtuanya dari Padang, Sumatera Barat.
Namun dia memiliki pengalaman yang lucu ketika belanja di pasar.
Celetukan orang di Medan sangat berbeda dengan di pasar di Jawa.
"Aku tanya, boleh enggak beli petai Rp 3.000? Mereka bilangnya, 'Enggak kau bawa otakmu Dek?' Aku wuih, gila. Kalau orang tidak tahu, beda ceritanya. Tapi mereka sampaikan itu pakai senyum, bercanda," kata Rere.
Artikel ini sudah tayang di kompas.com dengan judul Kisah Mahasiswi Peneliti Orangutan Hope yang Tak Bisa Pulang karena Corona